Writing (Original Screenplay)

Dari jauh jauh hari saya sudah memprediksi naskah David Seidler "The King's Speech" akan mengunci kategori yang satu ini.Naskah Mike Leigh yang merupakan satu satunya harapan dari si single fighter Another Year nampaknya tidak bisa diremehkan.Begitu juga dengan naskah Inception yang juga tidak gentar menghadapai The King's Speech, lihat! Dengan begitu mengejutkannya Inception memborong Original Screenplay dari Writers Guild Award (WGA).Yups kapan lagi kita bisa diarahkan oleh suatu rekonstuksi mimpi yang begitu menakjubkan dari dunia sinema? Ada sisi originalitas dan dobrakisme yang dimiliki oleh Christopher Noland dan tidak dimiliki kandidat lain. So kategori utama ini jelaslah akan menjadi harapan paling besar untuk anda anda yang mengaku Nolanisme.
Should Win :Inception
Will Win :Tke King's Speech

Writing (Adapted Screenplay)
Aaron Sorkin terlampau berjaya disini, dan jika ditelisik kekuatan pesaing pesaingnya lagi, tidak akan memberikan perlawanan yang berarti.Naskahnya yang kebut kebutan namun tetap mensinergikan unsur serius dan hiburan adalah poin paling gampang diingat dari sini.Ya kita tidak perlu berpikir banyak serta meragukan apakah Aaron Sorkin yang bakal menaiki tangga podium nanti.
Should Win :The Social Network
Will Win :The Social Network

Visual Effects
Kelima kandidat memberikan tayangan visual yang sangat mengejutkan.Ada yang diperkuat dengan keartistikannya, sedangkan yang lain diperkuat dengan design produksinya.Namun hal yang terpenting sesungguhnya ialah bahwa kekuatan cerita tidak boleh dikesampingkan walau sehebat apapun sajian visual yang memanjakan mata anda. Maka dari itu tipis harapan untuk "Hereafter" Clint Eastwood dan "Alice In Wonderland" Tim Burton. Khusus untuk Iron Man 2 saya belum mau menontonnya jadi saya tidak akan ngoceh apa apa.Tersisa dua kandidat “Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1” dan “Inception”. Saya rela jika Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1 yang disebut sebut seri terdahsyat akan mendapatkan yang satu ini.Namun apalah daya lawannya terlalu kuat.
Should Win :Inception
Will Win :Inception

Sound Mixing
Roger Ebert dengan beraninya memilih The Social Network untuk kategori yang satu ini. Tahukah Anda saya juga akan melontarkan nada yang sama, Social Network menyajikan setiap alur dengan kesunyian dan kemeriahan dengan batas batas sound mixing yang menawan.Pembawaannya begitu tenang dan menghadirkan suatu titik kepuasan jika menyaksikannya.Masalahnya adalah benarkah kategori ini bisa disabet dari tangan pesaing lain yang bergenre action semisal Inception? Ah saya masih optimistis untuk itu.
Should Win :The Social Network
Will Win :Inception

Sound Editing
Nah kategori ini mudah saja. Richard King perwakilan sound department Inception yang paling anyar disini.Setelah kemenangannya yang lalu di Master and Commander: The Far Side of the World dan The Dark Knight rasanya beliau akan merayakan pesta dirumah untuk piala Oscar ketiganya.
Should Win : Inception
Will Win : Inception

Music (Original Song)
Kategori ini yang saya favoritkan karena lagu adalah bagian dari hidup saya dan semua orang pada umumnya.Jadi bicara bagian dari hidup itu rasanya "We Belong Together" Randy Newman untuk Toy Story 3 memenuhi kriteria tadi.Ketika persahabatan kepada mainan mainan tersebut yang menghadirkan romansa,tawa,canda dan keharuan membaur dalam saat saat perpisahan yang menggetarkan hati, Toy Story 3 sudah memiliki reputasi klasik oleh siapapun yang pernah bersamanya termasuk juri Oscar disini.Tapi tunggu dulu, sepekan ini saya juga terjebak dengan tembang surga yang syahdunya begitu meluluhkan hati “If I Rise” dari“127 Hours” musik oleh A.R. Rahman ( Lyric by Dido and Rollo Armstrong).Namun Oscar begitu ramah terhadap lagu lagu country belakangan ini, seperti kemenangan "The Weary Kind" Ryan Bingham tahun lalu (Oh memang lagu ini luar biasa sekali liriknya).Namun “Coming Home” dari “Country Strong” harus banyak banyak minum air karena sepertinya tahun ini bukan tahunnya lagu lagu country. Dua lagu tadi yang jadi sorotan dunia.
Should Win : If I Rise
Will Win :We Belong Together

Music (Original Score) Saya sempat menahan nafas sesaat ketika BAFTA menolak Trent Reznor dan Atticus Ross dilima besarnya.Namun akhirnya lega juga karena sudah mengetahui bahwa tidak ada kaitannya sama sekali BAFTA dan AMPAS, sehingga scoring sebrilian ini tetap selamat dipenjaringan Oscar.Scoring “127 Hours” A.R. Rahman menjadi pilihan kedua saya.Sebenarnya saya adalah penggemar Alexandre Despalt (Fantastic Mr Fox, Ghost Writer).Saya salah satu yang jengkel berat mengapa scoring Up - Giacchino yang bisa menang tahun lalu bukannya Desplat. di Mr Fox.Ini pendapat pribadi namun scoring Fantastic Mr Fox begitu khas dan unik.Saya malah lebih rela scoring Fantastic Mr Fox ini kalah dengan Scoring Where The Wild Things Are dari Carter Burwell (Hehehe).
(Back to topic) Yups tidak ada lagi bantahan Trent Reznor dan Atticus Ross yang akan naik kepodium menerima piala paman bugil itu.
Should Win : The Social Network - Trent Reznor dan Atticus Ross
Will Win :The Social Network - Trent Reznor dan Atticus Ross

