Pria pesakitan itu bernama Paman Boonmee yang mengingat kembali kehidupan masa lalunya, sebuah rekonstruksi memoar kehidupannya berupa kejadian kejadian mistik dan mitologis seperti apa yang menghampiri mendiang istri dan putranya.Masa masa setelah ginjalnya dioperasi, Boonmee yang lemah dirawat oleh kakak iparnya Jen (Jenjira Pong) dan keponakannya Thong (Sakda Kaewbuadee). Dari titik permulaan inilah batasan sebuah dimensi rasionalitas dengan dimensi spiritual disandingkan dengan kedatangan arwah istrinya Huay (Natthakarn Aphaiwong) dan putranya Boonsoong (Jeerasak Kulhong) tadi dimeja makan.Ada nada keterkejutan yang menyelimuti wajah disetiap karakternya melihat kunjungan roh Huay.Namun lebih lanjut, desain yang ditampilkan tidak diperuntukkan menyemburkan guncangan ketakutan yang membangkitkan roma bulu kuduk.Scene ini rasanya ingin membuka ruang pendalaman cerita bahwa Huay ingin sekali merawat Boonmee dan melepas kerinduan yang dalam pada sang suami dengan banyak bercerita tentang kondisi terakhir mereka. Kemudian Boonsoong putranya yang telah hilang enam tahun lamanya menghampiri mereka -menjelma menjadi sesosok tubuh berbulu hitam lebat mirip kera dengan sepasang mata yang bersinar dikegelapan.Boonsongpun mengutarakan kerinduannya pada sang ayah dan berkeluh kesah tentang kejadian yang menimpa dirinya-sehingga ia menjadi seekor roh kera. Reuni ini nyatanya dihadirkan dengan mempertemukan sisi emosional dasar mereka berupa obrolan obrolan kerinduan sebuah keluarga dengan narasi narasi yang sederhana dan jenaka,bahkan hampir menyerobot sendi sendi kepuitisan dari kehidupan itu sendiri.



Cerita melebar dengan mengenalkan kisah seorang putri buruk rupa yang dirundung kedukaan didepan telaga.Ia mengalami pembicaraan spiritual dengan roh yang berdiam ditelaga tersebut yang nyatanya berwujud seekor lele.Wanita itu meminta permohonan kepada arwah agar dirinya tidak lagi berwajah buruk bahkan ia dengan rela menyerahkan perhiasan yang menggelantung ditubuhnya.sang putri memutuskan untuk merendamkan diri ditengah tengah telaga.Aura kemistikan begitu absurd dengan aspek klenik yang lebih diperkuat dengan ketajaman ritme visual dan tentu kita langsung berpikir apa sebenarnya benang merah penceritaan si putri dengan nasib Paman Boonmee.

Ada logika yang benar benar hendak diredam discene ini dimana ikan ikan berkumpul dan mensikat seluruh perhiasan sang putri dan disajikan dalam ruang yang sangat intens dan menegangkan.Ada persenggamaan yang terlihat begitu menyakitkan dan debur debur air yang sangatmelelahkan - hendak memperlihatkan sebuah jalinan antara manusia dengan *klenik*.
Apa yang menyebabkan Uncle Bonmee terasa sangat ajaib yakni bahwa kita tidak diajak untuk keluar lebih jauh dari batasan rasionalitas-Uncle Bonmee hendak memperlihatkan sinergi sinergi yang bergiliran dan berkesinambungan dalam sebuah penemuan memoar sehingga pengamatan kita pada liris menjelang kematian Paman Boonmee terekam fluktuatif.tidakkah kalian terjingkrak dengan scene penutup film ini yang sangat mengguncang keseluruhan penemuan memoar dari seluruh hasil pengenalan masa lalu Paman Boonmee.Hal inilah yang menjadi landasan poin penting bahwa setiap masa lalu bisa mempengaruhi kehidupan saat ini atau kehidupan yang akan datang.



4 Poster Of Uncle Boonmee



Dari tangan seorang autuer serumpun kita Apicatphong Weerestakhul (Tropical Malady, Syndromes And A Century)yang biasa dipanggil Joe- kisah Uncle Bonmee sedikit mengangkat namanya kearah popularitas dibarengi dengan kemenangan film ini diajang Cannes,penganugerahan film festival terbesar didunia dengan meraih Palme d'Or alias film terbaik.Tentu hembusannyasemakin kencang didunia termasuk ditanah air kita.

Ketika membenturkan real dan sureal sebenarnya kita hendak disuruh menangkap letak keartisitikannya.Coba pikir kita merasa aneh namun at the same time kita terhenyak dengan ketakjuban yang menggetarkan.Tidak heran disetiap film film yang disuguhkannya ada sisi absurd yang memang tidak lantas cepat terolah namun begitu riuh mendentum didada.Terasa sekali iramanya yang tidak terburu buru dan dibeberapa kesempatan tetap memperlihatkan ciri khas si sutradara, hm apalagi kalau bukan penempatan credit title yang nyeleneh.

Tidaklah salah sejak awal saya menempatkan film ini diurutan nomor.1 sebagai film yang paling dinanti..dan ohw hasilnya sepadan dan menggetarkan.


Directed By Apichatpong Weerasethakul Writer Apichatpong Weerasethakul Cast
Sakda Kaewbuadee Matthieu Ly Jenjira Pongpas Vien Pimdee Country:Thailand | UK || Germany | Spain | Netherlands Language:Thai Runtime: 114 min Genres:
France
Comedy | Fantasy
MOAN AND NEW LINE CINEMA SCORE
A+


Diberdayakan oleh Blogger.