Cinta adalah sebuah kata yang tak berkesudahan untuk dibahas, tidak dalam puisi,novel,roman, opera sabun atau bahkan sinetron, cinta dieksplorasi dalam tiap lini sudut keinginan dan kedalaman imajinasi sang kreator.Apakah cinta itu tampak sangat menggetarkan dan menggairahkan? atau malah cinta diumbar sebagai skenario yang terlampau dipaksakan dan terlihat palsu. Luca Guadagnino dalam kesempatan kali ini dengan sangat tegas menggaungkan kalimat "I AM LOVE" sebagai kalimat yang tampak begitu agung dan dahsyat sebagai garis besar tema yang hendak dituturkan. Melalui potret karakter Emma yang diperankan dengan sangat apik oleh Tilda Swinton, cinta meletup menjadi sebongkah rasa yang begitu menggugah. Diceritakan Emma yang berasal dari Rusia menikahi Trancedi Recchi seorang industrialis Italia.Walau Emma terlihat tampak begitu bahagia dengan keluarga yang dibangunnya , Emma merasakan ada keterkungkungan yang selalu melanda hati dan jiwanya, ketika ia menyadari ada aspek kebebasan yang tidak ia dapatkan selama ini.Oleh karena itu ia begitu memahami putrinya Betta yang menyukai sesama jenis,ketika semua anggota keluarganya tidak ada yang akan mau mendengarkan kecuali dirinya, Emma benar benar menghargai cinta yang dimiliki putrinya tersebut.Cinta juga tampak begitu bijaksana, ketika kapitalisme masih membedakan siapa orang orang besar dan siapa kelompok kecil, cinta seorang Emma meleburkan semua batasan itu dengan sangat manusiawi.Tampak ketika pembantu setianya Ida diajak oleh Emma makan bersama, secara halus Emma mengatakan kepada kita cinta itu melepaskan atribut yang kita miliki.

Cerita semakin tajam ketika ia diperkenalkan oleh teman putranya Eduardo,Antonio seorang koki muda yang pada suatu kesempatan menghidangkan sebuah sajian istimewah dikeluarga Recchi.Ketika Emma mencicipi masakan dari Antonio , gairah yang selama ini tak ia dapatkan lagi tergugah dengan rasa yang memanjakan rongga mulut Emma dan diperlihatkan dengan shoot shoot fantasi yang membuat jiwa melayang layang. Emma pun sadar dari lubuk hati terdalam bahwa bumbu bumbu masakan Antonio membuat ia jatuh cinta kepadanya.terjalinlah hubungan gelap diantara keduanya.
Kenikmatan itu memuncak ketika cinta diantara keduanya adalah sebuah erotisme yang mendebarkan.Penonton diajak menyelami kenikmatan itu dengan atmosfir yang lepas dan menggairahkan, bercumbu dihamparan rumput yang hijau, ditemani aroma udara yang menyegarkan dan ditingkahi suara suara serangga nan alami.

Cerita terbongkar oleh Eduardo sang putra yang mengetahui perbuatan tabu sang ibu.Pun ia merasakan hal itu karena ia begitu mencintai keluarga yang ia miliki dan ditengah itu, Eduardo ternyata menyimpan kesedihan yang mendalam.Didalam "I Am Love" cinta menjadi sebuah aspek kehidupan yang terlihat sangat jujur,ketika hembusannya menghempas dada seseorang, ia ingin direnggut,dimiliki dan diraih sebagai bagian dari kebebasan diri.Ia adalah detak jantung yang menggebu dan begitu rumit untuk dijelaskan secara terperinci, melalui Emma cinta dapat dijelaskan dalam tataran yang sesungguhnya.

kehadiran I Am Love tentu menawarkan suatu hasil yang mengejutkan bagi saya yang selama ini sedikit skeptis dengannya.I Am Love menawarkan cita rasa yang begitu kompleks dengan aroma Italia yang menawan dengan balutan score yang terdengar begitu empuk.Lihatlah arsitektur rumah keluarga Recchi ini begitu mempesona begitu juga dengan adegan menggebu gebu Emma membuntuti Antonio yang sampai membawa ia ke lanskape pegunungan yang hijau dan menyejukkan, dan saya senang warna orange yang ia kenakan melengkapi nuansa seksi film ini.