Makeup
Tiga kandidat didalamnya belum ditonton namun suaranya terbelah dua.Ropeof Silicon mengatakan Barney's Version yang akan menang karena profil film ini lebih melesat dengan kemenangan Paul Giamatti di Golden Globe (memangnya ngaruh?) sedangkan suara terbanyak mengatakan The Wolfman paling menonjol dalam urusan make up sehingga layak dimenangkan. Ngapain pusing pusing? Toh ini khan kategori hiburan.
Should Win :The Wolfman
Will Win :The Wolfman

Foreign Language Film
Nah ini dia kategori yang paling sering saya soroti selama sebulan ini, begitu menantang untuk membedah siapakah yang akan menang.Yups dengan latar belakang penyeleksian yang begitu ketat dan tampak menguras hati dan tenaga, maka sudilah kita semua memberikan standing applouse untuk siapapun yang menang disini.Foreign Language adalah barometer perkembangan film film internasional diluar Hollywood dan Inggris, termasuk Indonesia tentunya.Hanya saja semangat Indonesia untuk tembus kategori ini masih terlalu kerdil loyo dan tidak bergairah.
(Let's the main point) In A Better World bukan jagoan disini.Mentang mentang sudah menang di Golden Globe, apa bisa melenggang begitu saja di Oscar? Huuh...Dua terkuat datang dari Biutiful dan Incendies. Saya sering mengkaji (Hallaahh..) peta kekuatan dua film ini dan seberapa mampukah keduanya bersaing memenangkan piala ini. Biutiful tampak begitu cantik dengan kehebatan Javier Bardem di leading actor? Oh ini kerap jadi parameter sederhana untuk menebak Biutiful yang akan menang? Ah apa se simple itu? Analisis saya (eh sok sekali..): Leading actor Javier BArdem sama sekali tidak berpengaruh terhadap suara juri Oscar dan saya benar benar skeptis besar. Kecuali anda mintanya dengan kondisi "Life Is Beautiful" tahun 1999 lalu ketika film ini dinominasikan dibest pictures dan roberto benigni dinominasikan best actor bahkan memenangkannya.
Nah INCENDIES bagi saya satu dua tingkat lebih berpeluang disini.Terlebih saya mendapat banyak dukungan dari Roger Ebert dan situs Ropeof silicon yang mengutarakan hal yang sama. Namun toh tanggal 27 Februari nanti kita akan menyaksikan apa analisis saya benar benar BENAR atau benar benar SALAH. Itu sisi menariknya..
Should Win : INCENDIES
Will Win : INCENDIES

Film Editing
Hahaha buat yang pro TSN rasanya bolehlah sedikit angkuh dan sangar disini...
Should Win :THE SOCIAL NETWORK
Will WIn :THE SOCIAL NETWORK

Documentary (Feature)
Acuan saya cuman satu yakni film dokumenter manakah yang menang DOCUMENTARY SCREENPLAY di Writers Guild Award. Inside Job yang memilikinya
Should Win :INSIDE JOB
Will WIn :INSIDE JOB

Costume Design
Collen Atwood, Sandy Powel dan Jenny Beavan yang paling senior disini.Namun kali ini saya harus menyingkirkan Sandy Powel untuk filmnya The Tempest, sehingga tersisa dua Collen Atwood untuk Alice In Wonderland dan Jenny Beavan untuk The King's Speech. Jenny Beavan sedikit beruntung lantaran ia merancang kostum untuk film high profil The King's Speech.Dan bisa saja itu mempengaruhi juri Oscar.Namun perasaan saya tidak enak dengan kostum The King's Speech dan lebih menyukai kostum ALice In Wonderland, terlebih kemenangannya di BAFTA kemarin.
Should Win :Alice iN Wonderland
Will Win : Alice In WOnderland
Cinematography
Sinematographer yang saya cintai Roger Deakins sudah lama memimpikan piala OScar pertamanya.Sembilan kali dinominasikan sepanjang hidupnya sembilan kali pula ia tidak bisa menang.Kejam kau Oscar.
Should Win :Roger Deakins - True Grit
Will Win :Roger Deakins- True Grit

Art Direction
Lagi lagi pertarungan Alice in WOnderland dan The King's Speech..Namun hati saya beda kali ini. King's Speech cukup kuat untuk menutup wajah Alice In WOnderland.Tim Burton telah kehilangan magis artistiknya, tentu Oscar juga pasti menyadari hal itu.
Should Win :King's Speech
Will Win :King's Speech

Animated Feature Film
Of Course Woody And Friends...
Should Win :Toy story 3
Will Win : Toy story 3

