The American

Kisah pembunuh bayaran sudah mendarah daging untuk dikupas oleh banyak sineas sineas dunia, mulai dari yang kacangan sampai pada yang seriusan.Namun ketika diera kini ada sebuah niatan untuk mengangkat kembali sebuah kisah yang kurang lebih sama dalam mengangkat kisah tersebut, akankah terpikirkan untuk lepas dari keklisean? Anton Corbijn dalam pertanggungjawabannya mengarahkan sebuah produksi terbaru The American ini merekrut George Clooney sibujang lapuk yang kalau boleh dibilang tidak terlalu selektif dalam memilih peran.Memerankan karakter Jack-kalian akan tahu sendiri nama itu nama palsu atau bukan, seorang pembunuh bayaran yang kabur dan bersembunyi dari Swedia ke pedesaan terpencil di Italia. Nah pemakaian lokasi Italia bagi saya sangat mengharukan, well pasalnya saya menilai ciri khas tipe film seperti ini akan sangat memikat , sepintas mengingatkan Cicilia- kerajaan bawah tanah tempat dimana Godfathernya Mario Puzo tinggal, tentu tercium aroma khas Eropa yang tentu menjadi pertolakbelakangan dengan bau anyir Hollywood. The American yang dari awal ternyata sedikit mengecoh dengan pemakaian judulnya yang terkesan Hollywood-an malah mengusung diri sebagai paket gangster yang sarat Europe.Oh coba saya singgung sebentar dengan arsitektur pedesaan yang unik, bahasa dan makanan apa yang mereka pakai, begitu juga dengan pemandangan alam yang aduhai.

Jack menenangkan diri setelah ia ditugaskan untuk membunuh beberapa orang Swedia, dan ditempat perisitirahatannya itu ia menjalin asmara dengan seorang pelacur dan bersamaan dengan itu ia akrab dengan seorang pastor.Ia juga akan ditugaskan untuk mempersiapkan persenjataan bersama seorang agen wanita lain yang ternyata menyajikan intrik terselubung,.
Ya The American tidak lain akan jauh lebih menggubris sisi personal seorang Jackketimbang memikirkan adegan baku tembak yang memekakkan gendang telinga Anda. Disajikan dengan begitu sunyi, dan score musik eropa yang sangat khas serta gaya penyutradaraan yang tidak terburu buru, ada sisi kepuasan yang begitu riuh ketika kita melihatnya.The American menyajikan roda siklus permainan dan ketegangan tiap karakter.Seperti apakah Jack dapat mempercayai setiap wanita yang ia kenal dan apakah Jack akan mengorbankan banyak hal ketika persembunyiannya malah terendus tajam.Ruang didalam pengolahan persiapan persenjataan itu juga disajikan dengan sangat detail dan teramat profesional,sehingga kita benar benar masuk dalam atmosfir pembunuhan yang sebenarnya.

Permainan karakter George Clooney yang bukannya sulit ditebak namun begitu prima dalam menghadirkan kewaspadaan dihari harinya-bahkan ketika mimpi buruk pun datang menghantuinya-serta ada perasaan cemas ketika ia diuntit oleh orang orang asing yang ia temui. George Clooney berhasil memainkan karakter dengan prima. Yups The American juga cukup ramah dalam mengekspolr tubuh serta sensualitas pelacur Jack bahkan dengan long shot yang cukup lama membuat pertunjukkan semakin berirama.

Asumsi pertama bahwa The American tampak menjual adegan tembak menembak klise sebenarnya didalangi oleh sipembuat trailer-idealnya trailer memberikan rasa penasaran diekstrak menjadi sebuah ekspektasi, namun tidak diiringi sama sekali-atau barangkali menghadirkan kejutan yang luar biasa-oh boleh jadi , tapi walaupun saya terkecoh saya malah sangat terpuaskan.

Directed by Anton Corbijn Screenplay Rowan Joffe Cast George Clooney Irina Bjorklund Violante Placido Paolo Bonacelli Genre Drama Thriller Country USA Language English,Italia Duration 105 Minutes Year 2010
Moan And New Line Cinema Score
................
B+




Sebuah drama komedi dari buah karya Nicole Holofcener yang secara garis besar hendak menawarkan betapa besarnya sebuah rasa, yang tentunya rasa yang teramat dekat dengan kehidupan keluarga kita, orang orang terdekat kita dan juga impian impian yang membayangi kita setiap saat. Rasa itu bisa dinilai secara lain oleh orang lain jika ada aspek pengabaian terhadap rasa seperti apa yang ia inginkan terhadap kita. Sehingga tidak heran disepanjang durasi kita akan dihadapkan pada aspek meminta minta disetiap karakternya.Kita melihat keluarga Alex dan Cathy yang setiap harinya disibukkan dengan bisnis mebel atau barang antik disetiap harinya.Barang barang antik itu didapat ketika sipemilik benda tersebut sudah mendapati ajal.Alex dan Cathy secara tidak langsung menafkahi hidup mereka dengan mengharapkan kedatangan ajal dari orang lain. Dan lambat lau Cathypun merasa tidak nyaman dengan pekerjaannya sedangkan Alex tidaklah menghiraukan kekhawatiran sang istri.Cathy digambarkan memiliki rasa empati yang sangat tinggi terhadap orang orang yang tidak beruntung, namun Abby putri tunggal mereka kadang muak dengan sikap ibunya yang seakan akan ingin menyelamatkan dunia.Terlebih jeans permintaan Abby yang kerap ditunda tunda oleh sang ibu dengan dalih "oh tidakkah kau mau memikirkan memberi makan 45 orang anak jalanan disana ketimbang memboroskan 200 US Dollar demi sebuah jeans".
Diceritakan juga bahwa tinggallah seorang nenek penyendiri disebelah rumah susun mereka,Andra. Andra adalah tipikal nenek yang keras kepala, susah bergaul dan tidak punya rasa humor yang bagus.Ia sering dikunjungi oleh kedua cucunya Rebecca dan Mary yang sayangnya mempunyai pandangan yang bertolak belakang dalam mengasuh Andra.Rebecca adalah cucunya yang sangat memperdulikan keperluan Andra, makanannya,kebersihan pakaian dalamnya dan perbelanjaannya.Bahkan perhatian tulusnya kepada Andra menjadikan ia sedikit pendiam dan belum mendapatkan "pacar" sebagaimana teman teman sebayanya. Lain halnya dengan Mary, gadis yang kerap menjengkelkan dibeberapa sesi mulai dari caranya berbicara dan caranya juga mengkonfrontasi keluarga Alex apakah mereka membulatkan niat memperlebar ruangan mereka jika kelak Andra sudah meninggal.

Dengan teknik pengeditan yang sangat terampil, setiap momen dihadirkan memiliki energi yang begitu kuat mengena disetiap hati,ada rasa humoris, jengkel, atau dibuat menganga dengan sikap beberapa karakternya.Seperti Mary yang berhubungan gelap dengan Alex padahal dalam hati Alex menyadari dan mengetahui pasti bahwa untuk apa ia berselingkuh padahal ia dengan keluarganya baik baik saja.Begitu juga dengan Cathy yang akhirnya mengerti mengapa beberapa keganjilan begitu sering menguntit ushanya dan mengapa sang putri bersikap kasar terhadapnya.Dipadu padankan dengan musik pengiring yang benar benar melengkapi apa itu kekokohan limpahan hati yang memiliki ribuan rasa.Jangan kaget dengan openingnya yang mengejutkan...