Directed by Luca Guadagnino Cast Tilda Swinton Falvio parenti Eduardo Gabbriellini Pippo Delbono Maria Paiato Genre Drama Romance Country Italy Running Time 12o minutes
MOAN AND NEW LINE CINEMA SCORE
...............................................
A+












Suatu hari mejeng mejeng di Gramedia, kudapati buku berjudul "Kopi Merah Putih" yang memasang satu artikel yang menarik. tertulis dalam artikel tersebut, untuk melatih tentaranya, Amerika serikat membuat suatu tempat pelatihan khusus untuk simulasi pertempuran, lengkap dengan desa desa dan kota buatan.

Untuk membuat simulasi lebih realistis, disiapkan pula 800 pemain pelengkap yg akan beraksi sebagai wartwan,dokter,pasukan perdamaian dan lain lain lengkap dengan nama palsu sejarah dan karakternya.
Untuk tempat pembuatan simulasi ini, dua perusahaan film Hollywood direkrut untuk membantu menciptakan efek tembakan dan ledakan yang realistis, sekaligus melatih akting para pemainnya.

Bukan main. Kalau dulu Hollywood merekrut mantan militer sebagai konsultan untuk membantu membuat perang yang lebih realistis, sekarang militer justru merekrut Hollywood.

Sekarang mari kita bayangkan kalo angkatan bersenjata kita memutuskan untuk melakukan hal yang sama : merekrut perusahaan sinetron kita untuk membantu menciptakan simulasi pertempuran.

Apa jadinya?

* Simulasi pertempuran akan penuh jeritan,tangisan dan pertengkaran

*Dalam pertempuran tentu ada "kawan" dan "lawan". Kawan disini biasanya berwajah ganteng dan cantik, berhidung mancung dan berkulit putih mengenakan pakaian desiner mahal dan mengendarai mobil mewah.Sedangkan "lawannya" adalah sekelompok pria berpakaian jaket kulit dan jeans, mengendarai mobil jip butut dan selalu tertawa sendiri tanpa alasan yang jelas.


* Sebagai alternatif "lawan" bisa juga menggunakan figur seorang ibu bermake up tebal dan bersasak tinggi, yang selalu bercakap cakap dengan dirinya sendiri setiap kali ia membuat suatu rencana jahat.

*Strategi akan ditentukan oleh para Jendral. Namun keputusan tidak datang dengan cepat Setiap kali dihadapkan dengan masalah, Sang Jendral akan berdiri perlahan lahan, berjalan menuju jendela, menghela napas panjang dan matanya menerawang jauh ke cakrawala. Ia lalu akan bercerita tentang masa kecil,kisah cinta dan mimpi mimpinya, sebelum akhirnya membuat sebuah keputusan. ( hahahaaha..)

*Karena ini adalah simulasi pertempuran, tentunya akan ada tembak menembak. Tapi tidak usah banyak banyak. Mungkin satu dua tembakan saja. Sisa waktunya kemudian akan diisi dengan percakapan panjang yang tak habis habis dan pertengkaran yang tak jolas juntrungnya.

* Ketika pistol ditebakkan, akan ada jarak waktu yang lama antara ketika tembakan dilakukan dan suara letusannya.Begitu juga dengan kecepatan peluru. ada jarang yang cukup panjang antara waktu pistol ditembakkan hingga peluru akhirnya mengenai lawan.

*Ketika lawan tertembak, ia akan tersungkur ketanah dalam slow motion. Ia akan tersungkur beberapa kali, dengan sudut kamera tampak depan,tampak samping,dan tampak belakang. Semua dengan slow motion.

*Korban lalu akan berbaring sambil memegang luka didadanya. Ya, disinetron, walaupun Anda ditembak dari belakang sekalipun, luka anda akan muncul didada.

* Korban tembakan biasanya tidak akan langsung tewas. Ia akan berbicara tentang hidup,cinta dan penyesalan selama kurang lebih setengah jam sebelum akhirnya menghirup nafas penghabisan.

* Dalam 1 jam simulasi,55 menit waktu akan dihabiskan untuk membangun plot yg rumit dan penuh konflik. Tapi tak peduli betapa rumitnya, semua masalah akan selesai hanya dalam beberapa menit sebelum simulasi berakhir.dan 5 menit terakhir semua "lawan" akan secara ajaib cepat terbunuh,tertangkap, atau insaf dengan sendirinya.