Actress in a Supporting Role
Masih memang memperdebatkan pecahnya suara The Fighter untuk Amy Adams dan Melissa Leo.. Hainlee Steinfeld siap membuntuti dari arah belakang dan kebetulan saya menyukainya. Bagi saya Hainlee Steinfeld pemenangnya disini, namun apa mungkin Oscar perdananya muncul dinominasi perdananya pula, terlebih umurnya masih belia.Sedangkan Jacki Weaver dan Helena Bonham Carter kurang berpotensi disini.Khusus Helena Bonham Carter- kemenangannya di BAFTA adalah keberuntungan semata hehehe.
Should Win :Heinlee Steinfeld - The Fighter
Will Win : Melissa Leo - The Fighter

Actor in a Supporting Role
Kalau kebanyakan orang mengatakan Christian Bale yang luar biasa disini, saya malah tetap nempel dengan John Hawkes.Namun ini tahunnya Bale dan saya sudah sejak lama looh menunggu Bale di kancah penghargaan besar.Ini saat yang tepat dimoment yang tepat.
Should Win :Christian Bale - The Fighter
Will Win : Christian Bale - The Fighter

Actress In Leading Role
Natalie Portman memang melejit disini, namun empat kandidat lain telah menampilkan performa yang briliant dan hal itu pantas diapresiasi.Anette Bening yang sudah saya sukai dari awal, Nicole kidman yang sudah kembali se memorable lagi sejak The Hours dulu, Jennifer Lawrence yang begitu dingin jika melihat berapa tahun umurnya, dan istri mendiang Heath Ledger "Michelle Williams" yang total gila dengan adegan dewasanya yang frontal. I LOVE YOU LADY.....
Should Win : Michelle Williams - Blue Valentine
Will WIn : Natalie Portman - Black Swan

Actor in a Leading Role
Tetaplah fokus diduel "Sigagap bicara versus Si Fasih Bicara" walau nampaknya sudah ketahuan siapa yang akan menang dan mendapat standing ovation yang menggelegar nantinya.
Should Win :Collin Firth - The King's Speech
Will Win : Collin Firth - The King's Speech

Directing
Yups akhirnya kita mencapai kategori utama yang sangat amat bergengsi.Achievement Of Directing. Tetap tulisan saya ini sangat subyektif dengan jagoan saya David Fincher - The Social Network.Social Network adalah pencapaian directing paling menggelegar bagi saya. Cukup lega sebenarnya ketika Christopher Noland DITENDANG dari wilayah ini, sehingga memudahkan saya untuk mengambil keputusan.
Should Win :David Fincher - The Social Network
Will Win : David Fincher - The Social Network

Best Motion Picture
Tidak ragu ragu lagi saya menyatakan diri saya sebagai #TEAMTSN yang PRO The Social Network. Entahlah mengapa ketika juri juri penghargaan yang lain mempermudah jalan The King's Speech untuk melenggang sebagai juara, apakah Oscar memang tipikal juri yang ikut ikutan kena arus.Ah kalau begitu Oscar memang kerap mengecewakan hati saya. Hati ini semakin ciut ketika King's Speech adalah kandidat yang mengangkat tema yang sangat bersahaja kepada selera Oscar. Kisah bangsawan terkenal Duke Of York, Latar Belakang Perang dunia II, ada embel embel NAzi pula..Lengkaplah sudah...mengharuskan TeamTSN merapatkan barisan (well tetap berdoa maksudnya...)
Should win : The Social Network
Will win : The King's Speech


Recap :
# King's Speech Wins 4 #The Social Network Wins 4 #The Fighter Wins 2 #Toy Story 3 Wins 2 #Inception wins 3 #Alice In Wonderland Wins 1 #Incendies Wins 1 ##Black Swan Wins 1 #Wlfman wins 1 #Inside Job WIns 1 #True Grit Wins 1


What are the greatest British movies ever made? Selama beberapa bulan terakhir situs Time Out London mengadakan pemungutan suara bagi kalangan aktor,aktris,sutradara,produser dan petinggi industri lainnya untuk memilih 100 film Inggris terbaik sepanjang masa.Tentu ini suatu polling yang membahagiakan bagi saya.Well secara personal, referensi saya terhadap film Inggris semakin bertambah, disatu sisi saya telah memperlebar wawasan saya yang bagi saya kelihatannya cukup penting, disisi yang lain rasa rasanya ingin sekali mengapresiasi sineas sineas diluar koridor Hollywood.

Nah Time Out London sepertinya mendengarkan suara hati saya tersebut dan akhirnya merilis daftar tersebut disitus www.timeout.com/london dengan tajuk
Time Out's 100 best British film.Jadi ceritanya Time Out London sudah membicarakan hal ini tentunya kepada institusi tinggi dan organisasi kebudayaan tinggi lain, seperti The Guardian, The Telegraph, Sight & Sound, Total Film and Empire.Mereka juga telah mengkontak sineas sineas familiar untuk bersedia menjadi kontributor voting list tersebut, seperti Wes Anderson ,Michel Gondry, Sally Hawkins, Ken Loach, Sam Mendes,Terence Davies dan banyak lagi.Sehingga terpilihlah 150 orang yang akan menjadi kontributor polling tersebut.
Hingga akhirnya terpilihlah Don't Look Now karya sutradara Nicolas Loeg tahun 1973 sebagai film terbaik sepanjang masa yang pernah diproduksi negara Britania Raya tersebut.Jika melihat daftarnya secara keseluruhan saya hampir tidak mengenal lebih dari sepuluh film yang masuk daftar tersebut.Ya namanya juga daftar terbaik sepanjang masa, tentu didominasi film film generasi dahulu yang rasanya sulit didapat.Senang rasanya melihat Fish Tank tersisip diurutan 84, begitu juga dengan Hunger Steve karya McQueen diranking 48,28 Days Later Danny Boyle ada diurutan 97, serta menyukai Four Wedding And A Funeral. Duo sutradara
Michael Powell and Emeric Pressburger pun mendominasi disini, terlihat dengan dua karyanya tembus di enam besar.