Directed by Nicole Holofcener Screenplay Nicole Holofcener Cast Catherine Keener, Oliver Platt, Rebecca Hall, AManda Peet,Ann Morgan Guillbert Language English Country USA genre Comedy Drama Year 2010
Moan And New Line Cinema Score
........................................
A-


Bagi saya tradisi mengikuti penyeleksian ajang ajang insan perfilman didunia ini 'asyik' hukumnya, dalam satu sisi kita bisa menambah wawasan tentang profil film dalam perebutan piala piala bergengsi tersebut, siapa jagoan juri, siapa jagoan kita atau siapa yang bakal jadi kambing hitam. Disisi yang lain kita akan melihat bahwa semua film yang masuk kedalam daftar tersebut nyatanya ada yang masih terlalu kontroversial dan tidak layak mendapat predikat terbaik disuatu daftar.Justru yang tidak begitu gencar dilirik malah saya anggap sepadan dengan gelar terbaik hanya saja tidak diikuti dengan promosi yang besar.Kita pasti menemukan setiap tahun ketika sebuah ajang prestige seperti halnya Golden Globe yang satu ini mengumumkan daftar calon predikat terbaiknya ada saja satu dua nama yang sangat mengejutkan masuk nominasi bahkan sanggup menang.Termasuk tahun ini.Tengok deh daftarnya secara keseluruhan yang bagi saya menghadirkan kejutan yang membahagiakan dan selalu tidak lepas dengan kesedihan.The King's Speech yang memuncaki daftar perolehan nominasi sebanyak 7 buah tentu menghadirkan senyum tersendiri bagi saya dan tidak masuknya TRUE GRIT disatu nominasipun adalah salah satu kesedihan tertentu.127 Hoursnya Danny Boyle juga tidak dikasih predikat nominator best pictures tapi nasibnya masih lebih bagus ketimbang filmnya Coen Brothers tersebut.

Begitu juga dengan PLEASE GIVE dan EASY A yang selama ini saya pegang sebagai frontrunner best pictures for comedy and musical malah harus terhempas dengan dominasi film film yang lebih populis dan pemasukan tinggi seperti Alice In Wonderland, Red dan The Tourist(saya malah heran RED itu khan ngak komedy komedy amat).

Entahlah mungkin 3 atau 5 tahun yang lalu saya menganggap masuk Golden Globe itu susaaah bukan main karena penjuriannya ketat. sedangkan tahun ini saya anggap semakin mudah saja kog masuk Golden Globe ,tampak dari kualitas film yang dijaring semakin menurun (yang saya tekankan kali ini khusus kategori musikal yang ngeliat daftarnya bikin mata kelilipan) Karena apa? Apakah karena juri jurinya udah bisa dibayar ?

Walaupun Si film Inggris The King's Speech merajai perolehan nominasi namun hembusan terkuat tetaplah datang dari Social Network yang telah meraih pujian melimpah di ajang sana sini. Memang sih secara pribadi saya tidak terlalu memuja muji The Social Network , namun tetaplah filmnya Fincher ini kemungkinan besar menang.

Dan inilah daftar nominasi Golden Globe ke 68 disertai dengan favorite saya sebagai juara (dicetak font besar).Ada beberapa kategori yang masih meraba raba untuk menebak siapa pemenangnya karena minimnya referensi dan juga ada daftar buat insan pertelevisian yang sama sekali tidak tertarik untuk menebaknya (hehehehe)..



Drama: Black Swan, The Fighter, Inception, The King's Speech, The Social Network

Musical or Comedy: Alice in Wonderland, Burlesque, The Kids Are All Right, Red, The Tourist

Actor, Drama: Jesse Eisenberg, The Social Network; Colin Firth, The King's Speech; James Franco, 127 Hours; Ryan Gosling, Blue Valentine; Mark Wahlberg, The Fighter

Actress, Drama: Halle Berry, Frankie and Alice; Nicole Kidman, Rabbit Hole; Jennifer Lawrence, Winter's Bone; Natalie Portman, Black Swan; Michelle Williams, Blue Valentine

Director: Darren Aronofsky, Black Swan; David Fincher, The Social Network; Tom Hooper, The King's Speech; Christopher Nolan, Inception; David O Russell, The Fighter

Actor, Musical or Comedy: Johnny Depp, Alice in Wonderland; Johnny Depp, The Tourist; Paul Giamatti, Barney's Version; Jake Gyllenhaal, Love and Other Drugs; Kevin Spacey, Casino Jack

Actress, Musical or Comedy:
Annette Bening, The Kids Are All Right; Julianne Moore, The Kids Are All Right; Anne Hathaway, Love & Other Drugs; Angelina Jolie, The Tourist; Emma Stone, Easy A

Supporting Actor: Christian Bale, The Fighter; Michael Douglas, Wall Street: Money Never Sleeps; Andrew Garfield, The Social Network; Jeremy Renner, The Town; Geoffrey Rush, The King's Speech

Supporting Actress: Melissa Leo, The Fighter; Helena Bonham Carter, The King's Speech; Mila Kunis, Black Swan; Amy Adams, The Fighter; Jacki Weaver, Animal Kingdom

Foreign Language: Biutiful, The Concert, The Edge, I Am Love, In a Better World

Animated Film: Toy Story 3, The Illusionist, How to Train Your Dragon, Despicable Me, Tangled

Screenplay: Danny Boyle, Simon Beaufoy, 127 Hours; Lisa Cholodenko, Stuart Blumberg, The Kids Are All Right; Christopher Nolan, Inception; David Seidler, The King's Speech; Aaron Sorkin, The Social Network

Original Score: Alexandre Desplat, The King's Speech; Danny Elfman, Alice in Wonderland; A.R. Rahman, 127 Hours; Trent Reznor, Atticus Ross, The Social Network; Hans Zimmer, Inception

Original Song: "Bound to You" (written by Samuel Dixon, Christina Aguilera, Sia Furler), Burlesque; "Coming Home" (written by Bob DiPiero, Tom Douglas, Hillary Lindsey, Troy Verges), Country Strong; "I See the Light" (written by Alan Menken, Glenn Slater), Tangled; "There's a Place for Us" (written by Carrie Underwood, David Hodges, Hillary Lindsey), The Chronicles of Narnia: The Voyage of the Dawn Treader; "You Haven't Seen the Last of Me" (written by Diane Warren), Burlesque

TELEVISION

Series, Drama: Boardwalk Empire, HBO; Dexter, Showtime; The Good Wife, CBS; Mad Men, AMC; The Walking Dead, AMC

Actor, Drama: Steve Buscemi, Boardwalk Empire; Bryan Cranston, Breaking Bad; Michael C. Hall, Dexter; Jon Hamm, Mad Men; Hugh Laurie, House

Actress, Drama: Julianna Margulies, The Good Wife; Elisabeth Moss, Mad Men; Piper Perabo, Covert Affairs; Katey Sagal, Sons of Anarchy; Kyra Sedgwick, The Closer

Series, Musical or Comedy: 30 Rock, NBC; The Big Bang Theory, CBS; The Big C, Showtime; Glee, Fox; Modern Family, ABC; Nurse Jackie, Showtime

Actress, Musical or Comedy: Toni Collette, The United States of Tara; Edie Falco, Nurse Jackie; Tina Fey, 30 Rock; Laura Linney, The Big C; Lea Michele, Glee

Actor, Musical or Comedy: Alec Baldwin, 30 Rock; Steve Carell, The Office; Thomas Jane, Hung; Matthew Morrison, Glee; Jim Parsons, The Big Bang Theory

