Trailer esensinya adalah menciptakan efek persepsi yang kuat dan semenarik mungkin buat para penontonnya agar mereka tetap antusias untuk menunggu perilisan film tersebut pun dalam rentang waktu yang cukup lama.Coba lihat trailer Harry Potter dengan dandanannya yang seperti saya katakan kemarin - menyentuh sisi festival yang begitu cantik serta disisi lain dibanjiri efek efek dahsyat yang menyisakan ingatan yang sangat cool dihati kita.Atau trailer Uncle Boonmee yang dengan nuansa kesederhanaannya tampil menghipnotis, menghadirkan shot yang menambahkan elemen suara seperi denyut jantung yang begitu misterius.Dalam hati akan terus bertanya ada apa gerangan, ada apa gerangan?

Jadi tak lama baru ini akhirnya dirilis juga trailer 1 bukan official trailer film reboot superhero kesayangan anak planet biru Spiderman berjudul "The Amazing Spiderman".Eh saya kaget juga bukannya film yang saya tunggu tunggu itu sampai saya mewek karena Tobey Maguire melepas perannya tersebut berjudul Spiderman 4?Kog The Amazing Spiderman(Kalau diartikan "Menakjubkannya Spiderman.)Ah sudahlah walau saya cukup ngambek karena judulnya yang secetek itu tapi tak apalah, ibarat pepatah jangan menilai sesuatu dari namanya, toh kita sadar sekuel pertama Hulk yang diembel embelin kata Incredibles Hulk tidaklah buruk.

Jadi saya melanjutkan keasyikan saya dulu seperti mengomentari trailer Harry Potter dalam bentuk screenshot yang juga dikemas dalam bentuk list agar kita ingat apa yang membuatnya begitu dinantikan dan layak kita simak, nyatanya juga sepertinya saya buat untuk lucu lucuan saja karena film ini mungkin lebih liar disindir dari pada dipuji.Seperti obrolan twitter saya dengan #nomention "saya sangat pesimis sama film ini sampai stadium 7" yang membuatnya ngakak guling guling, atau tweet saya yang lain "apa ini adalah cerita masa kecil salah seorang CFO Facebook yang sedang kurang kerjaan jadi Spiderman?'' hihihi alasannya cukup jelas karena ini bukan filmnya Sam Raimi lagi melainkan Marc Webb yang lebih dikenal dengan romcomnya 500 Days Summer.Ya udah karena gambar yang saya dapatkan mayoritas kurang berkesan, maka saya hadirkan seadanya saja.

#7
Bermula dari seekor laba laba yang menggigit Peter Parker. Karena ini sebuah reboot bisa dibayangkan dong apa bedanya. Yups kalau yang versi Sam Raimi sepertinya lagi rame rame ma mahasiswa lain sedangkan disini nampaknya dia lonely lonely saja.Sayangnya sekarang bocoran plotnya belum keluar, saya masih bertanya juga dia masih menjadi mahasiswa atau sudah jadi ilmuwan muda?

#6

Maka ini dia tampilan visual yang dipersembahkan , tak jauh beda dengan shot shot versi sebelumnya namun sepertinya yang ini agak kasar dan agak konyol.Saya hanya berpikir loh kog mirip video game anak ibu kos saya ya..?



#5
Gambar orang ini cukup mendominasi trailer 1 kali ini. Apakah dia yang nantinya akan menjadi musuh karatan Spiderman ? Heuuh ternyata bukan dia Si Goblin yang saya maksud. Ternyata Si Goblin diambil peran oleh orang yang cukup akrab dimata penyuka film India, yakni Irrfan Khan.Saya belum tau dan dapat bocoran Rhys Ifans ini akan jadi orang baik atau orang jahat.

#4
Sisi yang menjanjikan dari film ini adalah pengganti Cliff Robertson dan Rosemary Harris yang memerankan Paman Peter Parker, Ben Parker dan May Parker (walau tetap aja ngak rela lantaran sudah jadi ikonik) yakni Martin Sheen dan Sally Field. Nah lumayan khaan mengingat Martin Sheen sekali menang Golden Globe dan Sally Field dua kali menang Oscar.