1.Don't Look Now (1973) Dir Nicolas Roeg
2.The Third Man (1949) Dir Carol Reed
3.Distant Voices, Still Lives (1988) Dir Terence Davies
4.Kes (1969) Dir Ken Loach
5.The Red Shoes (1948) Dirs Michael Powell and Emeric Pressburger
6.A Matter of Life and Death (1946) Dirs Michael Powell and Emeric Pressburger
7.Performance (1970) Dirs Nicolas Roeg and Donald Cammell
8.Kind Hearts and Coronets (1949) Dir Robert Hamer
9.If… (1968) Dir Lindsay Anderson
10.Trainspotting (1996) Dir Danny Boyle

Lihat Daftar Ranking Selanjutnya





Tampak Nina Sayers (Natalie Portman) begitu antusias dengan ballerina, profesi yang ia geluti sejak ia masih kecil.Harapan dan tumpuan hidupnya selama ini begitu melekat dengan kepiawaiannya menari.Ia begitu cantik,anggun,polos dan sedikit introvert terhadap orang orang disekitarnya.Setiap saat ia mendapat perhatian sang mama (Barbara Hershey) wanita yang sudah menumbuhkembangkan Nina dari sejak kecil,penuh impian dan angan angan laiknya seorang putri di dongeng dongeng.
Coba kita lihat sang mama, karakternya sulit ditebak, terkadang tempramentalik namun kerap penuh perhatian yang begitu tulus. Hal yang melatarbelakangi dirinya yang membuatnya sangat terobesisi untuk mempush sang putri menjadi balerina profesional karena itu dalah mimpinya yang tak terwujud.Oh ternyata orang tua dimanapun sama saja.

Mari fokus pada orang orang diluar rumahnya tepatnya sanggar ballet dimana ia mengasah bakat balletnya.Suatu ketika datanglah Thomas Leroy (Vincent Cassel) pria pemilik sanggar juga pelatih-mengadakan audisi bagi semua balerina untuk tampil disuatu acara pementasan Swan Lake yang menampilkan kisah fairytale putri,pangeran dan keterikatan diantara keduanya. Hmm..Leyroy tampaknya memuji Nina karena sangat tepat untuk memerankan White Swan dengan akses manis dan lugunya.Namun untuk memperkuat klimaks cerita tersebut, ballerina yang terpilih harus dapat bertransformasi menjadi black swan.Pilihan sementara jatuh pada Lily (Mila Kunis) yang sudah memiliki citra gelap seorang black swan.Oh Nina tidak tinggal diam, ia sangat mengingkan gelar Swan Queen terjadilah rivalitas yang mencekam dibalik wajah cantik gadis gadis ini.

Darren Aronofsky (Hey i adore him so mucch) dalam kesempatan berkaryanya kali ini sesungguhnya sedikit menurunkan segmen cerita dibandingkan dengan karya karya sebelumnya.Oke oke ini memang terkesan angkuh apalagi bagi mereka yang tidak mengikuti sama sekali track record sang sutradara.Saya tidak akan menyinggung Requiem For A Dream karena karya ini masih tahap searching,namun saya telah melihat The Fountain bagaimana cerita film ini sangat menantang kita untuk menerawang ruang lain sebuah kehidupan,lengkap dengan sisi religius yang historikal.Dua karyanya ini boleh dibilang masih lebih bermateri besar ketimbang black Swan baru baru ini.Hey tapi apa kehebatan BLack Swan?Ya film ini akan diingat dengan ketegangan yang tidak akan pernah kehabisan gravitasi thrillernya.

Oh seorang Darren Aronofsky yang begitu piawai dalam film film ketegangan artistik tetap menampilkan hal itu dalam kadar yang sangat tinggi.Nina Sayers didera delusi yang sulit dijamah mana batasan realitasnya.Disini jugalah Darren Aronofsky mengambil kesempatan untuk sedikit menyiksa Natalie Portman untuk mencapai performa yang dibatas normal.Lihatlah bagaimana ia sepertinya berlatih menari habis habisan dengan shoot shoot yang memperlihatkan betapa menantangnya peran yang ia geluti tersebut.Ditambah Natalie Portman harus dapat dengan sangat optimal mentransisikan dirinya dari seorang white Swan gadis yang begitu lugu tampil menjadi Black Swan yang memiliki perangai yang menakutkan.Inilah sisi yang selalu menjadi pembiocaraan untuk semua karya Darren Aronofsky, bahkan ia akhirnya dapat mendorong film ini untuk menyabet gelar gelar besar hanya dengan mengusung tema "thriller artisitik".