Miniseries or Movie: Carlos, Sundance Channel; The Pacific, HBO; Pillars of the Earth, Starz; Temple Grandin, HBO; You Don't Know Jack, HBO

Actress, Miniseries or Movie: Hayley Atwell, Pillars of the Earth; Claire Danes, Temple Grandin; Judi Dench, Return to Cranford; Romola Garai, Emma; Jennifer Love Hewitt, The Client List

Actor, Miniseries or Movie: Idris Elba, Luther; Ian McShane, Pillars of the Earth; Al Pacino, You Don't Know Jack; Dennis Quaid, The Special Relationship; Edgar Ramirez, Carlos

Supporting Actress, Series, Miniseries or Movie: Hope Davis, The Special Relationship; Jane Lynch, Glee; Kelly Macdonald, Broadwalk Empire; Julia Stiles, Dexter; Sofia Vergara, Modern Family

Supporting Actor, Series, Miniseries or Movie: Scott Caan, Hawaii Five-0; Chris Colfer, Glee; Chris Noth, The Good Wife; Eric Stonestreet, Modern Family; David Strathairn, Temple Grandin

HONORARY

Cecil B. DeMille Lifetime Achievement Award: Robert De Niro


Yups ini dia pengumuman National Board Of Review sebagai pembuka pesta penghargaan insan perfilman yang datang dari sebuah organisasi tertua di Amerika dan selalu memulainya lebih awal untuk pengumuman.Kalau tahun lalu Up In The Air-nya Jason Reitman sukses memboyong kategori utama sebagai film terbaik, kini giliran Social Network yang ditasbihkan sebagai yang terbaik versi mereka, pun tidak luput David Fincher dianugrahi sutradara terbaik lewat film yang lagi nge-tred ini.Sebenarnya sedikit miris ketika hati ini ingin berpihak pada True Grit nya Coen Brohers yang masih terlalu dini untuk menilai seperti apa persaingan kedepannya, karena rasa ketidaksabaran itu sudah memuncak untuk mengetahui akan sepanas apa aura Oscar 2011 nanti.
Sedikit gatal melihat Buried film yang tidak lama ini baru saya saksikan menang dikategori naskah asli terbaik(?) dan hey sangat senang Christian Bale menang sebagai aktor pendukung lewat The Fighter..hmm, selama ini kita khan tahu kalau penghargaan penting dan bergengsi tidak pernah mampir di tangannya.
Dan terakhir pada kemana niih kontender utama 127 Hours-nya Danny Boyle? Kog sepuluh besar saja tidak masuk?

Best Film

The Social Network


Best Director: David Fincher, The Social Network

Best Actor: Jesse Eisenberg, The Social Network

Best Actress: Lesley Manville, Another Year

Best Supporting Actor: Christian Bale, The Fighter

Best Supporting Actress: Jacki Weaver, Animal Kingdom

Best Foreign Film: Of Gods and Men

Best Documentary: Waiting For “Superman”

Best Animated Feature: Toy Story 3

Best Ensemble Cast: The Town

Breakthrough Performance: Jennifer Lawrence, Winter’s Bone

Spotlight Award for Best Directorial Debut: Sebastian Junger and Tim Hetherington, Restrepo

Best Original Screenplay: Chris Sparling, Buried

Best Adapted Screenplay: Aaron Sorkin, The Social Network

Special Filmmaking Achievement Award: Sofia Coppola, for writing, directing, and producing Somewhere

William K. Everson Film History Award: Leonard Maltin

NBR Freedom of Expression: Fair Game, Conviction, Howl

Top Eleven Films (In alphabetical order):

Another Year
The Fighter
Hereafter
Inception
The King’s Speech
Shutter Island
The Social Network
The Town
Toy Story 3
True Grit
Winter’s Bone

Top Ten Independent Films (In alphabetical order):

Animal Kingdom
Buried
Fish Tank
The Ghost Writer
Greenberg
Let Me In
Monsters
Please Give
Somewhere
Youth in Revolt

Top Six Foreign Films (In alphabetical order):I Am Love
Incendies
Life, Above All
Of Gods And Men
Soul Kitchen
White Material
Top Six Documentary Films (In alphabetical order):

A Film Unfinished
Inside Job
Joan Rivers: A Piece of Work
Restrepo
The Tillman Story
Waiting For “Superman”


Cinta adalah sebuah kata yang tak berkesudahan untuk dibahas, tidak dalam puisi,novel,roman, opera sabun atau bahkan sinetron, cinta dieksplorasi dalam tiap lini sudut keinginan dan kedalaman imajinasi sang kreator.Apakah cinta itu tampak sangat menggetarkan dan menggairahkan? atau malah cinta diumbar sebagai skenario yang terlampau dipaksakan dan terlihat palsu. Luca Guadagnino dalam kesempatan kali ini dengan sangat tegas menggaungkan kalimat "I AM LOVE" sebagai kalimat yang tampak begitu agung dan dahsyat sebagai garis besar tema yang hendak dituturkan. Melalui potret karakter Emma yang diperankan dengan sangat apik oleh Tilda Swinton, cinta meletup menjadi sebongkah rasa yang begitu menggugah. Diceritakan Emma yang berasal dari Rusia menikahi Trancedi Recchi seorang industrialis Italia.Walau Emma terlihat tampak begitu bahagia dengan keluarga yang dibangunnya , Emma merasakan ada keterkungkungan yang selalu melanda hati dan jiwanya, ketika ia menyadari ada aspek kebebasan yang tidak ia dapatkan selama ini.Oleh karena itu ia begitu memahami putrinya Betta yang menyukai sesama jenis,ketika semua anggota keluarganya tidak ada yang akan mau mendengarkan kecuali dirinya, Emma benar benar menghargai cinta yang dimiliki putrinya tersebut.Cinta juga tampak begitu bijaksana, ketika kapitalisme masih membedakan siapa orang orang besar dan siapa kelompok kecil, cinta seorang Emma meleburkan semua batasan itu dengan sangat manusiawi.Tampak ketika pembantu setianya Ida diajak oleh Emma makan bersama, secara halus Emma mengatakan kepada kita cinta itu melepaskan atribut yang kita miliki.

Cerita semakin tajam ketika ia diperkenalkan oleh teman putranya Eduardo,Antonio seorang koki muda yang pada suatu kesempatan menghidangkan sebuah sajian istimewah dikeluarga Recchi.Ketika Emma mencicipi masakan dari Antonio , gairah yang selama ini tak ia dapatkan lagi tergugah dengan rasa yang memanjakan rongga mulut Emma dan diperlihatkan dengan shoot shoot fantasi yang membuat jiwa melayang layang. Emma pun sadar dari lubuk hati terdalam bahwa bumbu bumbu masakan Antonio membuat ia jatuh cinta kepadanya.terjalinlah hubungan gelap diantara keduanya.
Kenikmatan itu memuncak ketika cinta diantara keduanya adalah sebuah erotisme yang mendebarkan.Penonton diajak menyelami kenikmatan itu dengan atmosfir yang lepas dan menggairahkan, bercumbu dihamparan rumput yang hijau, ditemani aroma udara yang menyegarkan dan ditingkahi suara suara serangga nan alami.

