Praktik berpidato adalah kegiatan strategis yang dilakukan oleh banyak petinggi negara didunia- selain memberikan orasi dan menciptakan ruang kondusif bagi rakyat terhadap peristiwa kenegaraan yang genting, pidato secara tidak langsung akan memberikan kesan positif dari rakyat yang mendengarkan pidato tersebut.
Duke Of York (Collin Firth) putra kedua dari keluarga bangsawan King George V yang pada saat itu memegang tahta pemerintahan Inggris tidak menyangka bahwa dirinya akan menjadi seorang raja menggantikan sang ayah untuk berpidato.Lihatlah dirinya dan seabrek kekurangan yang dimilikinya.Albert begitu nama asli dirinya tersebut sejak kecil didera cacat dalam hal berbicara alias gagap.Kita diseret pada adegan pembuka yang menggambarkan point utama tersebut.Albert dilorong tangga berlatih dengan mimik was was dan gestur tubuh tanda cemas menyimak naskah pidato yang akan segera dibacakannya pada banyak orang.Ia tidak sendirian, melainkan bersama Queen Elizabeth (Helena Bonham Carter) sang istri yang setia mendampingi dirinya.Ia akhirnya naik dan tampil kepodium.Semua orang berdiri serempak.Ia menatap jauh.Semua mata dan telinga mengarah kepadanya.Suasana begitu hening.Ia mulai membaca sepenggal kalimat pertama,suaranya mendengung keseluruh penjuru arah, lidahnya mulai kelu, tenggorokannya seperti terlilit,semua orang mulai cemas, suaranya terbata bata, beberapa menundukkan kepala, sang istri tetap memandangnya dari arah belakang,matanya mulai berkaca kaca melihat dilema besar yang dihadapi sang suami.
Albert tidak pernah menginginkan dirinya menjadi seorang raja, sepenggal studi keterbelakangan tadi rasa rasanya sudah cukup menjelaskan bahwa dirinya adalah pertolakbelakangan sebagaimana seseorang yang harusnya menyandang gelar raja.Terlebih ia hanya melahirkan dua orang putri dan tidak melahirkan seorang putra. Tapi kenyataan berkehendak lain, abangnya Raja Edward VII yang juga dimahkotai "Prince Of Wales" tidak serta merta menginginkan gelar tersebut.Padahal dialah alternatif pertama untuk menggantikan posisi sang ayah.Edward lebih tertarik kepada hal hal pribadi yang sudah ia inginkan sejak lama, yakni hendak menimang Wallis Simpson (Eva Best) yang sudah dua kali menikah.Edward VIII sepertinya sudah gelap mata melihat keinginannya tersebut dan sudah siap dengan segala konsekuensi yang akan ia terima yakni turun tahta.
Duke Of York cemas, ia tidak pernah menginginkan dirinya menjadi seorang alternatif kerajaan, ia berusaha menekan keputusan sang abang,tapi ia tidak berhasil,parlemen di Inggris selaku badan legislatif mencari penguasa baru dan sepertinya Duke Of York tidak punya pilihan lain selain mengambil tahta dan tongkat estafet kerajaan.
Sudah lama Duke of York mencari dokter dengan segala metode medistik dalam menyembuhkan penyakit gagap berbicaranya.Semuanya tidak pernah berhasil,tetapi ia tetap harus sembuh.Sang istri meyakinkannya penuh dan ia akan berusaha mencari dokter terapis keseluruh negeri.Alhasil Queen Elizabeth akhirnya berhasil menemukan seorang dokter bernama Lionel Louge (Geoffrey Rush).Louge memiliki caranya sendiri dalam memberikan pengobatan dan terapi kepada pasiennya, yang lebih diperlihatkan sebagai sebuah bentuk konsultasi sederhana saja.Ketika Lionelpun menyadari bahwa pasiennya kali ini adalah seorang raja,ia tetap menginginkan Duke Of York menanggalkan segala macam status kebangsawanannya dan menstratakan dirinya sebagai sahabat dari seorang rakyat biasa.Drama yang dihadirkan dari dua orang inipun terasa sangat menentramkan, terkadang diselipkan humor humor menggelitik dan mengalir dengan manis.
