Ini adalah salah satu program movie marathon saya selama beberapa hari ini.Jadi saya mau bercuap cuap dengan anda, semoga sudi membaca.
The Good ,The Bad And The Ugly (1966/A) datang menyajikan pengalaman lain, sebuah kisah cowboy western yang sementara ini saya sebut sebagai film western terbaik sepanjang masa (belum nyoba Unforgiven) yang membuat perut saya ketawa terbahak bahak dengan geliat kocak Si Ugly (Elli Walach) ditengah dinginnya karakter The Good (Clint Eastwood) dan Sadisnya The Bad (Lee Van Cleef).Saya baru sadar setelah buka imdb ternyata Elli Walach masih hidup ternyata, dan menjadi cameo sebagai oldman yang ada ditepi pantai di Ghost Writer.Moga moga tetap sehat ya kek (fans).Masih ingat adegan ketika ia tertangkap basah oleh seorang koboy ketika Tuco,Si Ugly sedang mandi susu sebuah hotel ,tanpa diduga serangan balik mengarah ke sikoboy malang tersebut lewat aksi coolnya menyerang balik dengan senjata yang terendam di bath tubnya.And he says “When you want shoot, SHOOT! Don’t Talk”. Hihi best momentnya banyak siih bukan itu aja, tapi disitu keluar best quotenya.
Kemudian ada Archipelago (2010/A-) karya seorang “master art”-Joanna Hogg hadir sebagai film favorite saya pada pertengahan tahun ini,walau ada plot plot yang perlu saya simak lagi (biar dapat A+,film ini juga nanti akan dapat jatah review sendiri).Film yang sangat depresif ditengah keindahan alam yang melatarinya.Namun nyatanya magis khas Apichatpong Weerestakhul sepertinya cukup kentara disini, lihatlah penangkapan kameranya yang statis, bunyi kicauan burung disana sini, dan penguatan gambarnya yang condong pada pohon pohon yang hijau.
Beranjak kefilm yang baru saja saya simak yakni karya Martin Scorsese yang sering dibanding bandingin dengan Taxi Driver diforum forum pecinta film, Raging Bull (1980/A) yang menyadarkan saya oh ini ya nikmatnya film garapan Martin Scorsese.Mengisahkan drama diatas ring dan diluar ring seorang petinju kelas menengah Jake La Motte, yang memperkuat chemistry Robert Deniro sebagai anak kesayangan Martin Scorsese.Saya suka sinematographynya yang memakai layar hitam putih yang menambah kental tata artistic, belum lagi sentuhan glamournya dan drama yang disuguhkannya, walau agak depresif.Adegan ketika ia dihajar habis habisan oleh lawan tandingnya Ray namun ia tidak tumbang tumbang adalah yang paling memorable,makin mengesankan dengan perkataanya “You didn’t get me down Ray” menjadi sihir sinematik yang memuncak bagi saya.Disini Robert Deniro menerima Oscar keduanya.
Terakhir, saya memutuskan untuk bertarung menyaksikan Hamlet (1996/A). kenapa dibilang bertarung? soalnya ini adalah drama teatrikal yang memasang durasi 4 jam (bayangiin) yang membuat saya terkantuk kantuk dan mempausenya beberapa kali karena plotnya cukup pelan dan sentimentil.Kenneth Branagh yang menjadi Hamlet (dia juga yang menyutradarainya) terlihat mendominasi kisah ini, mengisahkan pembalasan dendam dirinya dan rahasia tersembunyi yang tengah meruanglingkupi pemimpin kerajaan.Keunggulan film ini sebenarnya ada pada letak naskahnya, dimana William Shakespeare ikut didalamnya yang menjadikannya banjir dialog ala pementasan yang cukup lebar dan terasa puitis disatu sisi, serta performa aktor aktor didalamnya yang menghafal dialog tanpa cut sama sekali.
Disini kita juga dapat menyaksikan Kate Winslet dengan acting tidak warasnya yang merebut antusias saya.Intinya Hamlet yang terkenal dengan quote legendarisnya “Tobe Or Not To Be “ itu berhasil mengeluarkan decak kagum saya.Hey gimana yang versi Ethan Hawke ya? Penasaran juga
Sekian dulu untuk artikel From “Mother And Child” To “Hamlet” ini, jangan lupakan artikel saya besok, yakni film film yang paling saya kejar selama ini (sampai kebawa mimpi euyy) apalagi kalau bukan HOWL dan SUBMARINE.Terima kasih
One Comment
whatsapp gan
Posting Komentar