Cerita terbongkar oleh Eduardo sang putra yang mengetahui perbuatan tabu sang ibu.Pun ia merasakan hal itu karena ia begitu mencintai keluarga yang ia miliki dan ditengah itu, Eduardo ternyata menyimpan kesedihan yang mendalam.Didalam "I Am Love" cinta menjadi sebuah aspek kehidupan yang terlihat sangat jujur,ketika hembusannya menghempas dada seseorang, ia ingin direnggut,dimiliki dan diraih sebagai bagian dari kebebasan diri.Ia adalah detak jantung yang menggebu dan begitu rumit untuk dijelaskan secara terperinci, melalui Emma cinta dapat dijelaskan dalam tataran yang sesungguhnya.

kehadiran I Am Love tentu menawarkan suatu hasil yang mengejutkan bagi saya yang selama ini sedikit skeptis dengannya.I Am Love menawarkan cita rasa yang begitu kompleks dengan aroma Italia yang menawan dengan balutan score yang terdengar begitu empuk.Lihatlah arsitektur rumah keluarga Recchi ini begitu mempesona begitu juga dengan adegan menggebu gebu Emma membuntuti Antonio yang sampai membawa ia ke lanskape pegunungan yang hijau dan menyejukkan, dan saya senang warna orange yang ia kenakan melengkapi nuansa seksi film ini.

Directed by Luca Guadagnino Cast Tilda Swinton Falvio parenti Eduardo Gabbriellini Pippo Delbono Maria Paiato Genre Drama Romance Country Italy Running Time 12o minutes
MOAN AND NEW LINE CINEMA SCORE
...............................................
A+












Suatu hari mejeng mejeng di Gramedia, kudapati buku berjudul "Kopi Merah Putih" yang memasang satu artikel yang menarik. tertulis dalam artikel tersebut, untuk melatih tentaranya, Amerika serikat membuat suatu tempat pelatihan khusus untuk simulasi pertempuran, lengkap dengan desa desa dan kota buatan.

Untuk membuat simulasi lebih realistis, disiapkan pula 800 pemain pelengkap yg akan beraksi sebagai wartwan,dokter,pasukan perdamaian dan lain lain lengkap dengan nama palsu sejarah dan karakternya.
Untuk tempat pembuatan simulasi ini, dua perusahaan film Hollywood direkrut untuk membantu menciptakan efek tembakan dan ledakan yang realistis, sekaligus melatih akting para pemainnya.

Bukan main. Kalau dulu Hollywood merekrut mantan militer sebagai konsultan untuk membantu membuat perang yang lebih realistis, sekarang militer justru merekrut Hollywood.

Sekarang mari kita bayangkan kalo angkatan bersenjata kita memutuskan untuk melakukan hal yang sama : merekrut perusahaan sinetron kita untuk membantu menciptakan simulasi pertempuran.

Apa jadinya?

* Simulasi pertempuran akan penuh jeritan,tangisan dan pertengkaran

*Dalam pertempuran tentu ada "kawan" dan "lawan". Kawan disini biasanya berwajah ganteng dan cantik, berhidung mancung dan berkulit putih mengenakan pakaian desiner mahal dan mengendarai mobil mewah.Sedangkan "lawannya" adalah sekelompok pria berpakaian jaket kulit dan jeans, mengendarai mobil jip butut dan selalu tertawa sendiri tanpa alasan yang jelas.


* Sebagai alternatif "lawan" bisa juga menggunakan figur seorang ibu bermake up tebal dan bersasak tinggi, yang selalu bercakap cakap dengan dirinya sendiri setiap kali ia membuat suatu rencana jahat.

*Strategi akan ditentukan oleh para Jendral. Namun keputusan tidak datang dengan cepat Setiap kali dihadapkan dengan masalah, Sang Jendral akan berdiri perlahan lahan, berjalan menuju jendela, menghela napas panjang dan matanya menerawang jauh ke cakrawala. Ia lalu akan bercerita tentang masa kecil,kisah cinta dan mimpi mimpinya, sebelum akhirnya membuat sebuah keputusan. ( hahahaaha..)

*Karena ini adalah simulasi pertempuran, tentunya akan ada tembak menembak. Tapi tidak usah banyak banyak. Mungkin satu dua tembakan saja. Sisa waktunya kemudian akan diisi dengan percakapan panjang yang tak habis habis dan pertengkaran yang tak jolas juntrungnya.

* Ketika pistol ditebakkan, akan ada jarak waktu yang lama antara ketika tembakan dilakukan dan suara letusannya.Begitu juga dengan kecepatan peluru. ada jarang yang cukup panjang antara waktu pistol ditembakkan hingga peluru akhirnya mengenai lawan.

*Ketika lawan tertembak, ia akan tersungkur ketanah dalam slow motion. Ia akan tersungkur beberapa kali, dengan sudut kamera tampak depan,tampak samping,dan tampak belakang. Semua dengan slow motion.

*Korban lalu akan berbaring sambil memegang luka didadanya. Ya, disinetron, walaupun Anda ditembak dari belakang sekalipun, luka anda akan muncul didada.

* Korban tembakan biasanya tidak akan langsung tewas. Ia akan berbicara tentang hidup,cinta dan penyesalan selama kurang lebih setengah jam sebelum akhirnya menghirup nafas penghabisan.

* Dalam 1 jam simulasi,55 menit waktu akan dihabiskan untuk membangun plot yg rumit dan penuh konflik. Tapi tak peduli betapa rumitnya, semua masalah akan selesai hanya dalam beberapa menit sebelum simulasi berakhir.dan 5 menit terakhir semua "lawan" akan secara ajaib cepat terbunuh,tertangkap, atau insaf dengan sendirinya.

*Pada akhir simulasi, merk merk pakaian,furniture,mobil,telepon genggam dan barang barang lainnya yang digunakan selama simulasi akan ditampilkan, diiringi dengan lagu yang sedang populer pada saat itu.


Tidak pernah menyangka sebuah home production sebesar Hollywood yang belakangan di cap sudah kehabisan bensin untuk membuahkan karya bagus dan sukses ,ternyata eh ternyata masih mampu menggarap sebuah drama keluarga dengan pendekatan yang fresh dan cukup memuaskan.Namun dibalik itu semua ternyata drama keluarga yang hendak disajikan tidaklah seperti yang ada didalam benak kita, tidaklah seperti drama drama keluarga yang seperti biasa seperti seorang anak dengan segala kerewelannya bertingkah dengan pola pola lucu nan menggemaskan, atau seorang suami yang sangat mencintai sang istri namun ajal memisahkan keduanya,Atau film film yang memperlihatkan ayah sebagai figur bagi seorang anak dan kehadirannya merupakan hal terpenting, atau...apalaah pikirin sendiri.
Yang ada adalah dua orang wanita lesbian yang mencintai satu sama lain dan membesarkan dua orang anak.(Bagi yang konservatif barangkali akan tidak lagi tertarik dengan ulasan ini.)
Kedua pasangan ini sepakat untuk menggunakan bantuan dari pria lain sebagai pendonor sperma.
Keluarga wanita lesbian memang terasa asing didengar di telinga kita orang timur-an bahkan dianggap tabu , namun ternyata keberadaan mereka bukanlah hal yang baru di Amerika sana.Keberadaan mereka sudah diterima dengan akal sehat oleh keluarga lain yang normal.


duet bintang besar Bening dan Moore

Kepala keluarga mereka bernama Nic (diperankan teramat apik oleh Anette Bening) dan pasangannya Jules (Julianne Moore). Nic adalah seorang dokter yang amat perfeksionis, banyak omong,banyak tanya,melarang anaknya menaiki kendaraan sepeda motor dan menjadi tauladan penting bagi kedua anak mereka Joni (Mia Wasikowska) dan Laser (John Hutcherson).Joni adalah putri pertama mereka dan karakternya teramat pemalu.Namun ia berprestasi bagus disekolah dan mendapat grade A dan beasiswa. Sedangkan Laser, anak baru gede berumur empat belas tahun yang sedikit sensitif, salah dalam pergaulan dan juga seperti halnya dengan Joni, mereka sama sama ingin dianggap tidak lagi seperti anak kecil yang terus diatur dan diperintah.
Sedangkan Jules adalah seorang lulusan arsitek namun belum dapat mewujudkan keahliannya dalam merancang sebuah desain taman impiannya karena waktunya habis tersita menjaga kedua anaknya.