*Pada akhir simulasi, merk merk pakaian,furniture,mobil,telepon genggam dan barang barang lainnya yang digunakan selama simulasi akan ditampilkan, diiringi dengan lagu yang sedang populer pada saat itu.


Tidak pernah menyangka sebuah home production sebesar Hollywood yang belakangan di cap sudah kehabisan bensin untuk membuahkan karya bagus dan sukses ,ternyata eh ternyata masih mampu menggarap sebuah drama keluarga dengan pendekatan yang fresh dan cukup memuaskan.Namun dibalik itu semua ternyata drama keluarga yang hendak disajikan tidaklah seperti yang ada didalam benak kita, tidaklah seperti drama drama keluarga yang seperti biasa seperti seorang anak dengan segala kerewelannya bertingkah dengan pola pola lucu nan menggemaskan, atau seorang suami yang sangat mencintai sang istri namun ajal memisahkan keduanya,Atau film film yang memperlihatkan ayah sebagai figur bagi seorang anak dan kehadirannya merupakan hal terpenting, atau...apalaah pikirin sendiri.
Yang ada adalah dua orang wanita lesbian yang mencintai satu sama lain dan membesarkan dua orang anak.(Bagi yang konservatif barangkali akan tidak lagi tertarik dengan ulasan ini.)
Kedua pasangan ini sepakat untuk menggunakan bantuan dari pria lain sebagai pendonor sperma.
Keluarga wanita lesbian memang terasa asing didengar di telinga kita orang timur-an bahkan dianggap tabu , namun ternyata keberadaan mereka bukanlah hal yang baru di Amerika sana.Keberadaan mereka sudah diterima dengan akal sehat oleh keluarga lain yang normal.


duet bintang besar Bening dan Moore

Kepala keluarga mereka bernama Nic (diperankan teramat apik oleh Anette Bening) dan pasangannya Jules (Julianne Moore). Nic adalah seorang dokter yang amat perfeksionis, banyak omong,banyak tanya,melarang anaknya menaiki kendaraan sepeda motor dan menjadi tauladan penting bagi kedua anak mereka Joni (Mia Wasikowska) dan Laser (John Hutcherson).Joni adalah putri pertama mereka dan karakternya teramat pemalu.Namun ia berprestasi bagus disekolah dan mendapat grade A dan beasiswa. Sedangkan Laser, anak baru gede berumur empat belas tahun yang sedikit sensitif, salah dalam pergaulan dan juga seperti halnya dengan Joni, mereka sama sama ingin dianggap tidak lagi seperti anak kecil yang terus diatur dan diperintah.
Sedangkan Jules adalah seorang lulusan arsitek namun belum dapat mewujudkan keahliannya dalam merancang sebuah desain taman impiannya karena waktunya habis tersita menjaga kedua anaknya.

Ke empat anggota keluarga tadi sangat solid, saling menyayangi, tidak merasa kekurangan satupun, saling memberi dan menasehati dan saling mendukung satu sama lain.Pun ketika sikecil Laser (maaf dia memang masih kecil bagi saya) sedikit bingung mengapa kedua orang tuanya menonton film gay keduanya berusaha untuk memperjelas hal itu. Dengarlah jawaban yang dituturkan oleh Jules tentang semua itu dengan naskah yang teoritis.Bagi saya itu terlihat sangat aneh dan lucu.
Tapi sebenarnya kedua anak ini pada akhirnya akan bertanya tanya siapa sih orang yang mendonor sperma kepada kedua orang tuanya dan hendak merencanakan pencarian ini tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya.Akhirnya mereka menjumpai ayah biologis mereka yang ternyata adalah Paul (Mark Ruffalo) seorang petani tanaman organik yang juga membuka restaurant.