Darren Aronofsky terkenal dengan idealisme dia dalam memberikan ruang gerak imajinatif yang seluas luasnya kepada tokoh sentral yang ia tangani..Tapi hati hati, ruang gerak yang sangat bebas ini tampak sangat menyakitkan bahkan sangat menyiksa.Coba kita Check Ellen Burstyn di Requiem For a dream, Hugh Jackman di The Fountain, Mickey Rourke di The Wrester, coba putar kembali kaset anda dan lihat bagaimana "kejamnya" Darren Aronofsky mengarahkan sang aktor dan aktris untuk memberikan peran yang tampil ganas dan total.... Tapi setimpal dengan itu sesungguhnya kita harus angkat topi pada sutradara yang satu ini, ia selalu berhasil memberikan piala dan penghargaan yang melimpah pada kerja keras aktor aktor tersebut.Darren Aronofsky boleh dibilang ruang yang tepat untuk menjadikan siapapun yang ingin menadapat atensi melimpah?Hmm, tapi maukah anda disiksa olehnya?

Director: Darren Aronofsky Stars: Natalie Portman, Mila Kunis and Vincent Cassel Genres: Country: USA Language: English Drama | Fantasy
MOAN AND NEW LINE CINEMA SCORE
.......................................
B+


Jika kebanyakan orang di dunia mengenal film "Social Network" sebagai tonggak "jejaring sosial" yang masuk layar sinema, Catfish adalah teman seperjuangan yang mungkin tidak banyak penjamahnya.Wajar saja demikian, mengingat film ini maunya diarahkan pada gaya dokumenter serta ditujukan pada khalayak penikmat film festival-tentu penonton mainstream akan berpikir betapa narsisnya film low profile ini menduduki singgasanana eksistensinya. Marilah meraba raba pemukaan Catfish ini-

betapa menyenangkannya Catfish ini secara keseluruhan- dari perkenalan awal, bagian tengahnya sampai pada tahap tahap yang mengarahkan kita arti dan pesan pada judul yang dipakainya.Tapi jika kita ditanya film tentang apakah Catfish itu? Ah... tidak mudah menjawabnya tapi mari kita analisis .. Sebatas memperkenalkan jejaring sosialkah? Add meng add orang yang kita kenal?Upload meng upload video amatir? Melihat photo photo seseorang yang dipuja walau tak mengenalnya sama sekali? Berarti menyenangkankah (?!) setelah kita sampai pada tahap pertengahan- laah mengapa film ini menjadi "road movie" hendak menikmati perjalanankah?Wait wait lah terus mengapa sampai tahap akhir kita diajak menghumbar duka?Apa apaan ini? Coba lihat ekspresi pria pria narsis, lugu dan ceria ini?Inikah hadiah dari perjalanan panjang yang setimpal untuk sebuah rasa penasaran yang akut?

Beberapa teman sepakat tidak mudah dalam memberikan ulasan yang menyentuh aspek plot untuk adik seperjuangan Sosial Network ini, disatu sisi ada rasa yang hendaknya harus ditanggalakan jika ingin berbagi disini,sisi baiknya menghindari bocoran bocoran yang tampak begitu eksplisit.Ataukah dalam kondisi yang lain maukah anda saya ajak untuk lebih serius dalam mempelajari elemen elemen didalamnya?Seperti mengolah sudut pandang sebagai anak kuliahan jurusan sosiologi disuatu ruang diskusi yang hening? Jika ya kita akan sepakat bahwa film ini adalah studi realitas sosial yang amat sangat kompleks, suatu film yang begitu menggebrak dengan sentilan keangkuhan dominasi sang abang, ketika jejaring sosial banyak menyentuh pundi pundi dan sisi lain dari kehidupan.Kita akan melihat betapa realitas sosial sudah bertatapan dengan era informatika begitu intim bagai dua sejoli yang entah sudah dibutakan oleh daya dorong masing masing.Juga menyadarakan kita betapa dekatnya dengan gadget gadget yang belakangan sangat marak dikehidupan kita dan tentunya jadi bumbu bumbu tambahan dari kisah ini.Seperti yang ditayangkan disini, yakni betapa menyenangkannya mengulik youtube dan google, atau unduh mengunduh musik serta google maps..Hei ini khan kebiasaan saya dan umumnya anak muda dizaman sekarang?

Catfish memperlihatkan studi yang lebih deep dalam menegaskan demam jejaring sosial dan tingkah pola orang orang didalamnya.Seperti memperhatikan suatu pergeseran yang kasat mata, coba telisik lebih sempit lagi, sehingga kita bisa memandang fokus pembedahan tingkah laku pola orang tersebut.

Apakah setiap orang memiliki motif yang sama ketika berinteraksi didunia?Sehingga menebarkan sebuah bom ilusi yang begitu menggelisahkan yang menjadikan seseorang berkelakuan sebegitu janggalnya.Jika benar demikian maka Catfish adalah sisi mesterius dari jejaring sosial serta perlakuan perlakuan dari gadget yang saya katakan tadi.


"Miris?" Oh ya inilah komposisi yang begitu mendalam ketika kisah ini hadir disetiap lini termasuk alurnya.Dengan style dokumenter sang sutradara Henry Joost, Ariel Schulman hendak menjadikan suatu kenyataan senyata nyata mungkin bagaimana seseorang hendak memanipulasi diri dan kehidupannya.Ah begitu kritisnya CATFISH ini....Dibalut dengan gaya dokumenter kita boleh mempertanyakan keaslian dari film ini? Apakah ini hanya sebuah mockumentary? Sehingga tampak hendak menggeser maksud dari style dokumenter tersebut? Apalah itu Catfish dengan sisi romantisnya yang begitu terpancar dengan sang kakak Social Network, tidaklah salah ini adalah sebuah duo romantisme yang begitu alot. Catfish tidak dominan dalam menampilkan sisi serius sebagaimana sang kakak, ia menerapkan sisi "penyadaran", oh inikah hasil muntahan tawa mereka sejak dari awal..?
Directors: Henry Joost, Ariel Schulman Stars: Melody C. Roscher, Ariel Schulman and Yaniv Schulman
Country: USA Language: English Genres: Documentary
MOAN AND NEW LINE CINEMA SCORE
........................
A