Ke empat anggota keluarga tadi sangat solid, saling menyayangi, tidak merasa kekurangan satupun, saling memberi dan menasehati dan saling mendukung satu sama lain.Pun ketika sikecil Laser (maaf dia memang masih kecil bagi saya) sedikit bingung mengapa kedua orang tuanya menonton film gay keduanya berusaha untuk memperjelas hal itu. Dengarlah jawaban yang dituturkan oleh Jules tentang semua itu dengan naskah yang teoritis.Bagi saya itu terlihat sangat aneh dan lucu.
Tapi sebenarnya kedua anak ini pada akhirnya akan bertanya tanya siapa sih orang yang mendonor sperma kepada kedua orang tuanya dan hendak merencanakan pencarian ini tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya.Akhirnya mereka menjumpai ayah biologis mereka yang ternyata adalah Paul (Mark Ruffalo) seorang petani tanaman organik yang juga membuka restaurant.

Dengan sendirinya perhatian kedua anak tersebut selalu tertuju pada Paul dan ketika kedua ibu mereka akhirnya mengetahui hal tersebut mereka dengan senang hati mengundangnya berjamu makan siang dikediaman mereka.Perbincangan hangat pun bertebaran disepanjang cerita, mulai dari bagaimana pertemuan Nic dan Jules lengkap dengan kekocakan lidahnya Jules, begitu juga dengan Paul yang menganggap sekolah tinggi tinggi tidaklah terlalu penting yang ditangkap keluarga itu pertanda kebanggaan diri yang berlebihan, sampai pada Joni yang masih malu malu disepanjang cerita.Dihidangkan dengan kebiasaan mereka meminum anggur dan mengobrol satu sama lain, timbullah perasaan dari Paul bahwa ia ada ikatan diantara merekaPun semakin tampak menyenangkan ketika Jules bisa bereksperiman terhadap cita citanya selama ini untuk membangun sebuah konstruksi taman milik Paul yang tidak terurus. Perhatian Jules dan kedua anak anaknya sudah tertuju pada Paul, dari poin inilah muncullah problema problema keluarga yang cukup menyentuh, ketika figur kedua ibu ini sudah retak dimata kedua anaknya yang begitu lugu dan diliputi perselingkuhan yang tidak mengenakkan.

Pada prosesnya sebuah gulir cerita menghadirkan suatu konsepsi baru terhadap stigma terhadap keluarga lesbian ini.Siapa bilang keluarga seperti ini tidak harmonis? Siapa bilang keluarga seperti ini kekurangan figur seorang ayah? Walaupun besar yang anggapan bahwa sang sutradara seperti hendak memperlihatkan landscape eksistensi keluarga lesbian ini menjadi tampak meyakinkan, namun film ini terasa sangat universal.Terlebih Anette Bening yang menjadi karakter paling memorable disini dimana sikap perfeksionis yang ia telah bangun dianggap lain oleh Jules, Jules yang mengatakan itulah senjata Nic untuk mengekang ia bak sebuah boneka yang terus mengurus rumah. Juga ketika Nic menyanyi lagu kesukaannya dengan Paul dengan sangat menghayati sekali.Ini adalah performa yang cukup tepat untuk obat rindu pasca American Beauty.Surprisee...
Directed By Lisa Cholodenko Cast Annete Bening Julianne Moore Mark Ruffalo Mia Wasikowska John Hutcherson Running Time 106 minutes Genre Drama
MOAN AND NEW LINE CINEMA
.......................................
B+









Saya tergelitik untuk menyaksikan Far From Heaven sebagai malam mengisi ultah (13 nov "bagi yang belum sempat ngucapin selamat ayo sampaikan) dengan berbagai alasan dan pertimbangan. Pertama saya sangat menyukai Julianne Moore. Doi adalah aktris favoritku sepanjang sejarah aku mengenal Hollywood sebagai sebuah rumah film yang melahirkan bakat bakat luar biasa. You know she's looks beautiful but the important things she's look like my mother. Saya paling gemes ketika ia memerankan ibu rumah tangga. Cara ia mengurus anak anak, cara ia menyapa tetangga dan cara ia menyanjung suami yang baru saja lelah dan penat sepulang kerja. Tidakkah kita mengidam idamkan mempunyai ibu yang sedemikian perhatiannya kepada kita atau membayangkan mendapatkan istri yang sedemikian.Tidakkah ukuran kebahagiaan sebuah keluarga dilatarbelakangi oleh peran ibu yang luar biasa? Julianne Moore sudah sangat melekat dengan karakter tersebut walau terlampau pahit kita harus menghadapi problema problema yang dihadapi karakter tersebut. Tidakkah ibu yang sempurna memiliki kerapuhan dilain sisi?

Yang kedua karena ini filmnya Todd Haynes. Well sutradara ini dapat sanjung puji dari saya lewat I'm Not There sebuah karya antibiopik dari penyanyi legendaris Bob Dylan. Bukan berarti saya penggemar Bob Dylan atau ikut ikutan menggandrunginya, namun keunikan kisahnya dimana terjadi enam kali inkarnasi dirinya. Memakai cast cast super hebat dan dengan penuturan ala film indie.Hehehe i like it..!!

Julianne Moore as Laura Brown

Kita melihat karakter Laura Brown sebagai karakter pendukung, yakni seorang ibu yang sangat sempurna dalam film The Hours arahan Stepehen Daldry namun didera masalah internal dalam seksualitasnya.Namun lepas dari itu ia sangat menyayangi keluarga yang dimilikinya. Menemani putranya membuat cake ulang tahun sang ayah dan melambaikan tangan hangat keluarga ketika sang suami berangkat kerja.


Julianne Moore as Cathy Whitaker

Pada tahun yang sama ia menerima kepercayaan Todd Haynes untuk memerankan karakter CathyWhitaker lewat film yang akan saya ulas ini dan ohh disini dan dapat peran utama.Ajaibnya pada saat yang bersamaan pula ia mengantongi dua nominasi Oscar. Hidup para ibu ibu.