Dengan sendirinya perhatian kedua anak tersebut selalu tertuju pada Paul dan ketika kedua ibu mereka akhirnya mengetahui hal tersebut mereka dengan senang hati mengundangnya berjamu makan siang dikediaman mereka.Perbincangan hangat pun bertebaran disepanjang cerita, mulai dari bagaimana pertemuan Nic dan Jules lengkap dengan kekocakan lidahnya Jules, begitu juga dengan Paul yang menganggap sekolah tinggi tinggi tidaklah terlalu penting yang ditangkap keluarga itu pertanda kebanggaan diri yang berlebihan, sampai pada Joni yang masih malu malu disepanjang cerita.Dihidangkan dengan kebiasaan mereka meminum anggur dan mengobrol satu sama lain, timbullah perasaan dari Paul bahwa ia ada ikatan diantara merekaPun semakin tampak menyenangkan ketika Jules bisa bereksperiman terhadap cita citanya selama ini untuk membangun sebuah konstruksi taman milik Paul yang tidak terurus. Perhatian Jules dan kedua anak anaknya sudah tertuju pada Paul, dari poin inilah muncullah problema problema keluarga yang cukup menyentuh, ketika figur kedua ibu ini sudah retak dimata kedua anaknya yang begitu lugu dan diliputi perselingkuhan yang tidak mengenakkan.

Pada prosesnya sebuah gulir cerita menghadirkan suatu konsepsi baru terhadap stigma terhadap keluarga lesbian ini.Siapa bilang keluarga seperti ini tidak harmonis? Siapa bilang keluarga seperti ini kekurangan figur seorang ayah? Walaupun besar yang anggapan bahwa sang sutradara seperti hendak memperlihatkan landscape eksistensi keluarga lesbian ini menjadi tampak meyakinkan, namun film ini terasa sangat universal.Terlebih Anette Bening yang menjadi karakter paling memorable disini dimana sikap perfeksionis yang ia telah bangun dianggap lain oleh Jules, Jules yang mengatakan itulah senjata Nic untuk mengekang ia bak sebuah boneka yang terus mengurus rumah. Juga ketika Nic menyanyi lagu kesukaannya dengan Paul dengan sangat menghayati sekali.Ini adalah performa yang cukup tepat untuk obat rindu pasca American Beauty.Surprisee...
Directed By Lisa Cholodenko Cast Annete Bening Julianne Moore Mark Ruffalo Mia Wasikowska John Hutcherson Running Time 106 minutes Genre Drama
MOAN AND NEW LINE CINEMA
.......................................
B+









Saya tergelitik untuk menyaksikan Far From Heaven sebagai malam mengisi ultah (13 nov "bagi yang belum sempat ngucapin selamat ayo sampaikan) dengan berbagai alasan dan pertimbangan. Pertama saya sangat menyukai Julianne Moore. Doi adalah aktris favoritku sepanjang sejarah aku mengenal Hollywood sebagai sebuah rumah film yang melahirkan bakat bakat luar biasa. You know she's looks beautiful but the important things she's look like my mother. Saya paling gemes ketika ia memerankan ibu rumah tangga. Cara ia mengurus anak anak, cara ia menyapa tetangga dan cara ia menyanjung suami yang baru saja lelah dan penat sepulang kerja. Tidakkah kita mengidam idamkan mempunyai ibu yang sedemikian perhatiannya kepada kita atau membayangkan mendapatkan istri yang sedemikian.Tidakkah ukuran kebahagiaan sebuah keluarga dilatarbelakangi oleh peran ibu yang luar biasa? Julianne Moore sudah sangat melekat dengan karakter tersebut walau terlampau pahit kita harus menghadapi problema problema yang dihadapi karakter tersebut. Tidakkah ibu yang sempurna memiliki kerapuhan dilain sisi?

Yang kedua karena ini filmnya Todd Haynes. Well sutradara ini dapat sanjung puji dari saya lewat I'm Not There sebuah karya antibiopik dari penyanyi legendaris Bob Dylan. Bukan berarti saya penggemar Bob Dylan atau ikut ikutan menggandrunginya, namun keunikan kisahnya dimana terjadi enam kali inkarnasi dirinya. Memakai cast cast super hebat dan dengan penuturan ala film indie.Hehehe i like it..!!

Julianne Moore as Laura Brown

Kita melihat karakter Laura Brown sebagai karakter pendukung, yakni seorang ibu yang sangat sempurna dalam film The Hours arahan Stepehen Daldry namun didera masalah internal dalam seksualitasnya.Namun lepas dari itu ia sangat menyayangi keluarga yang dimilikinya. Menemani putranya membuat cake ulang tahun sang ayah dan melambaikan tangan hangat keluarga ketika sang suami berangkat kerja.