Ada saat saat dimana hubungan keduanya teramat dekat,seperti bagaimana Albert menceritakan banyak cerita dimasa kecilnya dan seputar keluarganya dan penyakit yang menggerogotinya.Albertpun mengakui bahwa dirinya tidak pernah berbicara seterbuka itu pada banyak orang terlebih kepada orang yang berstatus rakyat biasa.Tidah hanya itu kekonsistensian Albert kepada dokter yang menanganinya kerap diuji, seperti Lionel yang terus mendorong Albert untuk meraih tahta kerajaan tersebut, namun Albert bergejolak dan masih bergelimang ketidakpercayadirian - ia tetap memikirkan bagaimana Edward berubah pikiran untuk menurunkan tahta.Perkataan yang dilontarkan Albert mungkin sudah cukup memperlihatkan masih adanya jurang pemisah dari seorang raja kepada rakyatnya.Disinilah adegan yang boleh dibilang yang paling saya ingat karena menghadirkan tata sinematik yang begitu indah, long shoot panjang berlatarkan sebuah taman yang ditaburi kabut putih.
King's Speech memberikan sisi lain dan background pemegang jabatan dan seperti apa pembicaraan pembicaraan pejabat di Inggris terkait pecahnya perang dunia ke dua.Ada rasa ketidaknyamanan ketika ketegangan yang selama ini hadir dari dua kubu tersebut yang akhirnya pecah.Banyak pejabat yang pada akhirnya memilih mundur karena merasa tidak kompeten mengayomi rakyatnya.Karena yang dilawan kali ini datang dari nazi yang dikomandani Adolf Hitler.Dengan mengelupas permukaan sejarah tadi,King's Speech tampak juga memperlihatkan sebuah perjalanan yang teramat besar dan kiprah dari Duke Of York.Dan itu semua dimulai dari bagaimana ia belajar menghilangkan penyakit gagapnya yang sangat inspiratif.
directed by Tom Hooper cast Collin Firth,Geofrey Rush,Helena Bonham Carter Home Production The Weinstein Company Written By David Seidler Runtime 118 Minutes Country UK/AUSTRALIA/USA
Duke Of York (Collin Firth) putra kedua dari keluarga bangsawan King George V yang pada saat itu memegang tahta pemerintahan Inggris tidak menyangka bahwa dirinya akan menjadi seorang raja menggantikan sang ayah untuk berpidato.Lihatlah dirinya dan seabrek kekurangan yang dimilikinya.Albert begitu nama asli dirinya tersebut sejak kecil didera cacat dalam hal berbicara alias gagap.Kita diseret pada adegan pembuka yang menggambarkan point utama tersebut.Albert dilorong tangga berlatih dengan mimik was was dan gestur tubuh tanda cemas menyimak naskah pidato yang akan segera dibacakannya pada banyak orang.Ia tidak sendirian, melainkan bersama Queen Elizabeth (Helena Bonham Carter) sang istri yang setia mendampingi dirinya.Ia akhirnya naik dan tampil kepodium.Semua orang berdiri serempak.Ia menatap jauh.Semua mata dan telinga mengarah kepadanya.Suasana begitu hening.Ia mulai membaca sepenggal kalimat pertama,suaranya mendengung keseluruh penjuru arah, lidahnya mulai kelu, tenggorokannya seperti terlilit,semua orang mulai cemas, suaranya terbata bata, beberapa menundukkan kepala, sang istri tetap memandangnya dari arah belakang,matanya mulai berkaca kaca melihat dilema besar yang dihadapi sang suami.