Tidak ada istri yang setegar Cathy ketika ia harus menghadapi kenyataan pahit apa yang selama ini mendera sang suami ditengah tetangga dan orang orang yang mengenalnya menganggap mereka adalah pasangan yang sempurna dan ideal bagi panutan pasangan lain. Sesungguhnya hatinya hancur berantakan namun ia harus menahan semua itu untuk memberikan dukungan penuh kepada sang suami. Namun sang suami malah semakin menyiksa dirinya karena permasalahannya tak kunjung selesai.Pada saat yang sama pula ia bertegur sapa dengan anak tukang kebunnya yang berkulit hitam.Era 50-an pada waktu itu sungguh kental dengan rasisme warna kulit. Mereka diperlakukan sangat sulit. Sulit dapat kerja yang bagus dan anaknya diperlakukan dengan semena mena sehingga tak lama lagi mereka akan pulang kekampung mereka.
Ketika ia ingin mengungkapkan rasa perhatian padanya uhk uhk ada tembok besar yang sangat sulit untuk diruntuhkan.Begitupun scene paling memorable dari film ini adalah scene penutup ketika ia pergi ke stasiun untuk menyampaikan sampai jumpa pada pria lain yang dicintainya itu.Matanya berkaca kaca bak sepasang berlian yang tidak boleh dilunturkan oleh linangan air mata.Bagi saya disitulah titik istimewahnya film ini, Todd haynes tidak hendak mengajak si penonton jadi nangis bombay. And this is what i called drama.Inilah yang saya sebut sebuah drama. Sebuah cerita yang apabila saya kaji memberikan banyak pesan dalam hidup.Menyentuh banyak aspek sensitif bagi si penonton.Pun ketika warna warna pastel didalamnya membingkai keutuhan setting cerita.Ditambah gaya penuturannya yang konvensional Far From Heaven menjadi sebuah drama kehidupan bagi saya yang sangat berkesan mendalam bagi siapa saja.Ah moment ultah yang mengesankan (andai saja saya membawa pacar untuk bersama sama menontonnya..tambah seru tuuh..)

Dan pertanyaan besar kepada Julian Moore "kapan sihh dia dapat Oscar?" padahal dia cukup oscar friendly dengan AMPAS.Di Far From Heaven ini sesungguhnya ia layak menang Oscar, namun saingannya berat berat euuy dan alhasil dimenangin oleh Nicole Kidman sebagai Virginia Wolf lewat The Hours.
Sebenarnya berharap besar padanya ketika membintangi A single Man-nya Tomb Ford tahun lalu namun sayangnya perannya terlampau singkat dan kurang bertenaga memikat kritikus.Dan ditahun ini ia membintangi Kids Are Allright sebagai sepasang kekasih lesbian bareng Anette Bening.Still Hope And Pray

Dan hey thanks buat ucapan selamat nya ya... berikut yang mengirimkannya dari facebook . Well that's important for me








Directed By Todd Haynes Cast Julianne Moore Dennis Quaid Dennis Haybert Screenplay Todd Haynes Running Time 107 Minutes Country USA Distributed By Focus Feauters
MOAN AND NEW LINE CINEMA SCORE
........................................................................
A+


Pohon adalah salah satu unsur yang begitu dekat dengan kehidupan kita manusia, dimana masing masing keberadaannya merupakan elemen pelengkap keutuhan sebuah komunitas bernama alam. Pohon begitu berguna bagi diri kita, begitu dekatnya sehingga manusia manusia didalamnya terpecah menjadi dua sisi, berusaha untuk melestarikannya atau berlomba lomba untuk menebangnya.Seandainya kita membayangkan bahwa pohon juga memiliki rasa seperti halnya manusia, tentu kita tidak akan tega melakukan hal yang buruk terhadapnya. Namun kalau hal itu benar bahwa pohon memiliki sifat dasar manusia bahkan memiliki nafsu birahi yang begitu kuat melampiaskan nafsunya, pohon itu sendirilah yang dengan konsep mistik menjadikan manusia sebagai objek pelampiasannya dan tak ada ubahnya menjadi makhluk yang menyeramkan, bahkan saking kuatnya manusia yang datang menatapnya juga menangkap sisi kecantikan lekukan pohon tersebut dan tanpa sadar melampiaskan birahi *terhadapnya. (baca : pohon).
Kita akan menyaksikan pohon itu begitu cantik dan memiliki daya tarik orgasmik yang begitu aneh namun memiliki aura yang kuat. Akar akar yang besar, daun daun yang rindang, gulma yang menempel nempel , lekukan yang halus,batang yang coklat dan besar seakan akan ingin memperlihatkan itulah sisi sensual sebuah pohon.
Namun anehnya didalam Nymph pohon itu malah diwakili oleh sosok manusia, yakni wanita tanpa busana dengan rambut arak arakan yang mengincar manusia. Dan diperlihatkan manusia yang bersenggama dengan manusia, bukan pohon dengan manusia.Ya mungkin tampak absurd dari satu sisi namun sepertinya jelas diungkapkan dari sisi lain, kalau wanita itulah wujud sebuah pohon.Walau bagi saya ada yang mengganjal siapa sebenarnya perempuan itu.Perempuan yang diperlihatkan pada tahap pembukaan diperkosa oleh dua orang pria bertelanjang dada, namun tiba tiba kedua pria itu malah mati mengapung dipermukaan sungai tanpa sebab musabab yang jelas.

Nymph adalah karya terbaru dari sutradara serumpun kita Pen-Ek Ratanaruang, sutradara yang berasal dari negeri paling maju dan bergeliat ketika berbicara tentang sinema. Negeri Thailand. Sudah tidak dapat dibantah lagi Thailand sudah banyak melahirkan putra lokal yang memiliki jiwa sinema yang terlihat begitu sederhana namun manis, mistis namun tidak murahan, dan tema tema yang digarap begitu empuk bak roti bakar. Entah dimulai dari film film kacang yang mengangkat tema tema kelas b sampai pada yang begitu kental dengan sisi seni , semuanya bahkan terlihat tampak maju bila hendak dibandingkan dengan produk lokal. Pun ketika Ong Bak yang ketika saya tonton tidak ada bedanya dengan cara penggarapan film film action lokal,namun ada satu sisi yang mempercantik kemasannya disepanjang cerita , yakni sinematography yang cukup membuat menganga menyaksikan kemajuan mereka.

Banyak sutradara yang tertarik untuk mengkaitkan pohon sebagai objek premis utama mereka, mulai dari yang gampangan seperti The Happening garapan M.Night Shyamalan dengan virus aneh yang disebarkannya keseluruh Amerika sampai pada film yang memperlihatkan pohon sebagai ibu yang melindungi putra putri mereka di Under The Tree karya terbaik bangsa kita.Namun pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa pohon memiliki kekayaan sisi untuk dieksplorasi, bukan berarti sesuatu yang diam dan tak dapat berpindah sepertinya tidak memiliki sisi yang menarik. Tidakkah orang yang memiliki mata seni dapat menangkap alangkah indahnya daun yang berjatuhan dari sebuah pohon, atau alangkah seramnya ketika pohon dihadirkan terlalu dekat sebagai konsep mistik *rumah hantu.Semuanya dapat dibuka dari banyak sudut.

Sebagaimana biasa film art house, Nymph adalah sebuah film yang harus dicermati dengan pemikiran seni, seni yang membutuhkan rasa yang begitu besar sehingga kita bisa menangkap betapa sensualnya pohon tersebut sebagai sebuah kerumunan atau populasi di alam.Walaupun ada unsur unsur yang sayangnya tidak terselesaikan dan ada beberapa frame yang tidak mau dituturkan kembali ada apa gerangan, Ratanaruang memberikan pengalaman yang berbeda pun terus mengukuhkan eksistensi negara Thailand sebagai negara yang punya reputasi besar diperfilman dunia.