Julianne Moore as Cathy Whitaker

Pada tahun yang sama ia menerima kepercayaan Todd Haynes untuk memerankan karakter CathyWhitaker lewat film yang akan saya ulas ini dan ohh disini dan dapat peran utama.Ajaibnya pada saat yang bersamaan pula ia mengantongi dua nominasi Oscar. Hidup para ibu ibu.


Tidak ada istri yang setegar Cathy ketika ia harus menghadapi kenyataan pahit apa yang selama ini mendera sang suami ditengah tetangga dan orang orang yang mengenalnya menganggap mereka adalah pasangan yang sempurna dan ideal bagi panutan pasangan lain. Sesungguhnya hatinya hancur berantakan namun ia harus menahan semua itu untuk memberikan dukungan penuh kepada sang suami. Namun sang suami malah semakin menyiksa dirinya karena permasalahannya tak kunjung selesai.Pada saat yang sama pula ia bertegur sapa dengan anak tukang kebunnya yang berkulit hitam.Era 50-an pada waktu itu sungguh kental dengan rasisme warna kulit. Mereka diperlakukan sangat sulit. Sulit dapat kerja yang bagus dan anaknya diperlakukan dengan semena mena sehingga tak lama lagi mereka akan pulang kekampung mereka.
Ketika ia ingin mengungkapkan rasa perhatian padanya uhk uhk ada tembok besar yang sangat sulit untuk diruntuhkan.Begitupun scene paling memorable dari film ini adalah scene penutup ketika ia pergi ke stasiun untuk menyampaikan sampai jumpa pada pria lain yang dicintainya itu.Matanya berkaca kaca bak sepasang berlian yang tidak boleh dilunturkan oleh linangan air mata.Bagi saya disitulah titik istimewahnya film ini, Todd haynes tidak hendak mengajak si penonton jadi nangis bombay. And this is what i called drama.Inilah yang saya sebut sebuah drama. Sebuah cerita yang apabila saya kaji memberikan banyak pesan dalam hidup.Menyentuh banyak aspek sensitif bagi si penonton.Pun ketika warna warna pastel didalamnya membingkai keutuhan setting cerita.Ditambah gaya penuturannya yang konvensional Far From Heaven menjadi sebuah drama kehidupan bagi saya yang sangat berkesan mendalam bagi siapa saja.Ah moment ultah yang mengesankan (andai saja saya membawa pacar untuk bersama sama menontonnya..tambah seru tuuh..)

Dan pertanyaan besar kepada Julian Moore "kapan sihh dia dapat Oscar?" padahal dia cukup oscar friendly dengan AMPAS.Di Far From Heaven ini sesungguhnya ia layak menang Oscar, namun saingannya berat berat euuy dan alhasil dimenangin oleh Nicole Kidman sebagai Virginia Wolf lewat The Hours.
Sebenarnya berharap besar padanya ketika membintangi A single Man-nya Tomb Ford tahun lalu namun sayangnya perannya terlampau singkat dan kurang bertenaga memikat kritikus.Dan ditahun ini ia membintangi Kids Are Allright sebagai sepasang kekasih lesbian bareng Anette Bening.Still Hope And Pray

Dan hey thanks buat ucapan selamat nya ya... berikut yang mengirimkannya dari facebook . Well that's important for me








Directed By Todd Haynes Cast Julianne Moore Dennis Quaid Dennis Haybert Screenplay Todd Haynes Running Time 107 Minutes Country USA Distributed By Focus Feauters
MOAN AND NEW LINE CINEMA SCORE
........................................................................
A+