#3
Memperlihatkan sisi galau dan dilematis menjadi superhero.Hayoo kamu galau karena jadi Mr Spidey atau galau abis nonton Somewehere?? :p

#2
Saya mau nyebut nama cewek asli pengganti Kirsten Dunst neeh tapi kog susah kali di check imdb yang nyatanya dia bukanlah pemeran lead (FYI lead actornya Andrew Garfield, Irrfan Khan and Denis Leary).
Dan ternyata pacarnya Peter Parker berubah nama looh , entah siapa.Setelah saya check di imdb tidak ada nama Mary Jane.(kecewa batin)


#1
Yups dengan cukup menyesal saya memilih gambar yang satu ini yang saya anggap menarik. Uniknya jawara Harpot kemarin ternyata juga adalah sebuah shot dengan sebuah tangan.Bedanya kalau Harpot tangan kanan yang ini malah tangan kiri (hahaha).Jadi siapa yang semangat ingin diajak berayun ayun lagi dengan Mr.Peter Parker? hayoo angkat tangannyaaa

Nah segitu dulu cerita screenshot hari ini. Film ini sudah diresmikan akan dirilis pada tanggal 07.03.2012, mudah mudahan trailer 2 atau Officialnya segera dirilis dan ini mengubah pandangan kita.Untuk menyaksikan trailernya silahkan nikmati dibawah...







Ini adalah salah satu program movie marathon saya selama beberapa hari ini.Jadi saya mau bercuap cuap dengan anda, semoga sudi membaca.
Tidak banyak film baru yang saya simak beberapa hari ini karena artikel ini akan cukup didominasi film film lama dan sangat terkenal dizamannya.sebenarnya saya ingin mereview satu persatu atau kalau boleh mempostingnya khusus dengan tajuk “Layar Jadul” namun karena keterbatasan energi dan daya aktif otak (efek negative libur panjang) jadi saya akan gabungin dengan film film yang masih fresh. Saya mulai dari Mother And Child (2009/A) salah satu film yang lagi lagi lumayan kupandang sebelah mata pada tahun lalu karena judulnya yang terang benderang itu tuh.Ibu dan Anak, didalam hati pasti terbersit “pasti ceritanya yah gitu gitu aja”. Tapi tanpa disangka sangka Mother And Child adalah film yang sangat menggugah, heart warming dan film pertama yang sanggup meluberkan air mata saya (sampai membasahkan bantal guling) disepanjang tahun 2011 ini.Rodrigo Garcia begitu paham bagaimana menceritakan motherhood, childhood dan parenthood dengan menjalinnya dengan sangat mengena, mengandalkan kekuatan karakter, mengolah latar personal tanpa harus memakai teknik flash back.Disetiap kesempatan kita akan terguncang dan disatu kesempatan kita akan tersentuh, film ini nyatanya juga memiliki scoring yang nyesak dan soundtrack yang bagus tentu dengan sentuhan indie yang khas.Dan ternyata film ini sangaaaaat underated, aiih mengingatkan saya film kecil Please Give, hanya ajang kecil yang memperlombakannya dan sangat sedikit yang mengenalnya.Nah yang gini gini neh pantas saya timang.

The Good ,The Bad And The Ugly (1966/A) datang menyajikan pengalaman lain, sebuah kisah cowboy western yang sementara ini saya sebut sebagai film western terbaik sepanjang masa (belum nyoba Unforgiven) yang membuat perut saya ketawa terbahak bahak dengan geliat kocak Si Ugly (Elli Walach) ditengah dinginnya karakter The Good (Clint Eastwood) dan Sadisnya The Bad (Lee Van Cleef).Saya baru sadar setelah buka imdb ternyata Elli Walach masih hidup ternyata, dan menjadi cameo sebagai oldman yang ada ditepi pantai di Ghost Writer.Moga moga tetap sehat ya kek (fans).Masih ingat adegan ketika ia tertangkap basah oleh seorang koboy ketika Tuco,Si Ugly sedang mandi susu sebuah hotel ,tanpa diduga serangan balik mengarah ke sikoboy malang tersebut lewat aksi coolnya menyerang balik dengan senjata yang terendam di bath tubnya.And he says “When you want shoot, SHOOT! Don’t Talk”. Hihi best momentnya banyak siih bukan itu aja, tapi disitu keluar best quotenya.