Albert tidak pernah menginginkan dirinya menjadi seorang raja, sepenggal studi keterbelakangan tadi rasa rasanya sudah cukup menjelaskan bahwa dirinya adalah pertolakbelakangan sebagaimana seseorang yang harusnya menyandang gelar raja.Terlebih ia hanya melahirkan dua orang putri dan tidak melahirkan seorang putra. Tapi kenyataan berkehendak lain, abangnya Raja Edward VII yang juga dimahkotai "Prince Of Wales" tidak serta merta menginginkan gelar tersebut.Padahal dialah alternatif pertama untuk menggantikan posisi sang ayah.Edward lebih tertarik kepada hal hal pribadi yang sudah ia inginkan sejak lama, yakni hendak menimang Wallis Simpson (Eva Best) yang sudah dua kali menikah.Edward VIII sepertinya sudah gelap mata melihat keinginannya tersebut dan sudah siap dengan segala konsekuensi yang akan ia terima yakni turun tahta.
Duke Of York cemas, ia tidak pernah menginginkan dirinya menjadi seorang alternatif kerajaan, ia berusaha menekan keputusan sang abang,tapi ia tidak berhasil,parlemen di Inggris selaku badan legislatif mencari penguasa baru dan sepertinya Duke Of York tidak punya pilihan lain selain mengambil tahta dan tongkat estafet kerajaan.
Sudah lama Duke of York mencari dokter dengan segala metode medistik dalam menyembuhkan penyakit gagap berbicaranya.Semuanya tidak pernah berhasil,tetapi ia tetap harus sembuh.Sang istri meyakinkannya penuh dan ia akan berusaha mencari dokter terapis keseluruh negeri.Alhasil Queen Elizabeth akhirnya berhasil menemukan seorang dokter bernama Lionel Louge (Geoffrey Rush).Louge memiliki caranya sendiri dalam memberikan pengobatan dan terapi kepada pasiennya, yang lebih diperlihatkan sebagai sebuah bentuk konsultasi sederhana saja.Ketika Lionelpun menyadari bahwa pasiennya kali ini adalah seorang raja,ia tetap menginginkan Duke Of York menanggalkan segala macam status kebangsawanannya dan menstratakan dirinya sebagai sahabat dari seorang rakyat biasa.Drama yang dihadirkan dari dua orang inipun terasa sangat menentramkan, terkadang diselipkan humor humor menggelitik dan mengalir dengan manis.
Ada saat saat dimana hubungan keduanya teramat dekat,seperti bagaimana Albert menceritakan banyak cerita dimasa kecilnya dan seputar keluarganya dan penyakit yang menggerogotinya.Albertpun mengakui bahwa dirinya tidak pernah berbicara seterbuka itu pada banyak orang terlebih kepada orang yang berstatus rakyat biasa.Tidah hanya itu kekonsistensian Albert kepada dokter yang menanganinya kerap diuji, seperti Lionel yang terus mendorong Albert untuk meraih tahta kerajaan tersebut, namun Albert bergejolak dan masih bergelimang ketidakpercayadirian - ia tetap memikirkan bagaimana Edward berubah pikiran untuk menurunkan tahta.Perkataan yang dilontarkan Albert mungkin sudah cukup memperlihatkan masih adanya jurang pemisah dari seorang raja kepada rakyatnya.Disinilah adegan yang boleh dibilang yang paling saya ingat karena menghadirkan tata sinematik yang begitu indah, long shoot panjang berlatarkan sebuah taman yang ditaburi kabut putih.
King's Speech memberikan sisi lain dan background pemegang jabatan dan seperti apa pembicaraan pembicaraan pejabat di Inggris terkait pecahnya perang dunia ke dua.Ada rasa ketidaknyamanan ketika ketegangan yang selama ini hadir dari dua kubu tersebut yang akhirnya pecah.Banyak pejabat yang pada akhirnya memilih mundur karena merasa tidak kompeten mengayomi rakyatnya.Karena yang dilawan kali ini datang dari nazi yang dikomandani Adolf Hitler.Dengan mengelupas permukaan sejarah tadi,King's Speech tampak juga memperlihatkan sebuah perjalanan yang teramat besar dan kiprah dari Duke Of York.Dan itu semua dimulai dari bagaimana ia belajar menghilangkan penyakit gagapnya yang sangat inspiratif.
directed by Tom Hooper cast Collin Firth,Geofrey Rush,Helena Bonham Carter Home Production The Weinstein Company Written By David Seidler Runtime 118 Minutes Country UK/AUSTRALIA/USA
Posting Komentar