Pohon adalah salah satu unsur yang begitu dekat dengan kehidupan kita manusia, dimana masing masing keberadaannya merupakan elemen pelengkap keutuhan sebuah komunitas bernama alam. Pohon begitu berguna bagi diri kita, begitu dekatnya sehingga manusia manusia didalamnya terpecah menjadi dua sisi, berusaha untuk melestarikannya atau berlomba lomba untuk menebangnya.Seandainya kita membayangkan bahwa pohon juga memiliki rasa seperti halnya manusia, tentu kita tidak akan tega melakukan hal yang buruk terhadapnya. Namun kalau hal itu benar bahwa pohon memiliki sifat dasar manusia bahkan memiliki nafsu birahi yang begitu kuat melampiaskan nafsunya, pohon itu sendirilah yang dengan konsep mistik menjadikan manusia sebagai objek pelampiasannya dan tak ada ubahnya menjadi makhluk yang menyeramkan, bahkan saking kuatnya manusia yang datang menatapnya juga menangkap sisi kecantikan lekukan pohon tersebut dan tanpa sadar melampiaskan birahi *terhadapnya. (baca : pohon).
Kita akan menyaksikan pohon itu begitu cantik dan memiliki daya tarik orgasmik yang begitu aneh namun memiliki aura yang kuat. Akar akar yang besar, daun daun yang rindang, gulma yang menempel nempel , lekukan yang halus,batang yang coklat dan besar seakan akan ingin memperlihatkan itulah sisi sensual sebuah pohon.
Namun anehnya didalam Nymph pohon itu malah diwakili oleh sosok manusia, yakni wanita tanpa busana dengan rambut arak arakan yang mengincar manusia. Dan diperlihatkan manusia yang bersenggama dengan manusia, bukan pohon dengan manusia.Ya mungkin tampak absurd dari satu sisi namun sepertinya jelas diungkapkan dari sisi lain, kalau wanita itulah wujud sebuah pohon.Walau bagi saya ada yang mengganjal siapa sebenarnya perempuan itu.Perempuan yang diperlihatkan pada tahap pembukaan diperkosa oleh dua orang pria bertelanjang dada, namun tiba tiba kedua pria itu malah mati mengapung dipermukaan sungai tanpa sebab musabab yang jelas.

Nymph adalah karya terbaru dari sutradara serumpun kita Pen-Ek Ratanaruang, sutradara yang berasal dari negeri paling maju dan bergeliat ketika berbicara tentang sinema. Negeri Thailand. Sudah tidak dapat dibantah lagi Thailand sudah banyak melahirkan putra lokal yang memiliki jiwa sinema yang terlihat begitu sederhana namun manis, mistis namun tidak murahan, dan tema tema yang digarap begitu empuk bak roti bakar. Entah dimulai dari film film kacang yang mengangkat tema tema kelas b sampai pada yang begitu kental dengan sisi seni , semuanya bahkan terlihat tampak maju bila hendak dibandingkan dengan produk lokal. Pun ketika Ong Bak yang ketika saya tonton tidak ada bedanya dengan cara penggarapan film film action lokal,namun ada satu sisi yang mempercantik kemasannya disepanjang cerita , yakni sinematography yang cukup membuat menganga menyaksikan kemajuan mereka.

Banyak sutradara yang tertarik untuk mengkaitkan pohon sebagai objek premis utama mereka, mulai dari yang gampangan seperti The Happening garapan M.Night Shyamalan dengan virus aneh yang disebarkannya keseluruh Amerika sampai pada film yang memperlihatkan pohon sebagai ibu yang melindungi putra putri mereka di Under The Tree karya terbaik bangsa kita.Namun pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa pohon memiliki kekayaan sisi untuk dieksplorasi, bukan berarti sesuatu yang diam dan tak dapat berpindah sepertinya tidak memiliki sisi yang menarik. Tidakkah orang yang memiliki mata seni dapat menangkap alangkah indahnya daun yang berjatuhan dari sebuah pohon, atau alangkah seramnya ketika pohon dihadirkan terlalu dekat sebagai konsep mistik *rumah hantu.Semuanya dapat dibuka dari banyak sudut.

Sebagaimana biasa film art house, Nymph adalah sebuah film yang harus dicermati dengan pemikiran seni, seni yang membutuhkan rasa yang begitu besar sehingga kita bisa menangkap betapa sensualnya pohon tersebut sebagai sebuah kerumunan atau populasi di alam.Walaupun ada unsur unsur yang sayangnya tidak terselesaikan dan ada beberapa frame yang tidak mau dituturkan kembali ada apa gerangan, Ratanaruang memberikan pengalaman yang berbeda pun terus mengukuhkan eksistensi negara Thailand sebagai negara yang punya reputasi besar diperfilman dunia.

