Reinkarnasi dalam penafsirannya dikalangan umum adalah suatu hal yang belum dapat diterima secara menyeluruh. Seperti halnya dalam paradigma yang saya miliki, reinkarnasi hanya berlaku kepada orang orang pilihan dan tertentu saja yang dengan Kuasa Sang Khalik ia dilahirkan kembali membawa misi misi khusus yang diemban padanya. Apalagi kalau kita menerobos akar masa lalu suatu kepercayaan atau boleh dibilang agama sekalipun, reinkarnasi adalah hal yang sangat dekat dengan sistem tersebut. Tentu saja reinkarnasi memiliki sketsa sketsa tersendiri yang tidak terurai oleh ruas pemikiran yang biasa.Banyak studi studi yang mencoba membongkar kebenaran dan tujuan reinkarnasi, tidak ketinggalan juga dari dunia perfilman yang mencoba menyingkap reinkarnasi dari sisi drama yang kental.

Birth karya Jonathan Glazer menyuguhkan sepenggal drama seorang anak manusia yang mengaku ngaku lahir kedunia adalah reinkarnasi dari seorang suami. Dibuka dengan adegan dimusim salju ketika seorang pria berlari lari disepanjang jalan dan ditangkap oleh kamera long shoot dari arah belakang. Tanpa naskah sama sekali. Ketika tiba didalam sebuah terowongan basah dan gelap, si pria bermantel tersebut tampak terengah engah, menahan rasa sakit ditubuhnya dan mendadak tersungkur. Hening.

Sepuluh tahun telah berlalu, seorang wanita yang telah sekian lama dirundung duka mendalam memutuskan untuk melupakan semua kenangan,cinta dan kebersamaan terhadap mendiang suami dan bersedia menerima pinangan pria lain dalam meniti kehidupan yang baru. Anna (Nicole Kidman) dan Joseph (Danny Huston) akan segera merayakan pesta pernikahan mereka. Namun kebahagiaan itu pecah setelah kedatangan seorang bocah misterius. Si Bocah mengaku ngaku adalah Shawn sang mendiang suami yang telah bereinkarnasi. Si Bocah juga mengatakan kalau Ana harus membatalkan pernikahannya kepada Jospeh. Seluruh anggota keluarga berdebat perkara Bocah tersebut. Anna pun mencari informasi lewat orang tua Shawn. Pun semakin kuat bukti bukti yang dimiliki Si Bocah tersebut,tentang semua kejadian kejadian indah diantara mereka juga orang orang yang berada disekitar mereka, Anna pun percaya bulat bulat dia memang Shawn.

Ketika dirilis film ini mendapat cacian dari beberapa kalangan namun tetap saja beberapa diantaranya memuji dengan riuh. Memang film ini menuai kontroversi karena satu adegan bath tub tanpa busana Nicole kidman dengan anak kecil tersebut. Padahal dalam mengambil gambar mereka tidak berada dalam ruangan dan waktu yang sama. Begitu juga dengan hal hal yang sangat menggaggu lainnya ketika Kidman mencium bibir si anak.Sangat mengganggu.

Film ini memberikan ruang yang baik sekali kepada Nicole Kidman untuk menunjukkan kualitas akting terbaik yang dimilikinya. Bagaimana ia harus tampil dengan sangat intens tampil sebagai wanita rapuh yang merindukan banyak hal hal penting didalam dirinya.Begitu juga ketika ia dihadapkan pada hal hal mustahil yang akan mempengaruhi keputusan terhadap pilihan pilihan kedepannya kelak. Nicole Kidman pun juga sangat memperhatikan transformasi dirinya sebagai aktris yang siap tampil berbeda, termasuk masalah rambut.
Di Cold Mountain Kidman tampil anggun dengan rambur pirang panjang,berambut gelap dan lurus dalam Birthday Girl dan berambut merah menyala di Moulin Rouge.Nah kali ini ia tampil mengenakan wig berambut pendek. Nah ia menjelma menjadi Anna yang luar biasa.
Adegan yang menjadikan film ini sangat kental dengan drama penghayatan bagi saya adalah ketika Anna dan Joseph duduk menonton diruangan teater. Kamera merekam mimik seolah tak percaya Anna diiringi musik orkestra dalam durasi yang cukup panjang. Cool.


