Hai readers...,finally i back.Siapa yang merindukanku? (krik krik :D) Kurang lebih dua tiga bulan saya sengaja vakum dulu dari urusan review me review dan ugh rasanya senaang sekali akhirnya segala urusan perkuliahan dapat terlaksana dengan baik (mudah mudahan nilainya cum shot eh cum laude maksudnyaa LOL).*mikir apaan sih.
Oke review ini mungkin adalah sebuah permulaan untuk pemanasan artikel selanjutnya, kali ini berupa short review aja soalnya agak mumet membuat long review ,yang saya saksikan selama satu bulan ini yang tentunya masih menyisakan ingatan segar dikepala saya, entah itu bagus, tidak bagus atau beberapa hal kecil yang ingin saya ungkap.Kumulai aja ya ndes dari Source Code (C-) yang sedikit timpang dari ekspektasi yang kuharapkan. Saya tidak mempermasalahkan idenya sih, unik malah, cuman ya ada hal hal yang terlihat lemah, baik itu konsep sinematiknya, tone penceritaannya,kemudian terlalu ramah gimana gitu mengeksplorasi sisi humanisme yang sayangnya tidak sedap terlihat.Adegan menelepon papanya itu membuat perasaan saya berkecamuk, dalam hati apakah saya harus ikut merasakan keharuan ketika pada saat yang bersamaan pula otak harus berpikir keras?Ngak banget khan.Kemudian ada juga Temptation Of St.Tony (A-) salah satu pengalaman pertama menyaksikan film yang agak beda.Di sutradarai oleh Veiko Õunpuu yang terkenal dengan ahlinya film seni (sok tahu neh) yang menampilkan olahan gambar hitam putih yang sarat sisi artistik.Sinematografinya itu sangat kuat loh huwaa acung jempol deh.
Hmm walaupun memang sih ceritanya sangat ngelantur dan sedikit berantakan.Kadang mengisahkan kisah cinta, kemudian pemecahan teka teki namun eh ujung ujungnya malah kanibalisme.Ngak lucu banget khan? Yang pasti seusai menyaksikan kisah ini, gravitasi artistiknya akan tetap meletup didada anda dalam waktu yang cukup lama. Kemudian saya juga ingat nonton film lokal (hey saya masih peduli looh itupun karena tv swasta menayangkannya) yang judulnya agak terlalu dipermanis yakni I Know What You Did On Facebook. Kisahnya ngak susah ditebak, gimana asyiknya kaula muda ngutak ngatik facebook, chattinglaah, update statusslaah syukur syukur dapat gebetan. Walau ceritanya masih tergolong jelek, IKnow What You Did On Facebook paling tidak memperlihatkan kreatifitas penggunaan teknik kamera (ya syukur syukur kameramennya orang Indo kalo orang luar ngak nyampe deh pujian ini), soalny saya ngelihat sinematographernya seperti bereksperimen gimana gitu dalam tiap tiap babak,walau ngak stabil tetap poin ini yang cukup saya suka.bisa disaksikan sendiri maksud saya ituuh. Oh ya film ini dengan percaya dirinya mengcopy scoring American Beauty looh. Edan! Buat malu aja tuh sutradaranya. Ngak bisa buat scoring laen apa? *berkacak pinggang*. Kemudian saya nonton Days Of Heaven juga, film paling monumental yang pernah saya rasakan, namun khusus film tersebut dan juga ada beberapa film lain yang akan dapat jatah review sendiri sendiri.Tungguin ya... Nah kemudian saya barusan aja nonton dua film sekaligus Crash (D) dan Brokeback Mountain (A+).
Tujuannya sih cuman satu ya tahulah (seperti gosip yang banyak beredar) "Siapa yang merampas siapa dan Siapa yang dirampas oleh siapa" oh ternyata memang Ampas itu galau gimana gitu untuk menimang Brokeback Mountain dapet best pictures, ya karena gak mau dibilang gay kali ya makanya isu rasialisme yang diusung Crash jadi jawaranya kemaren.Tiga tahun yang lalu sih udah menyimak Crash cuman ngak tuntas, akhirnya menyisakan suatu pengalaman sinema yang konyol bukan main. Entahlah padahal saya suka dengan tata teknisnya tapi ceritanya itu kotbah sekalii, kemudian sesi sesi dimana hati ingin diajak ikut menangis ngak keluar sama sekali, serasa pemaksaan.Mengecewakan. Beda dengan Brokeback Mountain yang juga udah lama banget ngak ditonton ternyata masih menyisakan kesesakan yang amat mendalam.Salah satu film terbaik dekade lalu.Sempat juga menyaksikan Million Dollar Baby yang lumayan saya suka, karena ada tone yang ditolak jauh jauh dari film ini, yakni riuh rendah pantang menyerah yang rasanya udah berjamur jika dipakai kembali. Film ini berakhir pada tataran yang membuat hati meringis.Disini juga Morgan Freeman menang Oscar.Loh kog ngak istimewah ya? Perannya malah beda tipis ama yang di Bruce Almighty.nasib memang yaa. Terakhir saya menyaksikan Ordinary People (A) yang juga kayaknya berembel embel Oscar Winners. Tapi yang ini benar benar Oscar Winners menurut saya. Sangat membuat hati ini meradang, emosi dicampur kedukaan menyaksikan suatu pergumulan suatu keluarga. Ini malah saya anggap segelintir dari pemenang Oscar yang paling tidak memalukan. Hehehehe.. Oke sampai sekian, sori bahasanya agak non formal... thanks :D




Diberdayakan oleh Blogger.