Directed By Pen-Ek Ratanaruang Cast Jayanama Nopachai Porntip Papanai Wanida Terthanaporn Country Thailand Running Time 109 Minutes
MOAN AND NEW LINE CINEMA SCORE
....................
B


Kabar yang sangat membahagiakan bahkan bagi beberapa fans sejatinya mungkin tidak akan tahan dan langsung menitikkan air mata bahwa Andrew Dominic si sutradara yang sebelumnya menangani Assasination Of Jesse James By The Coward Robert Ford berencana untuk mengadakan reunian semua cast castnya di Jesse James disebuah drama kepolisian berjudul Cogan's Trade.Dari seorang sumber mengatakan bahwa Dominic hendak berusaha untuk menyatukan kembali para aktor tersebut antara lain Brad Pitt,Cassey Affleck dan Sam Rockwell serta tersiar info kalau sedang diusahakan menggaet Javier Bardem dan Mark Ruffalo (hah?penting banget emang aktor yang satu ini?hehe)

Well sebagai salah satu pengagum film Assasination Of Jesse James info ini seperti ingin mengungkapkan bahwa kinerja tim tersebut sangat kompak dan gemilang.Bahkan jarang jarang ada sebuah film saya dengar akan mengadakan proyek reunian tersebut.Seperti hendak mempertegas adanya keinginan yang kuat yang diikat secara emosional paling mendasar dari setiap tim entah itu sutradaranya,aktor aktornya,penulis naskahnya ataupun sinematographernya terlebih Brad Pitt yang telah selesai menyelesaikan Tree Of Life untuk beradu akting kembali kepada Cassey Affleck.

Assasination Of Jesse James bahkan saya anggap merupakan performa terbaik seorang Brad pitt selama satu dekade kemarin dan masih terasa juga kejengkelannya ketika ia tidak masuk nominasi Oscar atau paling tidak saya masih menganggap performanya lebih menawan ketimbang Tommy Lee Jones di film In The Valley Of Elah.

Kita nantikan juga apakah film ini masih memakai Roger Deakins sang sinematographer yang paling gemilang dalam mengemas Assasination Of Jesse James menjadi gulir cerita yang berjiwa puitik sehingga dapat kiranya Cogan's trade dikemas secara serupa.Juga satu lagi sajikanlah kesemua itu tanpa peduli durasinya tembus 4 jam..



Sebuah drama kelam yang sudah cukup lama dinanti nanti publik lokal mengingat film ini mengikuti jejak film Precious memenangkan predikat film terbaik di Sundance Festival. Meskipun jika diperhatikan lagi, track record film film terbaik pilihan juri Sundance tersebut bukanlah film yang istimewah dimata saya. Sepertinya tidaklah terlalu masalah apabila hot isu film ini untuk mendapatkan 10 tempat film terbaik di Academy Award semakin menurun,mengingat memang sudah menjadi pengetahuan umum bila film film yang diluncurkan dipertengahan tahun kans nya perlahan lahan berkurang oleh dominasi film musim dingin yang lebih cerdik dan masih dalam ingatan yang fresh.Lihat saja 127 Hours nya Danny Boyle yang sampai saat ini masih ditutup tutupi; True Grit-nya Coen Brothers atau Tree Of Lifenya Malick (tapi jangan samakan dengan Inception dan Toy Story 3, dua film ini sudah dipastikan dalam status lock di best pictures "well menurut pengamatanku..)
Namun hal apa yang membuat saya cukup yakin film arahan Debra Granik ini bisa berbicara banyak diperebutan piala bergengsi nanti atau paling tidak masuk 10 film favorit saya untuk tahun ini, tak lain adalah materi cerita film ini yang sepertinya sangat cocok dengan apa yang dicari Oscar. Well tentunya apa yang dicari Om Oscar dengan apa yang saya cari tentu berbeda. Bagi saya untuk film ini, tidak akan pernah terlintas untuk menyaksikan untuk keduakalinya, namun ada unsur yang mungkin mematahkan hal itu yakni penampilan Jennifer Lawrence yang menurutku cukup cemerlang memerankan Ree Dolly dan satu lagi yakni nuansa country yang begitu tentram dan akrab ditelinga saya (hey lagu di credit titlenya sudah ku hunting).