Kemudian ada Archipelago (2010/A-) karya seorang “master art”-Joanna Hogg hadir sebagai film favorite saya pada pertengahan tahun ini,walau ada plot plot yang perlu saya simak lagi (biar dapat A+,film ini juga nanti akan dapat jatah review sendiri).Film yang sangat depresif ditengah keindahan alam yang melatarinya.Namun nyatanya magis khas Apichatpong Weerestakhul sepertinya cukup kentara disini, lihatlah penangkapan kameranya yang statis, bunyi kicauan burung disana sini, dan penguatan gambarnya yang condong pada pohon pohon yang hijau.

Beranjak kefilm yang baru saja saya simak yakni karya Martin Scorsese yang sering dibanding bandingin dengan Taxi Driver diforum forum pecinta film, Raging Bull (1980/A) yang menyadarkan saya oh ini ya nikmatnya film garapan Martin Scorsese.Mengisahkan drama diatas ring dan diluar ring seorang petinju kelas menengah Jake La Motte, yang memperkuat chemistry Robert Deniro sebagai anak kesayangan Martin Scorsese.Saya suka sinematographynya yang memakai layar hitam putih yang menambah kental tata artistic, belum lagi sentuhan glamournya dan drama yang disuguhkannya, walau agak depresif.Adegan ketika ia dihajar habis habisan oleh lawan tandingnya Ray namun ia tidak tumbang tumbang adalah yang paling memorable,makin mengesankan dengan perkataanya “You didn’t get me down Ray” menjadi sihir sinematik yang memuncak bagi saya.Disini Robert Deniro menerima Oscar keduanya.

Terakhir, saya memutuskan untuk bertarung menyaksikan Hamlet (1996/A). kenapa dibilang bertarung? soalnya ini adalah drama teatrikal yang memasang durasi 4 jam (bayangiin) yang membuat saya terkantuk kantuk dan mempausenya beberapa kali karena plotnya cukup pelan dan sentimentil.Kenneth Branagh yang menjadi Hamlet (dia juga yang menyutradarainya) terlihat mendominasi kisah ini, mengisahkan pembalasan dendam dirinya dan rahasia tersembunyi yang tengah meruanglingkupi pemimpin kerajaan.Keunggulan film ini sebenarnya ada pada letak naskahnya, dimana William Shakespeare ikut didalamnya yang menjadikannya banjir dialog ala pementasan yang cukup lebar dan terasa puitis disatu sisi, serta performa aktor aktor didalamnya yang menghafal dialog tanpa cut sama sekali.

Disini kita juga dapat menyaksikan Kate Winslet dengan acting tidak warasnya yang merebut antusias saya.Intinya Hamlet yang terkenal dengan quote legendarisnya “Tobe Or Not To Be “ itu berhasil mengeluarkan decak kagum saya.Hey gimana yang versi Ethan Hawke ya? Penasaran juga

Sekian dulu untuk artikel From “Mother And Child” To “Hamlet” ini, jangan lupakan artikel saya besok, yakni film film yang paling saya kejar selama ini (sampai kebawa mimpi euyy) apalagi kalau bukan HOWL dan SUBMARINE.Terima kasih


Dalam semangat menyuguhkan tayangan segar dan mutakhir yang diusungnya, Spike Jonze menghadirkan a short romance movie berdurasi 29 menit berjudul I’m Here. I’m Here sepertinya bergenre sci-fi ketika robot dan manusia sudah mulai hidup berdampingan dan robot mendapatkan perlakuan yang sama seperti halnya manusia,punya kesempatan kerja, boleh berkendara, memiliki apartment,bersuka ria ditaman, mendapatkan perawatan dirumah sakit atau menghadiri konser musik. Disini terlihat unik kalau ternyata robot bisa bermimpi atau bahkan masih ingat betul isi mimpi mereka, robot juga selera musik yang bagus.Mereka juga bisa bergaul dengan manusia, dan Spike Jonze tampaknya tidak memperlihatkan sisi intimidasi atau prasangka diantara robot dan manusia.Mereka bisa hidup berdampingan, bahkan sama sama menikmati pesta dan hang out bareng