Dari sini kita mencoba menggubris kehadiran "kemustahilan" didepan sebuah kehidupan keluarga Anna.Ada rahasia yang ditutup tutupi walau pada akhirnya secara gradual terkuak dan kita akan mengerti bahwa sebuah pembenaran yang kita terima begitu saja menjadi hal terbodoh selama kita memutuskannya.Walaupun tidak mencoba mengupas reinkarnasi dalam skala yang lebih luas dan hanya berkutat pada drama drama eksperimental kesemua karakter karakternya, Birth memberikan pemahaman yang sangat riskan ambiguitas tentang nilai sebuah kelahiran. Terlebih terhadap ending dimana Joseph menghampiri Anna dipinggir pantai, dihadirkan keibaan yang mendalam terhadap kepahitan yang dihadapi Anna, bahwa suatu kesalahan yang jauh lebih besar telah terjadi.

Film yang dinominasikan memperebutkan Golden Lion ini memang layak untuk disimak, apalagi statusnya yang underrated yang jarang dilihat khalayak umum. Sebuah pencapaian yang bagus sekali dari Kidman.


Directed By : Jonathan Glazer
Cast : Nicole Kidman, Cameron Bright,Danny Huston
Score : 4.0/5



Wes Anderson , seperti kata kebanyakan orang yang mengamatinya, dia adalah sutradara yang paling stylish. Ya, bisa dibilang seperti itu mengingat wacana yang seperti itulah yang membuatku mau menonton filmnya sekaligus menjadi fans fanatiknya. Teringat "Fantastic Mr Fox" karyanya yang pertama kali kutonton. Ada semacam semerbak aroma aroma keunikan ketika menyaksikan film film arahannya. Tidak hanya itu saja, aspek keluarga beserta karakter karakter aneh didalamnya menjadi unsur unsur yang begitu enak ditertawai dan dikasihani. Dari point itulah Wes Anderson menempatkan semua itu menjadi paket cerita yang bagus sekali untuk diresapi. Melalui "The Darjeeling Limited" ia seperti tidak kehabisan akal untuk membuat karya karyanya harus beda dengan film lain. Mengambil lokasi di "Udaipur India" suatu tempat yang indah sekali, suatu tempat yang memang menjadi impian kebanyakan orang untuk mengunjunginya dalam rangka kegiatan spritual.
Film ini dibuka dengan adegan berlari lari seorang bisnisman yang ketinggalan kereta api Darjeeling Limited. Bayangin saja hanya untuk mengambil satu scene tersebut Wes Anderson harus memakai nama aktor senior Bill Murray. Saya garuk garuk kepala melihatnya yang ternyata tidaklah ikut terjun kedalam cerita.
Bercerita tentang Francis (Owen Wilson) yang ingin mempertemukan keluarga mereka kembali yang telah lama berpisah pasca kematian ayah mereka Peter (Adrien Brody) dan Jack (Jason Schwartzman). Francis ingin membuat kejutan kepada dua adiknya tersebut dengan mempertemukan mereka dengan sang ibu. Sang ibu ternyata menjadi seorang biarawati disuatu desa terpencil disana.


Lama tidak mendapat kabar maka dibuatlah cerita cerita yang dinarasikan dengan ama detail selama didalam kereta api tersebut. Jason mendapat kecelakaan sehingga kepalanya harus dibalut perban. Peter sedang menyembunyikan kabar kehamilan istrinya dari mereka berdua. Sedangkan Jack lagi mempersiapkan ending karya tulisnya. Karakter karakter itu dihidupkan dengan sebuah kesepakatan diantara mereka bertiga bahwa mereka harus saling mempercayai dan saling menyayangi. Ada kejutan kejutan yang sangat lucu yang akan terjadi, ketika Peter tidak menyangka ular yang ia beli keluar dari sangkar sehingga mereka mendapat masalah kepada seorang petugas masinis yang galak dan berkumis tebal. Begitu juga ketika Jack yang diam diam bercinta dengan seorang petugas wanita didalam kereta. Sampai pada hal sepele masalah ikat pinggang yang dikenakan Peter adalah warisan ayahnya yang dirasa Francis adalah haknya.