Kesendirian itu ada pada keseharian Johnny Marco (Stephen Dorff),seorang aktor terkenal yang sedang dilanda kejenuhan dan kesunyian akan rutinitasnya selama ini.Ia tidak memiliki teman mengobrol,bahkan ketika ia memasuki pesta minum yang dipenuhi anak muda,ia tetap berbicara seadanya saja pada beberapa diantaranya,yang juga penggemarnya.Dihotel yang ia singgahi ia lebih suka berdiam diri diatas sofa kamarnya dengan sebatang rokok yang dihisapnya.Atau untuk sedikit mengusik kebosanannya,ia menyewa "Party Girl"
yang akan beratraksi didepan dirinya.Ada ekspresi yang lucu dan sangat komikal sebenarnya -melihat cara Jhonny Marco menatap duo gadis tersebut,dengan raut wajah suntuknya dan cara ia memberikan tepuk tangan kecil, rasa rasanya tawa saya seperti hendak dibuncahkan begitu kuat.

Saya perkenalkan lebih dalam lagi aktor yang jadi sorotan ini, bahwa Jhonny Marco tidak seperti aktor aktor lain yang tergila gila dengan keglamouran Los Angeles.Ia bahkan sudah sangat jenuh meniduri wanita wanita yang ia selama ini kerap menggodanya.Kesibukannya akhir akhir ini adalah mempromosikan film terbarunya-sesi photo-jumpa pers-dan mempersiapkan dirinya terbang ke Italia menghadiri festival film terkenal disana.Namun ia masih merasakan adanya situasi kehampaan yang melanda dirinya-sehingga ia lebih banyak melamun dan mengosongkan pikiran.

Suatu ketika istrinya yang sedang bertugas dilain tempat datang menitipkan putri mereka Cleo (Elle Fanning).Jhonny tidak pernah menyangka Cleo akan menghabiskan liburannya bersama sang ayah.Jhonny pun mulai mengubah hidupnya dihadapan Cleo dan menyembunyikan wajah asli kehidupannya selama ini.Paling tidak hidup Jhonny mulai berwarna dengan kehadiran Cleo , putrinya yang begitu cantik dan ceria.Berbakat dan punya karakter untuk gadis seumurannya. Lagian Jhonny sudah memiliki teman untuk menemaninya pergi ke Italia dan hotel tempat ia berpindah.

Somewhere adalah representasi kenangan seorang Sofia Coppola selaku sutradara disini, disaat ia masih kecil bersama sang ayah Francis Ford Coppola , orang yang sangat terkenal dengan filmnya Godfather. Ia menuturkan kembali kisahnya pada saat itu-berpindah pindah dari satu hotel kehotel lain-dari satu negara ke negara yang lain dalam rangka menemani sang ayah mempromosikan film terbarunya.Ia juga akhirnya ikut merasakan kehampaan diantara hubungan sang ayah dan sang ibu.Entah sejenak menghabiskan malam dengan berkunjung ke bar bar gemerlap di Las Vegas, ia tetap merasakan adanya keterisolasian dalam hidupnya.Cleo disuatu waktu akhirnya meluapkan air matanya dihadapan sang ayah.Jhonnypun sesungguhnya terpukul, ia harus melakukan sesuatu dalam hidupnya,mencari arah yang dapat mengubah keadaaan.


Ciri khas dari Somewhere ialah bagaimana ia tidak memiliki plot yang akan menguji ketahanan setiap penontonnya, ditambah begitu minimnya dialog ditiga puluh menit. Namun inilah sisi yang patut dipuji dari Somewhere.Ia terlihat begitu bertenaga dalam menghadirkan aspek kontemplasi bagi tokoh tokoh didalamnya, tidak ada kesendirian yang hendak dipahat pahat- ia berjalan sangat realistik, ia menyeimbangkan sisi keglamouran dan sisi keterisolasian.Ia memperlihatkan bagaimana aspek kontenmplasi ini menjelma menjadi sesuatu yang berharga dan bernilai.Flm ini memang tidak bombastis, Sofia Coppola masih menggunakan formula yang sama seperti karya karya sebelumnya "Lost In Translation".., namun saya yakin film ini memiliki reputasi yang sangat classiss, karena cita rasa yang ditumpahkannya begitu mewah.