Yang memfokuskan pada kisah sederhana pertemuan dua robot beda jenis yang saling mengisi satu sama lain dalam menguntai moment kebersamaan.Ialah Sheldon yang disuarakan oleh Andrew Garfield, robot berkepala kubus (saya awalnya mengira ini adalah manusia yang mengenakan kardus karton dikepalanya) seorang asisten perpustakaan disalah satu lokasi kota LA yang berkenalan dengan Francesca (Sienna Guillroy) robot lain yang berlawan jenis ketika hendak menanti bus untuk pulang.Fransesca dan teman temannyapun memberikan tumpangan pada Sheldon dan mengajaknya berkeliling kota bersamanya.Pun cerita semakin jelas dan semakin menarik ketika akhirnya Sheldon dan Fransesca semakin intim dan memiliki ketertarikan satu sama lain.Seperti yang kita harapkan juga, bumbu bumbu asmara diantara mereka akhirnya mekar juga.

Love Means Sacrifies, cinta antara Sheldon dan Fransesca penuh pengorbanan, penuh tuntutan yang terbilang baru dan unik yang terlihat begitu tulus.Ketulusan dan pengorbanan inilah yang tampak menjadi tergaet utama naskah yang juga ditulis oleh Jonze ini.

Walau terkesan datar datar saja, I’m Here sebenarnya masih terbungkus oleh atmosfir Where The Wild Things Are- karya spike Jonze sebelumnya , namun menanggalkan sisi keliaran dan mengambil sisi lain agar terlihat berbeda yakni romance.Sisi romantic ini menjurus pada sebuah ketulusan dan pengorbanan yang akan mengingatkan kita makna kedua point tersebut. Keunggulan I’m Here terlihat menonjol dalam urusan music yang melatarinya seperti menyaksikan cita rasa lagu selera Sofia Coppola seperti "Did You See the Words", terlihat sangat enerjik mensinegrikan momen moment dengan alur yang hendak dibangunnya.Boleh saya katakan cukup berkesan.This is a wonderful effort and takes just 29 minutes to say effectively what many full-length features fail to in two hours. A must watch .

Directed By Spike Jonze Cast Andrew Garfield Sienna Guillory and Annie Hardy Year 2010 Genre Drama, Romance, SCi Fi Duration 29 Minutes Country US


MOAN AND NEW LINE CINEMA SCORE

..........................................

B

..........................................



Days Of Heaven, dalam jiwa keteduhan dan kepuitisan yang terpendar cahaya kuning memerah yang meningkahi rimbunnya ladang gandum,dalam usaha mengkonstruksi suatu pembangunan karakter dari perjalanan atau sebutlah petualangan tiga anak manusia, yang menyisipkan asa, cita cita dan cinta yang terdengar dari lugunya narasi seorang gadis kecil - mensugestikan pada diri orang orang disekitarnya, hidup ini adalah surga yang sayang kalau tidak segera kita hinggapi, tak peduli himpitan ekonomi jika disitulah seseorang terpenuhi dengan orang orang yang ia sayangi.


Bill (Richard Gere) seorang buruh metal kabur setelah menghajar sampai pingsan bos tempat ia bekerja, ia kemudian kabur bersama kekasihnya Abby (Broke Adams) dan adiknya Linda (Linda Manz).Lucu memang hubungan antara Bill dan Abby tersebut, lantaran mereka tidak dinikahkan dan karena tidak ingin ada pergunjingan dimata orang lain maka mereka mengaku ngaku sebagai kakak adik.