Directed By Pen-Ek Ratanaruang Cast Jayanama Nopachai Porntip Papanai Wanida Terthanaporn Country Thailand Running Time 109 Minutes
MOAN AND NEW LINE CINEMA SCORE
....................
B


Kabar yang sangat membahagiakan bahkan bagi beberapa fans sejatinya mungkin tidak akan tahan dan langsung menitikkan air mata bahwa Andrew Dominic si sutradara yang sebelumnya menangani Assasination Of Jesse James By The Coward Robert Ford berencana untuk mengadakan reunian semua cast castnya di Jesse James disebuah drama kepolisian berjudul Cogan's Trade.Dari seorang sumber mengatakan bahwa Dominic hendak berusaha untuk menyatukan kembali para aktor tersebut antara lain Brad Pitt,Cassey Affleck dan Sam Rockwell serta tersiar info kalau sedang diusahakan menggaet Javier Bardem dan Mark Ruffalo (hah?penting banget emang aktor yang satu ini?hehe)

Well sebagai salah satu pengagum film Assasination Of Jesse James info ini seperti ingin mengungkapkan bahwa kinerja tim tersebut sangat kompak dan gemilang.Bahkan jarang jarang ada sebuah film saya dengar akan mengadakan proyek reunian tersebut.Seperti hendak mempertegas adanya keinginan yang kuat yang diikat secara emosional paling mendasar dari setiap tim entah itu sutradaranya,aktor aktornya,penulis naskahnya ataupun sinematographernya terlebih Brad Pitt yang telah selesai menyelesaikan Tree Of Life untuk beradu akting kembali kepada Cassey Affleck.

Assasination Of Jesse James bahkan saya anggap merupakan performa terbaik seorang Brad pitt selama satu dekade kemarin dan masih terasa juga kejengkelannya ketika ia tidak masuk nominasi Oscar atau paling tidak saya masih menganggap performanya lebih menawan ketimbang Tommy Lee Jones di film In The Valley Of Elah.

Kita nantikan juga apakah film ini masih memakai Roger Deakins sang sinematographer yang paling gemilang dalam mengemas Assasination Of Jesse James menjadi gulir cerita yang berjiwa puitik sehingga dapat kiranya Cogan's trade dikemas secara serupa.Juga satu lagi sajikanlah kesemua itu tanpa peduli durasinya tembus 4 jam..



Sebuah drama kelam yang sudah cukup lama dinanti nanti publik lokal mengingat film ini mengikuti jejak film Precious memenangkan predikat film terbaik di Sundance Festival. Meskipun jika diperhatikan lagi, track record film film terbaik pilihan juri Sundance tersebut bukanlah film yang istimewah dimata saya. Sepertinya tidaklah terlalu masalah apabila hot isu film ini untuk mendapatkan 10 tempat film terbaik di Academy Award semakin menurun,mengingat memang sudah menjadi pengetahuan umum bila film film yang diluncurkan dipertengahan tahun kans nya perlahan lahan berkurang oleh dominasi film musim dingin yang lebih cerdik dan masih dalam ingatan yang fresh.Lihat saja 127 Hours nya Danny Boyle yang sampai saat ini masih ditutup tutupi; True Grit-nya Coen Brothers atau Tree Of Lifenya Malick (tapi jangan samakan dengan Inception dan Toy Story 3, dua film ini sudah dipastikan dalam status lock di best pictures "well menurut pengamatanku..)
Namun hal apa yang membuat saya cukup yakin film arahan Debra Granik ini bisa berbicara banyak diperebutan piala bergengsi nanti atau paling tidak masuk 10 film favorit saya untuk tahun ini, tak lain adalah materi cerita film ini yang sepertinya sangat cocok dengan apa yang dicari Oscar. Well tentunya apa yang dicari Om Oscar dengan apa yang saya cari tentu berbeda. Bagi saya untuk film ini, tidak akan pernah terlintas untuk menyaksikan untuk keduakalinya, namun ada unsur yang mungkin mematahkan hal itu yakni penampilan Jennifer Lawrence yang menurutku cukup cemerlang memerankan Ree Dolly dan satu lagi yakni nuansa country yang begitu tentram dan akrab ditelinga saya (hey lagu di credit titlenya sudah ku hunting).

Ree Dolly adalah seorang gadis berusia tujuh belas tahun yang tinggal bersama seorang ayah dan ibu dan dua orang adiknya disebuah desa terpencil di Amerika (tampak jelas dari jenis mobil yang dipakai disana). Kegiatan sehari harinya adalah berperan ganda terhadap kedua adiknya Sonny dan Aslee , sebagai kakak yang menemani mereka bermain atau sebagai ibu yang mencari nafkah untuk kelangsungan hidup mereka. Ibunya Connie sudah lama depresi dan sakit sakitan sehingga Ree tampak begitu rutin menemaninya. Ree juga berkeinginan untuk mencari nafkah tambahan dari sebuah wajib militer yang diselenggarakan didaerah dimana ia tinggal, namun tidak segera terwujud karena perhatian pada keluarga. Musim dingin yang begitu meremukkan tulang tulang diperlihatkan disepanjang setting film sehingga setiap orang yang tinggal didesa itu memakai mantel bulu yang tebal dan membutuhkan pasokan makanan yang banyak. Namun keluarga Dolly sedang krisis keuangan dan pangan, terlebih ayahnya sebagai kepala rumah tangga sudah berbulan bulan tidak pulang kerumah.Masalah mulai muncul ketika seorang sherrif memburu ayahnya Jessup Dolly karena tidak menghadiri sidang yang harus dihadirinya.Bila ia tidak dapat hadir maka sebagaimana perjanjian yang telah dibuat mereka akan didepak dari rumah yang mereka tinggali.

Dimulailah pencarian ayahnya dengan mencari informasi dari orang orang terdekat ayahnya, mulai dari adiknya Teardrop si penghisap bubuk heroin dan sepupunya Little Arthur. Namun tidak ada yang berani memberi kesaksian terlebih mereka malah melarang Ree untuk mencari ayahnya yang entah hilang kemana..,dan ketika ia mulai melangkah lebih jauh dan dirasa mengganggu ketenangan orang orang yang berkenalan erat dengan Jessup , hidup Ree menjadi jauh lebih sulit dan terancam.

Jennifer Lawrence memerankan karakter Ree Dolly dengan sangat prima sebagai seorang gadis berusia tujuh belas tahun yang diperlihatkan sangat matang dalam menempuh kerasnya alam dan tindak tanduk orang orang disekitarnya namun dilain sisi begitu rapuh jika berhadapan dengan kondisi ibu dan adiknya yang terancam digusur.Seperti melihat potret potret kejadian kejadian era kini yang marak dengan penggusuran disana sini dan terjadinya kemarahan dan kesedihan bagi orang yang akan digusur. Namun Winter's Bone tidaklah hadir untuk materi tersebut, ia hadir dalam memperlihatkan bagaimana kerasnya jiwa jiwa orang yang tinggal didaerahnya seperti tidak merasa mau tahu ada sebuah sindikat pembunuhan yang telah terjadi tidak peduli ada hubungan darah sekalipun juga kepolisian yang malah tidak mau tahu dengan masalah tersebut (yang mereka mau adalah mencoba mencurangi bukti persidangan yang disengaja tidak lengkap untuk menjarah harta orang lain.) Sepertinya cukup cocok untuk penonton yang berjiwa dan berpikir sosial.

Winter's Bone paling tidak berhasil menawarkan nuansa Country yang memang mengakrabkan saya dengan kampung halaman saya (hei Tanah Batak juga sangat klop loh jika dipadukan dengan country) walau memang sekali lagi sedikit sulit untuk menerima apa yang ingin dihadirkan secara keseluruhan disini. Ending di film ini ketika adiknya Ashlee memetik metik gitar dengan aksen seolah olah sudah piawai dan keheningan diwajah Ree selepas itu bagi saya paling tidak esensinya mirip ending dari film A History Of Violence yang mengambil unsur noir yang kental, ya hening namun menghadirkan kelegaan bagi semuanya...