Ree Dolly adalah seorang gadis berusia tujuh belas tahun yang tinggal bersama seorang ayah dan ibu dan dua orang adiknya disebuah desa terpencil di Amerika (tampak jelas dari jenis mobil yang dipakai disana). Kegiatan sehari harinya adalah berperan ganda terhadap kedua adiknya Sonny dan Aslee , sebagai kakak yang menemani mereka bermain atau sebagai ibu yang mencari nafkah untuk kelangsungan hidup mereka. Ibunya Connie sudah lama depresi dan sakit sakitan sehingga Ree tampak begitu rutin menemaninya. Ree juga berkeinginan untuk mencari nafkah tambahan dari sebuah wajib militer yang diselenggarakan didaerah dimana ia tinggal, namun tidak segera terwujud karena perhatian pada keluarga. Musim dingin yang begitu meremukkan tulang tulang diperlihatkan disepanjang setting film sehingga setiap orang yang tinggal didesa itu memakai mantel bulu yang tebal dan membutuhkan pasokan makanan yang banyak. Namun keluarga Dolly sedang krisis keuangan dan pangan, terlebih ayahnya sebagai kepala rumah tangga sudah berbulan bulan tidak pulang kerumah.Masalah mulai muncul ketika seorang sherrif memburu ayahnya Jessup Dolly karena tidak menghadiri sidang yang harus dihadirinya.Bila ia tidak dapat hadir maka sebagaimana perjanjian yang telah dibuat mereka akan didepak dari rumah yang mereka tinggali.

Dimulailah pencarian ayahnya dengan mencari informasi dari orang orang terdekat ayahnya, mulai dari adiknya Teardrop si penghisap bubuk heroin dan sepupunya Little Arthur. Namun tidak ada yang berani memberi kesaksian terlebih mereka malah melarang Ree untuk mencari ayahnya yang entah hilang kemana..,dan ketika ia mulai melangkah lebih jauh dan dirasa mengganggu ketenangan orang orang yang berkenalan erat dengan Jessup , hidup Ree menjadi jauh lebih sulit dan terancam.

Jennifer Lawrence memerankan karakter Ree Dolly dengan sangat prima sebagai seorang gadis berusia tujuh belas tahun yang diperlihatkan sangat matang dalam menempuh kerasnya alam dan tindak tanduk orang orang disekitarnya namun dilain sisi begitu rapuh jika berhadapan dengan kondisi ibu dan adiknya yang terancam digusur.Seperti melihat potret potret kejadian kejadian era kini yang marak dengan penggusuran disana sini dan terjadinya kemarahan dan kesedihan bagi orang yang akan digusur. Namun Winter's Bone tidaklah hadir untuk materi tersebut, ia hadir dalam memperlihatkan bagaimana kerasnya jiwa jiwa orang yang tinggal didaerahnya seperti tidak merasa mau tahu ada sebuah sindikat pembunuhan yang telah terjadi tidak peduli ada hubungan darah sekalipun juga kepolisian yang malah tidak mau tahu dengan masalah tersebut (yang mereka mau adalah mencoba mencurangi bukti persidangan yang disengaja tidak lengkap untuk menjarah harta orang lain.) Sepertinya cukup cocok untuk penonton yang berjiwa dan berpikir sosial.

Winter's Bone paling tidak berhasil menawarkan nuansa Country yang memang mengakrabkan saya dengan kampung halaman saya (hei Tanah Batak juga sangat klop loh jika dipadukan dengan country) walau memang sekali lagi sedikit sulit untuk menerima apa yang ingin dihadirkan secara keseluruhan disini. Ending di film ini ketika adiknya Ashlee memetik metik gitar dengan aksen seolah olah sudah piawai dan keheningan diwajah Ree selepas itu bagi saya paling tidak esensinya mirip ending dari film A History Of Violence yang mengambil unsur noir yang kental, ya hening namun menghadirkan kelegaan bagi semuanya...

Directed By Debra Granik Cast Jennifer Lawrence John Hawkez Kevin Berznahan Shaley Waggener Running Time 100 minutes Country USA Genre Drama,Thriller,Mystery
MOAN AND NEW LINE CINEMA SCORE
...................
B+






Diberdayakan oleh Blogger.