Pergilah mereka bertiga merantau menuju Texas dengan kereta api yang menderu deru dan cukup dominan ditangkap kamera, sebagai pekerja ladang gandum.Ladang gandum tersebut adalah milik seorang pria yang masih muda (Sam Shepard) yang kaya (namanya tidak disebutkan) namun terlihat tidak mengharapkan banyak hal dalam kesehariannya.Dirinya penyendiri, tidak memiliki keluarga dan tidak banyak bergaul.Kabarnya ia mengidap penyakit dan mungkin saja ajal dengan cepat datang menjemputnya.Hidupnya berubah, ketika hatinya terpaut oleh kecantikan Abby kekasihnya Bill,seperti melihat ada sebongkah kehidupan yang ia inginkan dan harapkan dibalik rambut hitamnya yang tergerai indah walau agak kumal.Ia pun meminta agar Abby dan saudara saudaranya bersedia untuk tinggal bekerja untuknya.Pun berjalannya waktu Abby akhirnya menikahi petani kaya raya tersebut.Terjadilah drama cinta segitiga tersebut.Kisah cinta ini menghadirkan ironi yang tampak sembab dan muram yang amat menyayat hati karenaterlihat lebih menyudutkan dan melukai hati petani tersebut . Ada suara parau, nada kesesakan yang akhirnya memuncak menjadi batu peletup bencana yang tertancap pada amarah murka yang lebih besar.
Days Of Heaven tampak mempersinggungkan sisi kelam dibalik kontrasnya sisi keceriaan.Disatu sisi Days Of Heaven memang menyerupai The New World yakni asmara yang meruang lingkupi dua insan beda gender tersebut.The New World memang lebih condong pada aspek spiritualis , ketika kehilangan cinta terasa seperti kehilangan ilah dalam hidup, Days Of Heaven terlihat dalam kadar yang lebih sederhana .Ia adalah puisi sosial dari anak buruh yang penuh petualangan, merasakan sesekali saja bagaimana menjadi sedikit lebih kaya, bermalas malasan, tanpa harus bekerja dengan lebih keras.Days Of Heaven tidak melupakan Linda yang menjadi voice Over, ia memiliki cerita yang juga ingin ia sampaikan.

Sebagai karya yang sangat fundamentalis dari Terrence Malick- seorang kreator satu abad sekali menyuguhkan persinemaan, maka tidak sulit rasanya menerima Days Of Heaven sebagai karya paling puitik sepanjang masa.

Directed By Terrence Malick Cast Richard Gere Sam Shepard Amy Brooks Linda Mtaz Distributed By Paramount Pictures Country USA Year 1978 Genre Drama
MOAN AND NEW LINE CINEMA SCORE
...............................
A+
...............................


Shakespeare In Love (1998)

Kisah treatikal yang karena prestasinya membuahkan Academy menjadikannya ia dicibir oleh publik hingga kini.Personally film ini sebenarnya tidak konyol konyol amat euy, bagus malah walau tidak sampai segitunya memang dipuja puji diarena kualitas.Kisah Romeo And Juliet memang menjadi karya William Shakespeare yang sangat legendaris dan punya pengaruh yang kuat di dunia treatikal, rasanya era kini ya jika mencari tema untuk suatu pemanggungan, pasti akan terdengar “Romeo And Juliet aja “ dan dibarengi dengan nada anggukan anggota anggota lainnya "oh iyaa pasti asyiik", bahkan untuk sekedar informasi penulis sudah dua kali memerankan karakter Romeo di panggung sma dulu. B


Sideways (2004)
Nah menanti perilisan karya Alexandre Payne yang berjudul Descendants, ada baiknya mengetahui kiprah sutradara ini lewat Sideways yang menuai limpahan pujian.Okelah dimana ada yang memuji pasti ada juga yang memendam benci atau paling tidak “tidak suka”. Kelemahan Sideways menurut saya adalah terlalu berat sebelah memperkenalkan Miles sebagai penggila anggur ketimbang memperkenalkannya sebagai seorang novelis yang bercita cita tinggi.Sehingga pada saat naskah Miles ditolak mentah mentah oleh penerbit sayangnya tidak menghadirkan emosi yang memadai untuk turut memberikan hati bernama “simpati” padanya. Film ini hanya unggul dalam mengolah cerita tentang penggila anggur saja. B-


Letters From Iwo Jima (2006) & Flags Of Our Fathers (2006)
Proyek Clint Eastwood yang teramat ambisius ini bolehlah saya sambut begitu hangat.Mengingat Eastwood paham sekali ada asas “prespektif” yang harus menjadi landasan ini kisah dalam pandangan siapa. Letters From Iwo Jima tampil dengan menghantam dada yang amat nyelekit dan mengiris sembilu , sampai saya berkata “aduh ada ngak ya film perang yang happy, ngak tahan ma yang satu ini..”sedangkan Flags Of Our Fathers tampak begitu ramah dengan nada humanismenya dan tampak begitu cengeng karena traumatis akut dan pujaan “hero” yang disematnya , yang sayangnya tidak digali dengan begitu meyakinkan.Kedua film ini mengingatkan kita pentingnya mengingat sejarah dan menghargai darah dan airmata pahlawan. Letters From Iwo Jima (B+) dan Flags Of Our Father (C+)