Directed By Debra Granik Cast Jennifer Lawrence John Hawkez Kevin Berznahan Shaley Waggener Running Time 100 minutes Country USA Genre Drama,Thriller,Mystery
MOAN AND NEW LINE CINEMA SCORE
...................
B+






Elegi sebuah drama kehidupan, disaat seseorang yang teramat berarti bagi diri kita pergi bagai tertiup angin, ada sebuah ketakutan ketika hidup akan terasa jauh lebih berat.Entah seseorang tersebut adalah istri,suami,anak ataupun sahabat dekat, luka itu terpintas dalam bayang bayang ingatan yang tersingkap dalam bilik kerapuhan.Perhatikan baik baik bagaimana elegi itu dikemas oleh sang sutradara bernama Tom Ford. Bagi yang sudah merasa familiar dengan kiprahnya didunia perancang busana pasti akan bertanya tanya mau apa sih dia masuk ke dunia sinematography? Jika kita menilai hal ini dianggap sebagai sebuah project debutan yang asal asalan maka kita pantas merasa bersalah. Biarkan seorang designer berkarya.Biarkan Tom Ford mengangkat novel yang diakuinya adalah novel kesayangannya itu.Toh pada kenyataanya kita harus mengakui sebuah profesi adalah afirmasi talent dan talent bukan sekedar gaya gayaan.Kembali pada statement "paket yang telah saya singgung tadi apa sih yang menjadi sumbu peletup seorang Tom Ford sehingga merasa sanggup menangani film dari home studio Weinstein Company ini? Tak usah berpikir jauh jauh mari saya antar anda melihat kepiawaian dia mempermainkan "warna" didunia sinema seperti halnya ia mempermainkan kombinasi warna dibusana.

Warna adalah ilustrasi yang paling tepat mengungkapkan secara melankolis beban seperti apa yang sedang ditanggung oleh George Falconer (Collin Firth) Si Profesor sastra inggris maskulin yang sering dipanggil Old Man oleh orang orang terdekatnya. Oh ia sedang ditinggal mati kekasihnya Jim.


Kepergiaan Jim adalah kegundahan.Kepergian Jim adalah kesenduan.Kepergian Jim adalah alasan terbukanya suatu tanda tanya "adakah harga hidup selepas itu"? Dan haruskah ia menuruti kata hatinya untuk segera mengakhiri hidupnya dengan menembakkan pistol kedalam mulutnya setelah kehampaan menjalani delapan bulan itu, membuat para nomaters merasa dipanggil panggil "hey hey bantu dong dia.?!''.
Mungkin banyak yang jengkel haruskah kehilangan kekasih semacam itu harus didramatisir dengan porsi porsi yang kelewatan dan terlebih tidak adanya scene scene yang memperkuat arah mengapa ia harus mengakhiri hidup dan sekuat apakah hubungan diantara keduanya?

Jika dianggap mengakhiri hidup dengan cara cara seperti itu dianggap malah sangat romantis ada kalanya ruang didalam cerita ini hendaknya sedikit diperlebar sehingga penontonpun merasa lumrah jika kondisi psikologisnya harus mengatakan demikian.Disaat saat terakhir itulah George menghampiri orang orang terdekatnya, seperti keseharian keluarga Strunk, memberi sedikit uang kedalam amplop kepada pembantunya sebagai ungkapan terima kasih dan terakhir mengunjungi Charly mantan kekasihnya dulu sewaktu mereka di London dulu.


Pola pola warna yang sarat sarat penafsiran menjadi jembatan transmital menghubungkan apa yang dialami George, apa yang terjadi disekitarnya dan apa yang coba dikenangnya. Biru adalah unsur religi dan merah adalah amarah. Begitu juga ketika kita melihat masa lalu George dan Jim ketika mereka bercengkrama disebuah pebukitan berbatu , layar berpindah drastis menjadi grayscale yang begitu kontras. Ketika ia tersadar dari lamunannya atau masa kini warna layar menjadi sephia dan muram, mengingat masa masa ia masih terkungkung didalam kedukaannya. Berpindah ketika ia keluar ruangan dan melihat keluarga Strunk dan keceriaan anak anak mereka bemain main ditaman warna berubah menjadi amat kontras.

Menyaksikan A Single Man tentu yang menjadi apresiasi yang tinggi pantas disematkan kepada seorang Collin Firth bagaimana ia dapat menterjemahkan karakter metroseksual yang modern,rapi dan sopan.Hampir sedikit ragu juga akankah ia bisa melepaskan image aristokrat inggris yang kaku didalam serial tivi Pride And Prejudice yang sangat kesulitan mengungkapkan perasaannya akan cinta. Ajaibnya pencapaian itu malah ditangani oleh seorang debutan bernama Tom Ford.
Khusus untuk Julian Moore walau dalam porsi peran yang sempit kehadirannya bak sebuah penyegaran bagi saya, lihatlah bagaimana ia mendalami karakter Charly yang bertahan lama hidup tanpa kehadiran suami dan anaknya. Bagaimana ia begitu merasa terhibur dengan dansaannya walaupun tampak begitu ada kegetiran yang teramat dalam diguratan wajahnya. Saya juga mau mengingatkan adegan didepan rumah Charly pada saat George berkunjung , tampak mawar begitu elegannya di shoot dengan warna merah yang kontras. Sebenarnya ada pesan yang begitu halus pengungkapannya ketika George bertemu lagi dengan Charly mantannya yang paling memahami bagaimana dirinya dan kedekatannya dengan Jim.
Namun ketika George sendiri lagi didalam rumahnya warna warna yang cerah itu hilang, bahkan kalau dipikir pikir terlalu menyakitkan jika kita membandingkan warna warna kelam George dengan warna warnanya keluarga Strunk.

Disisi lain Tom Ford memberi gambar gambar shot shot photo seperti yang biasanya tampak di majalah majalah designer yang sangat memperhatikan saturasi warna dan sudut sudut penangkapannya. Seperti ketika George melalui sudut pandangnya melihat seorang pria bermain tennis yang memperlihatkan sudut sudut artistik keindahan tubuh pria, atau ketika sekretaris yang dijumpainya dikampus pengambilan sudut sudut kelopak mata begitu jelas dan cerah.

Menyaksikan A Single Man perubahan dalam hidup itu memang terjadi seperti mengajak kita mengambil asumsi bahwa warna adalah aura hidup. Ia mengajak bahwa setiap interpretasi itu ada maknanya dan setiap makna ada dalam hidup kita jika kita mau mengambil dan bangkit keluar dari itu. Tidakkah hidup terasa sangat menyesakkan ketika warna warna kelabu kita anggap sebagai kebahagiaan dan masa depan yang benar adalah hidup dimasa lampau. Kehadiran Kenny Potter salah satu mahasiswa yang dididiknya menjadi kunci penting disini. Walau seolah olah gerak geriknya mencurigakan dan seperti sedang kerasukan ia seperti metafora yang hadir dihadapan George yang menyadarkan George secara tidak langsung pilihan yang telah ia pilih dicegah olehnya.Dan hey apakah eksekusi kematian George adalah pilihan yang setimpal? Simak saja sendiri...

Directed By Tom Ford Cast Collin Firth Nicholas Hault Julianne Moore Matthew Goode Running Time 99 minutes Country UK Distributed By Weinstein Company & Fade To Black
MOAN AND NEW LINE CINEMA SCORE
.................
A-








Diberdayakan oleh Blogger.