Directed by Sofia Coppola Cast Stepehen Dorff,Elle Fanning Chris Pontius Written By Sofia Coppola Runtime 97 Minutes Country USA Genre Drama
MOAN AND NEW LINE CINEMA SCORE
................................................................
A


Mendaki itu sudah mendarah daging bagi seorang Aron Ralston, bak sebuah ritual sakral yang begitu rutin dan memacu adrenalin -pria yang berjiwa adventoureous ini sudah berulang kali menjelejahi pegunungan Grand Canyon yang letaknya dinegara bagian Utah seorang diri.Dibuka dengan potret potret begitu riuh dan mempermainkan warna serta emosi dari tangan seorang sinematographer Anthony Dod Mantle-serta lantunan score music A.R Rahman yang menciptakan atmosfir penuh tenaga- memperkenalkan kita pada Aron Ralston (James Franco) dan persiapan serta perbekalan yang ia butuhkan untuk memulai petualangannya.Kali ini ia mencoba menaklukkan sebuah ngarai.Namun malangnya ia mengalami insiden kecelakaan ketika hendak turun kedalam ngarai tersebut dan tangan kanannya terjepit sebuah batu.Dimulailah drama klaustropobic yang tidak pernah ia bayangkan sama sekali.
Ralston melihat batu yang menjepit tangan kanannya tersebut.Ia terdiam sementara dadanya masih menahan deru nafas.Ia berusaha sekuat tenaga melepaskan dirinya dari bongkahan batu tersebut.namun tidak bisa.Detik demi detik mulai terasa sangat dekat.Ia sudah mencoba beberapa cara sederhana-seperti mengikis batu disela sela tangannya tersebut.Entah itu berhasil atau tidak.ia berhenti sejenak dan mulai memikirkan kenyataan sebesar apa yang sebenarnya sedang ia hadapi.Perbekalan ia sangat sedikit.Air minum yang ia bawa didalam tupperware hanya berisi tiga perempatnya.Ia tidak membawa telepon seluler kalaupun ada - jaringan sinyal tidak akan menjangkau celah sempit itu.Burung gagak sekali kali tampak dikejauhan diatas langit biru memberikan perlambangan.tapi sesungguhnya tahukah kenyataan yang sebenarnya jauh lebih gawat? "Ralston tidak memberikan pesan kepada keluarganya,temannya atau siapapun itu akan pergi kemana dirinya.."Dan ia mulai sadar bahwa ia sedang terisolasi.

Keadaan ini secara psikologis mengarahkan ia pada seluruh siluet hidupnya.Ia ingat masa kecilnya.Ia teringat keluarganya,teman terdekatnya dan masa masa menyenangkan yang pernah ia raih selama ini.Ia ingat adiknya Sonja Ralston (Bailee Michael Jhonson) dan cerita dimasa mereka bemain piano bersama sama.
Ia ingat Kristi (Kate Mara) dan Megan (Amber Tamblyn) dua orang gadis pendaki yang sempat ia temui ditengah perjalanan tadi.Ia ingat undangan pesta minum yang diadakan oleh mereka .Ia membayangkan bagaimana puluhan bir dingin yang terletak diatas tumpukan es itu terseruput oleh bibirnya yang mulai mengering.Ia ingat betapa segarnya jus jeruk yang ia tinggalkan dimobilnya.Seandainya ia lebih memilih membawa jus tersebut daripada air botolan yang hanya tiga perempat itu, mungkin siksaan klaustopobic ini akan sedikit berkurang.


Secara keseluruhan suguhan yang ditawarkan oleh Dany Boyle begitu apik dalam merangkul ruang dan gambaran emosi yang senyata mungkin dari kisah hidup Aron Ralston.Coba pikirkan apa menariknya film yang hanya bertengger disatu lokasi dan hanya melihat posisi statis dari Aron Ralston.Ketika kita dihadapkan pada beragam gambaran siluet tadi- dari situlah kita beranjak pada ruang yang begitu besar dan begitu bertenaga.Kita tidak terjerembab pada titik kulminasi bernama kebosanan, "Seperti disaat Aron Ralston berpura pura menjadi host talk show yang terlihat begitu jenaka."

Saya tidak akan memberi tahukan khusus bagi pembaca yang belum menontonnya "eksekusi seperti apa" yang harus ia perbuat untuk menyelamatkan hidupnya.Pada akhirnya toh kita tetap menyadari bahwa hidup akan jauh lebih bermakna ketika kita berada dititik yang paling atas juga titik yang paling bawah.Ketika menghadapi situasi tersebut kita akan merenungi secara mendalam hidup seperti apa yang telah kita jalankan.Hidup seperti apa yang perlu dibenahi.Dan yakinlah bahwa eksekusi yang teramat pahit sekalipun membawa hidup itu terjalani lebih berarti.Kita akan lebih menghargai hidup itu sendiri.

Directed By Danny boyle cast James Franco,Kate Mara,Amber Tamblyn Written By Danny Boyle and Simon Beaufoy Country USA/UK Runtime 112 Minutes Distributed By Fox Searchlight Pictures
MOAN AND NEW LINE CINEMA SCORE
..............................................................

B




Praktik berpidato adalah kegiatan strategis yang dilakukan oleh banyak petinggi negara didunia- selain memberikan orasi dan menciptakan ruang kondusif bagi rakyat terhadap peristiwa kenegaraan yang genting, pidato secara tidak langsung akan memberikan kesan positif dari rakyat yang mendengarkan pidato tersebut.