My Kid Could Paint That (2007)
So don’t pretend that I was one of the snobbers in Indonesia karena mengulas film yang tidak banyak dikenal agar terlihat keren dan elitis. Enggak ya karena saya mau ngebela diri saya, film ini diputer di Trans 7 pada tengah malam ketika saya susah sekali tidur.Trans 7 memang dikenal memang tidak terlalu kerbek dalam urusan cinema taste, namun My Kid Could Paint That menghadirkan cerita lain.Ini adalah documenter yang disepanjang cerita mengingatkan kita pada Catfish, namun tidak menjurus padajejaring sosialnya melainkan focus pada bilah lain, yakni “Abby versi lain” yang berbakat melukis.Namanya Marla, yang mengharuskan kita dihadapkan pada suatu sisi mistery pada kejeniusan Marla melukis dengan guratan yang amat abstrak dan berestetika tinggi. Anda disuruh untuk memutuskan “is it Inspiration or is it manipulation”. A-



Cukup lama juga menjadi ayah tiri untuk karya Jean Pierre Jeunet ini, suatu hal yang mungkin ada baiknya mulai dari detik awal ini ditanggalkan sesegera mungkin dari kebisaan mengapresiasi sinema. Tentu ini menyangkut magnet yang menyisa dikepala saya yang benar benar menghibur diri saya dan dilain sisi nyatanya mencampur baur dengan rasa cukup menyesal karena lama menyepelekannya (underated juga ternyata).

Nyatanya Micmacs hadir sebagai karya yang terlihat sangat menghibur, terasa enerjik disatu sisi serta terlihat serius dalam menawarkan aspek kesungguhan dalam pemroduksian.Ya ini hanyalah proyek main main saja, namun jangan salah sering sekali sineas yang lupa proyek main main tersebut yang mananya disebut main main.

Jean pun memulai film ini dengan bisu dan minim kata, yang dimana itu cukup memperlihatkan sentuhan kelas festivalnya, ditambah dengan mengandalkan olahan gambar manis, serta grafis yang begitu sempurna.

Ini adalah kisah tentang balas dendam yang memadukan sisi komikal, lucu lucuan serta olahan artistik setting tempat dibangunnya cerita, apalagi kalau bukan kota Paris yang disempanjang cerita seakan akan saya ingin berdansa dengan olahan musiknya yang mengingatkan saya pada Ratatouille.


Maka jadilah Bazil (tokoh utama) pria melarat,kumuh dan dekil yang awalnya diperlihatkan begitu menderita dengan luka dikepalanya,kehilangan pekerjaan dan rumahnya, serta kadang kadang terhuyung huyung secara spontan kalau pistol menempel dikepalanya,mengepalai aksi balas dendam dirinya, dengan dibantu oleh sekelompok dealer pengrajin barang rongsokan yang ia temui,yang unik dan cukup treatikal.Ada kalkulator seorang gadis berkacamata yang jenius dibidang matematika dan statistika, bahkan luar kepala menghitung elevasi suatu benda.Ada juga Buster, pria tua yang ceria yang tengah mengidam idamkan dirinya kelak tercatat di Guiness Record, serta elastic girl yang meliuk kesana kemari dengan sangat fleksibel bak karet, dan lain lain yang sepertinya tidak perlu dijelasin. Menggunakan sisi konfrontasi atau bahasa gaulnya “kompor” serta aksi aksi scenario yang menghadirkan gelak tawa, ini semua merupakan paket hiburan yang cukup sederhana da lumayan lezat.


Seperti kata saya diatas Micmacs salah satu bukti kuat bahwa film komedi yang memperlihatkan kontrasnya sisi fun, lucu lucuan bukan berarti digarap dengan apa adanya.Micmacs dibalut dengan perban yang sangat memikat yang mungkin menjadi penyebab begitu mudahnya saya menyukai ini,coba lihat bagaimana film ini juga begitu ramah dengan permainan grafis yang begitu halus, sinematografi yang cukup mencolok serta pergerakan kamera yang terlihat professional. Jadi tertarikkah anda menyaksikannya?

Directed By Jean-Pierre Jeunet Writers Jean-Pierre Jeunet Cast Dany Boon André Dussollier Nicolas Marié Genre Comedy

Moan And New Line Cinema Score

....................................

B+

....................................


Diberdayakan oleh Blogger.