Kekosongan rasanya dimiliki siapa saja, dimana saja ia berada dan dalam rutinitas seperti apa yang selama ini ia lakukan.Dalam tataran manusiawi, kekosongan itu berlakon layaknya komunikasi intrapersonal yang begitu intens dan memiliki tingkat kedalaman yang tinggi.Anda menjadikan diri anda sebagai subyek dan anda juga berlaku sebagai obyek.Dalam suatu kondisi,kadang sampai terenyuh memikirkan pertanyaan pertanyaan mendasar terhadap lika liku diri sendiri.Apa arti hidup saya? Apa angan angan saya? Apakah saya bahagia? Apakah saya sudah membahagiakan mereka? Apakah ini pernikahan yang saya harapkan? Dalam pendekatan yang begitu kontemplatif, kekosongan yang melanda dua insan yang dipertemukan didalam sebuah bingkisan cerita (Bob dan Charlotte), yang
senantiasa kesemuanya itu diramu dengan amat lugas ; kehampaan, keterasingan, kejenuhan.Seperti memperlihatkan secara cermat walau dalam penuturan yang dentumannya amat minimalis bahwa semua itu menghimpit dalam satu garis linear didalam diri mereka.Yang begitu rapat dalam cahaya mata mereka menatap siapapun.
Inilah yang dirasakan Charlotte (Scarlett Johanson), wanita yang selama ini banyak berdiam diri dikamar hotelnya.Ia adalah pasangan muda dan memiliki suami yang sangat sibuk dikala pagi datang menjemput.Perhatikan kebiasaan Charlotte, ia banyak berdiam diri.Ia tidak terlalu banyak bicara, bahkan ketika sang suami memperkenalkan teman lamanya dan ngobrol cekikikan,tatapan matanya kosong dan senyumnya tidaklah banyak terhumbar, tampak jelas ia tidak berselera dalam banyak hal. Ia lebih suka duduk dietalase kamarnya dan menatap gedung gedung menjulang yang begitu gagah.Hal yang tampak selalu menderanya yakni ia tidak bisa tidur nyenyak, sehingga ia sering memilih minum dibar , menghisap batang rokoknya dan melamun.Berkenalanlah ia dengan Bob (Bill Murray) seorang bintang iklan terhadap suatu minuman komersil yang baru saja tiba di kota Tokyo.Perhatikan gerak gerik Bob.Sorot matanya yang kosong, tidak bisa nyenyak tidur dikasur dan lebih banyak berdiam diri.Obrolan mereka sederhana, mengalir dalam proses intimate relationship.Sampai mereka tanpa sadar menemukan kesamaan satu sama lain dan menjalin hubungan yang lebih deep.
Disinilah disisipkan elemen pertolakbelakangan dua insan yang merasa terkungkung ini.Ialah kota Tokyo yang begitu gemerlap, begitu riuh tingkat rutinitas yang terjadi dari siang sampai malam hari.Ada rasa yang begitu aneh bila mereka berdua hendak menjamah elemen yang satu ini.Benarkah ini hidup mereka? benarkah ini tempat yang tepat untuk disinggahi? Benarkah ini yang ia harapkan? Seperti mengajak kita merabanya dan diikutkan dalam memahami apa yang mereka nilai, rasanya begitu hambar, rasanya tidak ada gunanya.Semuanya hilang dalam penerjemahan mereka.


Coppola begitu lihai dalam urusan menerjemahkan suasana keterasingan,ia memberikan sentuhan yang selalu memiliki nilai didalam jalinan scene didalamnya, pun bagaimana scene dan disetiap pengembangan kerekatan dua karakter ini, diolah dalam tone yang begitu tepat.Sinematografinya yang sangat indah mampu menerjemahkan dunia yang seperti apa yang tengah mereka hadapi.Ditambah kekuatan penyutradaraannya Lost In Translation tak ubahnya menjadi cerita perenungan yang begitu teduh.Disetiap kesempatan juga, sang sutradara menyelipi sisi humoris yang mampu membangkitkan tawa, lihat bagaimana ekspresi kosong Bob Harris ketika ia mengutak atik saluran televisi, atau juga ketika ia bertemu seorang wanita dengan stocking yang ia kenakan.Lost In Translation sanggup menjamah ruang kehidupan diantara mereka berdua dalam suatu kenikmatan yang begitu menyenangkan, memasuki keramaian, menikmati kesesakan bar malam dan berkaraoke ria.Sungguh sebuah rangkaian yang bernilai dalam menyautukan dua aspek itu saja, kemewahan dan kesunyian.Walau saya menyakini penonton merasa penuturannya terlalu lambat , Lost In Translation memberikan cita rasa keseluruhan yang sangat berhasil dan mengena.Saat saat mencapai ending boleh dikatakan inilah yang saya harapkan dari kesemuanya.Tidak ada rasa yang didramatisir, tidak ada kesan yang dilebih lebihkan, Coppola menyajikannya dalam caranya sendiri.









Directed by
Sofia Coppola Cast Bill Murray, Scarlet Johanson, Akiko Takeshita Screenplay Sofia Coppola Year 2003 Genre Drama Romance RunTime 104 Minutes

MOAN AND NEW LINE CINEMA SCORE
A



Diberdayakan oleh Blogger.