Pergerakan film gambar film ini memang tidak biasa, bahkan mampu menjelmakan film ini menjadi sangat indah dan dikagumi. Begitu juga dengan naskah film ini yang sangat bagus, tidak menyangka Wes Anderson selalu konsisten dalam urusan ini. Ia menjadikan naskah naskah yang bergulir dengan lancar dan mengasyikkan. Begitu juga dengan lagu lagu yang mengiringinya menjadikan film ini memang sarat penyegaran.
Saya sangat merekomendasikan film ini pada kalian yang ingin dimanja gambar gambar bagus seperti gambar gambar sliding yang memperlihatkan suasana karakter antara ruangan yang satu dengan ruangan yang lainnya.
Begitu juga dengan pengembangan konflik yang mengharukan bila dilihat dari beberapa sisi namun sangat lucu jika ditinjau dari sudut sudut yang lain.Walau tidak mencoba lebih satir seperti halnya Little Miss Sunshine film ini punya pesan moral yang sangat dekat sekali dengan kehidupan sebenarnya.

Anderson juga tidak ketinggalan menyajikan ending yang sangat bagus dan berpotensi menghadirkan suka cita di wajah penontonnya.Ending yang saya rasa mirip seperti Fantastic Mr Fox yang membutuhkan titik titik apresiasi penafsiran dari penontonnya.

Nah satu lagi nih film Wes Anderson yang belum saya review berjudul ROYAL TENENBAUMS. Well, seperti apakah filmnya? Tunggu saja. Wes Anderson adalah sutradara yang patut diperhitungkan atas konsistensinya. Good Job.

Judul : Darjeeling Limited
Cast : Owen Wilson, Adrien Brody, Jason Schwartzman
Related Option : Fantastic Mr Fox, Little Miss Sunhine
Score : 4.0/5



Christopher Noland, sepanjang karier penyutradaraannya dalam mengorbitkan karya karyanya ke tengah publik selalu saja mendapatkan atensi yang sangat riuh bergemuruh. Entah menanti dua atau tiga bulan, setahun atau dua tahun lebihpun menjelang tanggal perilisan, tetap saja gaung yang melekat kepadanya meletup letup seantero dunia. Bahkan untuk mendramatisasi, kru kru yang terlibat didalamnya tutup mulut perihal Inception. Apakah plot dan set film ini mengarah pada disaster movie seolah olah Noland ingin memperluas jangkauan genre nya, ataukah seperti Avatar yang mengadposi karya karya besar lain agar mendapatkan naungan pencitraan visual hebat yang bernama inspirasi. Belum lagi dengan kehadiran ensemble cast yang dicintai publik karena sudah memiliki jaminan kualitas akting, menjadikan Inception adalah summer movie High Profile dalam merambah pangsa pasar.

Inilah yang menyebabkan rasa cemas yang saya miliki tidak bisa terkontrol sebagaimana mestinya lantaran bioskop terdekat didaerahku menunda jadwal pemutaraan perdananya. Seakan akan kehilangan aura hidup lantaran ekspektasi yang teramat tinggi dan berestimasi cuman dapat nonton dengan menunggu dvd dari lapak lapak di seberang rumah.

Well, mari mengenang masa masa film TDK yang melorot jatuh dalam kancah perebutan film terbaik dibeberapa ajang penting. Dimulai dari tidak tembusnya TDK dikategori utama Golden Globe. Disusul dengan kegagalan yang sama di BAFTA Oscarnya Inggris, menimbulkan Afiliasi fans fanatiknya . Akankah AMPAS berpotensi membalikkan keadaan atau tetap pada kekolotannya menjaring film film yang mengusung materi yang dicari?