Duke Of York (Collin Firth) putra kedua dari keluarga bangsawan King George V yang pada saat itu memegang tahta pemerintahan Inggris tidak menyangka bahwa dirinya akan menjadi seorang raja menggantikan sang ayah untuk berpidato.Lihatlah dirinya dan seabrek kekurangan yang dimilikinya.Albert begitu nama asli dirinya tersebut sejak kecil didera cacat dalam hal berbicara alias gagap.Kita diseret pada adegan pembuka yang menggambarkan point utama tersebut.Albert dilorong tangga berlatih dengan mimik was was dan gestur tubuh tanda cemas menyimak naskah pidato yang akan segera dibacakannya pada banyak orang.Ia tidak sendirian, melainkan bersama Queen Elizabeth (Helena Bonham Carter) sang istri yang setia mendampingi dirinya.Ia akhirnya naik dan tampil kepodium.Semua orang berdiri serempak.Ia menatap jauh.Semua mata dan telinga mengarah kepadanya.Suasana begitu hening.Ia mulai membaca sepenggal kalimat pertama,suaranya mendengung keseluruh penjuru arah, lidahnya mulai kelu, tenggorokannya seperti terlilit,semua orang mulai cemas, suaranya terbata bata, beberapa menundukkan kepala, sang istri tetap memandangnya dari arah belakang,matanya mulai berkaca kaca melihat dilema besar yang dihadapi sang suami.

Albert tidak pernah menginginkan dirinya menjadi seorang raja, sepenggal studi keterbelakangan tadi rasa rasanya sudah cukup menjelaskan bahwa dirinya adalah pertolakbelakangan sebagaimana seseorang yang harusnya menyandang gelar raja.Terlebih ia hanya melahirkan dua orang putri dan tidak melahirkan seorang putra. Tapi kenyataan berkehendak lain, abangnya Raja Edward VII yang juga dimahkotai "Prince Of Wales" tidak serta merta menginginkan gelar tersebut.Padahal dialah alternatif pertama untuk menggantikan posisi sang ayah.Edward lebih tertarik kepada hal hal pribadi yang sudah ia inginkan sejak lama, yakni hendak menimang Wallis Simpson (Eva Best) yang sudah dua kali menikah.Edward VIII sepertinya sudah gelap mata melihat keinginannya tersebut dan sudah siap dengan segala konsekuensi yang akan ia terima yakni turun tahta.
Duke Of York cemas, ia tidak pernah menginginkan dirinya menjadi seorang alternatif kerajaan, ia berusaha menekan keputusan sang abang,tapi ia tidak berhasil,parlemen di Inggris selaku badan legislatif mencari penguasa baru dan sepertinya Duke Of York tidak punya pilihan lain selain mengambil tahta dan tongkat estafet kerajaan.


Sudah lama Duke of York mencari dokter dengan segala metode medistik dalam menyembuhkan penyakit gagap berbicaranya.Semuanya tidak pernah berhasil,tetapi ia tetap harus sembuh.Sang istri meyakinkannya penuh dan ia akan berusaha mencari dokter terapis keseluruh negeri.Alhasil Queen Elizabeth akhirnya berhasil menemukan seorang dokter bernama Lionel Louge (Geoffrey Rush).Louge memiliki caranya sendiri dalam memberikan pengobatan dan terapi kepada pasiennya, yang lebih diperlihatkan sebagai sebuah bentuk konsultasi sederhana saja.Ketika Lionelpun menyadari bahwa pasiennya kali ini adalah seorang raja,ia tetap menginginkan Duke Of York menanggalkan segala macam status kebangsawanannya dan menstratakan dirinya sebagai sahabat dari seorang rakyat biasa.Drama yang dihadirkan dari dua orang inipun terasa sangat menentramkan, terkadang diselipkan humor humor menggelitik dan mengalir dengan manis.

Ada saat saat dimana hubungan keduanya teramat dekat,seperti bagaimana Albert menceritakan banyak cerita dimasa kecilnya dan seputar keluarganya dan penyakit yang menggerogotinya.Albertpun mengakui bahwa dirinya tidak pernah berbicara seterbuka itu pada banyak orang terlebih kepada orang yang berstatus rakyat biasa.Tidah hanya itu kekonsistensian Albert kepada dokter yang menanganinya kerap diuji, seperti Lionel yang terus mendorong Albert untuk meraih tahta kerajaan tersebut, namun Albert bergejolak dan masih bergelimang ketidakpercayadirian - ia tetap memikirkan bagaimana Edward berubah pikiran untuk menurunkan tahta.Perkataan yang dilontarkan Albert mungkin sudah cukup memperlihatkan masih adanya jurang pemisah dari seorang raja kepada rakyatnya.Disinilah adegan yang boleh dibilang yang paling saya ingat karena menghadirkan tata sinematik yang begitu indah, long shoot panjang berlatarkan sebuah taman yang ditaburi kabut putih.

King's Speech memberikan sisi lain dan background pemegang jabatan dan seperti apa pembicaraan pembicaraan pejabat di Inggris terkait pecahnya perang dunia ke dua.Ada rasa ketidaknyamanan ketika ketegangan yang selama ini hadir dari dua kubu tersebut yang akhirnya pecah.Banyak pejabat yang pada akhirnya memilih mundur karena merasa tidak kompeten mengayomi rakyatnya.Karena yang dilawan kali ini datang dari nazi yang dikomandani Adolf Hitler.Dengan mengelupas permukaan sejarah tadi,King's Speech tampak juga memperlihatkan sebuah perjalanan yang teramat besar dan kiprah dari Duke Of York.Dan itu semua dimulai dari bagaimana ia belajar menghilangkan penyakit gagapnya yang sangat inspiratif.


directed by Tom Hooper cast Collin Firth,Geofrey Rush,Helena Bonham Carter Home Production The Weinstein Company Written By David Seidler Runtime 118 Minutes Country UK/AUSTRALIA/USA
Moan And New Line Cinema Score
....................................................
B


Diberdayakan oleh Blogger.