Nah, dari landasan titik itulah ada semacam keharuan yang terlontarkan kepada sebuah gebrakan dahsyat dan sebuah pencapaian. Walau sebenarnya pencapaian tidak dinarasikan sebagai "kemenangan anugerah disana sini" sudah saatnya Om Noland merasakan kenikmatan menjadi nominator Oscar as best director.
Sepakat?

Inception kehadirannya bak sebuah mata air di gurun pasir Kalahari yang panasnya bukan main. Ketika banyak film film yang hanya ber fatamorgana di arena kualitas, Inception hadir mencucurkan air penyegaran kepada kita kembali betapa menyenangkannya kegiatan yang disebut menonton itu.

Ya, Inception dalam jabarannya adalah sebuah prodak yang mengusung profil Christopher Noland sebagai merk dagang yang sangat lekat dengan kata "konsistensi". Ada pertanggung jawaban yang tak terpisahkan dari dirinya terhadap karya karyanya dimata saya. Contohnya apakah persamaan "Batman Begins, The Prestige dan The Dark Knight"? Ya, bukankah ketiga film itu diganjar dua nominasi Oscar kategori Best Art Direction dan Best Cinematography..? Nah Christopher Noland menempatkan art dan balutan cinematography yang amat kental dan khas sebagai aset yang paling penting. Tepuk tangan.
Inception memperkenalkan kita pada Dom Cobb (Leonardo Dicaprio) sosok yang memiliki perangai sebagai seorang spesialis dalam mencuri rahasia orang dengan menyelusup ke alam mimpi korban, tidak untuk mengambil atau memberi informasi namun untuk mempengaruhi alam bawah sadar sang korban agar mengungkap rahasia besar yang diinginkan Cobb. Nah dari situlah kita akan dihadapkan pada problematika sang spesialis yang memiliki kerumitan hidup terhadap istrinya Mal (Marion Cottilard) yang melanda gejala psikis Cobb menyebabkan dia tidak dapat pulang kealam realita. Kemudian Cobb ditawarkan sebuah misi oleh Saito (Ken Watanabe) agar dapat pulang ke Amerika tanpa terkuaknya tuduhan apapun yang menimpanya. Dibutuhkan ahli perancang mimpi untuk itu semua yakni Ariadne (Ellen Page) juga dengan bantuan Arthur (Joseph Gordon Levitt) dan Eames (Tom Hardy) untuk mengobrak abrik alam pikiran sang korban Robert Fishcer (diperankan oleh Cillian Murphy).Percobaan inilah yang diistilahkan Insepsi.
Sekilas Inception mengingatkan kita pada The Matrix , namun mentransformasikan komputer kekonteks mimpi dimana mimpi adalah alam yang bisa kita injaki. Perumusannya sendiri sangat futuristik yakni mimpi didalam mimpi dan mimpi di luar mimpi. Setiap mimpi memiliki ikatan grafitasi yang berbeda ( ada scene dimana mimpi hanya ber grafitasi nol) begitu juga dengan dimensi waktunya.

Film ini amat detail dalam menebarkan jala ceritanya sehingga bisa saja nomaters salah sedikit tidak berkonsentrasi akan kebingungan sedang menyimak lapisan mimpi yang dimana. Untuk itu sebagai salah satu nomaters yang disebutkan tadi (hehe malu) dibutuhkan
repeated viewing bila kita mau mengatakan film ini masterpiece. Karena saya yakin satu hal "The Greatest Movie Never Finished" untuk diulang ulang.Ya.. diulang ulang.

Selain ceritanya yang sangat menarik Noland tetap menampilkan Inception dalam wadah yang sangat memukau. Aksi kejar kejaran dengan ledakan disana sini ditampilkan dengan sangat kelam dan artsy. Begitu juga dengan visual effect yang dipakai menjadikan kesan futuristiknya dicapai dengan taraf yang tinggi. Begitu juga dengan drama percintaan Cobb dan Mall yang disajikan dengan memakai kepintaran kepintaran kita. Inception telah menjawab semua rahasia rahasia itu dengan tepuk tangan . Bahkan tidak sulit memberi Standing Applouse.

Sebagai sebuah sajian yang dibanjiri cast cast mumpuni, peran peran didalamnya berakting cukup bagus hanya saja Ellen Page yang paling saya idolakan terasa tidak nyaman bermain di film serius. Seperti hendak melepaskan kecerdasan cara bicaranya sebagai si "Juno" Ellen Page tetap berusaha mendalami mimik seorang aristek yang diposisikan sebagai saksi kekacauan jiwa Cobb. Leonardo sendiri sebagai central character disini bermain sesuai dengan porsinya begitu juga dengan nyai Cottilard yang sangat matang dalam mengolah emosi sebagai istri Cobb yang malang.

Nah bagaimanakah nasib Inception kedepannya? Apakah mendapatkan tempat dari juri juri dan kritikus? Kabarnya Inception disambut baik oleh BAFTA/LA. Kabar kabar tersebutlah yang pasti selalu dinanti nanti dan menarik disimak.
Terrific........

Directed By : Christopher Noland
Cast : Leonardo Dicaprio, Marion Cottilard, Ellen PAge, Ken Watanabe
Score : 4.5/5


Imaginarium Of Doctor Parnassus adalah film arahan Terry Gilliam yang diluncurkan tahun 2009 lalu. Walau sebenarnya sudah banyak review review sejenis yang mencoba mengulas keseluruhan film ini, namun saya berketetapan hati untuk mencobanya walau sedikit telat, karena film ini punya arti yang sangat besar bagi saya untuk mendiang Heath Ledger, aktor muda asal Australia yang mati muda saat di puncak karier. Pada saat yang sama pula pihak studio nyatanya belum menuntaskan film sirkus keliling yang melibatkan heath Ledger tersebut dan mereka dibuat pusing bukan main, hingga pada akhirnya mereka harus merombak beberapa cerita didalamnya.

Dan mari saya sambut Anda di Imaginarium Of Doctor Parnassus, hanya cukup mengeluarkan beberapa sen saja, kami akan menawarkan sebuah cermin ajaib yang membawa Anda ke kehidupan yang indah dengan warna warna pastel yang mempesona dan menghadirkan segala macam hal yang paling anda inginkan selama ini dan ketika Anda keluar dari cermin tersebut Anda tidak akan melupakan sensasi paling memabukkan dari yang pernah Kita bayangkan. Tapi pada scene scene pembuka ini kita akan diperlihatkan masa masa kritis sirkus keliling tersebut yang disajikan dengan adegan yang mengerutkan dahi yakni angle angle pengambilan gambar yang agak kurang elegan, belum lagi naskahnya yang tidak nendang dan karakter pemuda pemabuk yang cukup menjengkelkan.Untungnya mata sudah dimanjakan dengan gerobak kuda yang sangat unik ditambah saya sudah punya feel kalo kostum kostum yang mereka pakai sudah menghidupkan suasana.


And hey siapa tahu kalau ternyata dunia tersebut adalah hasil tawar menawar Dr Parnassus (
Christopher Plummer) dengan iblis bernama Mr.Nick (Tom Waits). Namun tentu ada persyaratan yang harus dipenuhi apabila ingin mewujudkan dunia tersebut, yakni Valentina (Lily Cole) putri tunggal Dr.Parnassus harus dijadikan tumbal bila ia sudah menginjak 17 tahun. Yaelah ada juga ayah yang tega nian kepada gadis secantik ini dan selama itulah ia menutup nutupi klimaks cerita yang sering Valentina dengar padahal hal itu melibatkan dirinya. Karena sudah ngak tahan dengan permainan Mr.Nick yang diperlihatkan dengan tata make up yang sumpek bercampur frustasi maka dengan segala daya upaya ia mencari cara agar Valentina selamat dari genggaman sang iblis.Tapi bagaimana?

Dan untungnya datang seorang penyelamat bernama Tony yang secara bergantian diperankan oleh Ledger,
Jhonny Depp, Collin Farrel dan Jude Law). Yups tony mengembalikan masa kejayaan mereka dan mendulang banyak keuntungan ( gimana ngak banyak uang ?? yang keluar dari dunia tersebut malah rela menyerahkan mantel bulunya, beserta perhiasan perhiasan yang ia pakai dan ada yang menyerahkan uang cek dalam nilai yang sangat banyak)..

Nah tidak perlu menghiraukan jalan ceritanya yang tidaklah terlalu spesial seperti Alice In wonderland. Imaginarium Of Dr Parnassus malah lebih ramah menampilkan grafis grafis cerah dan berwarna seperti karya karya Tim Burton. Kalau kita mengingat Tim Burton yang tidak lepas dengan nuansa gothic dan kekelaman ceritanya, Terry Gilliam pun juga memakai model yang sama namun dengan memadukan unsur unsur yang lebih cerah dan meriah.Apalagi seperti yang telah saya singgung sebelumnya, tata kostum film ini sangat ciamik dan menyelaraskan lokasi dipakai begitu juga dengan make upnya.
Hmm juga ada yang tidak terlalu menggembirakan dari film ini yakni editing yang agak kasar dan ada pergerakan kamera yang tidak blur dengan tata visual (hmm nanggung nanggung kerja tim visual tersebut) .

Heath Ledger pun bermain tampak kurang maksimal diawal, seperti hendak mencoba sesuatu yang beda namun sedikat pincang dibeberapa adegan, tetapi tetap secara keseluruhan itu masih diatas rata rata seorang Ledger yang kukenal.
Lalu bagaimana dengan peran aktor lainnya dengan karakter tony? tenang saja hasilnya mereka malah muncul apabila sudah berada didunia Parnassus menggantikan Ledger didunia nyata. Hal ini tentu tidak merusak jalinan cerita karena performa akting Jhonny depp dkk yang menjadi kuncinya (walau sesungguhnya saya juga menerka nerka dimana saja adegan yang diedit dan mana saja naskah yang dirombak) saya tertawa sekaligus terharu simpul.

Adegan paling mengesankan bagi saya yakni ketika Mr.Nick bertemu dengan Valentina didepan dua kaca yang berbeda, Mr.nick berdansa dengan Valentina dan divisualisasikan dengan sangat sangat ARTSY dan MENAWAN (ohh film ini selamat dimata saya karena adegan yang satu ini yang bersinergis dengan selera yang saya punya) juga ketika Valentina berlari lari dengan hujaman kaca kaca disekitarnya. Jadi saya sepakat sekali Oscar mengganjar Imaginarium Of Dr Parnassus dengan 2 nominasi teknis yakni Art Direction dan Costume Design.

Imaginarium Of Dr Parnassus pada akhirnya saya harus mempercayai satu hal pastilah jauh lebih bagus apabila Heath Ledger tidak keburu dipanggil ke alam baka, mengingat hubungan Plummer dan Waits yang cukup terjalin dijaga dengan performa yang cukup apik. Selain itu pasti line cerita akan jauh lebih kuat dan mendalam jika dengan memfokuskan ke hanya titik berat bagaimana menyelamatkan Valentina, bukan dengan menyaksikan jabaran kisah lain yang lebih kompleks namun tidak ter direct dengan porsi yang tepat.
Well tapi saya masih sangat terkesima pada film yang dikasih label "film heath Ledger yang Terakhir" ini. Sungguh sebuah keharuan yang mendalam bagi semua penggemar sejatimu.

Director : Terry Gilliam
Cast : Heath Ledger, Christopher Plummer, Lily Cole, Tom Waits, Andrew Garfield, Jhonny Depp, Jude Law And Collin Farrel


Score : 3.25/5


Diberdayakan oleh Blogger.