Reda bertanya kepada sang ayah "Mengapa ayah tidak naik pesawat saja ke Mekkah .Ini akan lebih mudah." Sang ayah terdiam dengan sorot mata yang sayu menatap putranya tersebut. "Air laut baru akan kehilangan rasa asinnya setelah ia menguap ke atap langit", jawabnya.
"Apa?"
"Ya, begitulah air laut menemui kemurniannya.Ia harus mengangkasa melewati awan. Disinilah mengapa naik haji berjalan kaki lebih baik daripada naik kuda, lebih baik naik kuda daripada naik mobil, lebih baik naik mobil ketimbang naik perahu , dan lebih baik naik perahu daripada naik pesawat"
Itulah petikan cerita yang akhirnya diutarakan Reda kepada ayahnya dihamparan salju yang dingin dan menikmati hangatnya teh dan selimut. ketika itu mobil mereka mogok di negara Bulgaria, padahal perjalanan mereka masih sangat jauh mencapai 5000 mil. Pertanyaan yang sangat kunanti oleh Reda pada ayahnya. Namun, Sang ayah menjawabnya dengan sangat puitis dan sanggup mencapai gari garis falsafah kehidupan. Semakin susah payah kita menuju perjalanan ketanah suci , maka semakin murnilah jiwa kita.Inilah intisari yang sejauh ini bisa saya petik..
Le Grand Voyage alias "Perjalanan Besar" adalah Road movie produksi perancis yang diarahkan dengan sangat apik oleh Ismaƫl Ferroukhi. Sang ayah yang diperankan oleh aktor senior Mohamed Majd menampilkan karakter yang dingin,sederhana dan sangat menyayangi Reda (Nicolas Cazale) putranya yang sangat jauh berbeda dengan kepribadiannya. Mereka adalah pendatang dari afrika timur dan tinggal di kota Prancis lebih dari tiga puluh tahun lamanya dan masih memegang prinsip Islam dengan sangat kuat. Namun anaknya Reda menunjukkan betapa lunturnya akar akar agama yang dididik oleh ayahnya. Ia tidak pernah sholat lima waktu dan bahkan hendak menikahi wanita non muslim.
Ketika itu Reda hampir pasti akan meraih gelar sarjana dan akan merayakannya dengan pacarnya tersebut. Namun ayahnya meminta untuk menemaninya berkendara menuju Mekkah.
Diperjalanan akbar inilah hubungan dingin ayah dan anak ini sangat kontras. Dengan cerdasnya Feroukhi menyampaikannya dengan naskah yang amat minim namun sangat kuat. uniknya sesungguhnya mereka saling mempedulikan satu sama lain.
Le Grand Voyage memang sempat sampai di Jiffest Film festival, maklum Perancis punya ikatan yang sangat kuat dengan Indonesia dalam mempromosikan film film mereka yang sanggup membanjiri seluruh kota kota besar di indonesia. Le Grand Voyage sendiri dinominasikan dikancah BAFTA kategori "Best Film Not In English" dan masih terngiang bagaimana film ini diadu domba oleh film dengan profil tinggi lain "Turtles Can Fly".
Le Grand Voyage memang sangat sederhana,miskin teknis.Namun seperti yang sudah saya singgun dari awal profil saya sebelumnya bahwa film seperti ini setidaknya dapat diproduksi anak bangsa. Tidaklah harus dengan visual effect dan dana yang membludak, betapa esensi kesederhanaan itu sendirilah yang apabila matang ditangani ,tidak mustahil akan mendapat pujian dimata dunia.
Score : 4.0/5
"Apa?"
"Ya, begitulah air laut menemui kemurniannya.Ia harus mengangkasa melewati awan. Disinilah mengapa naik haji berjalan kaki lebih baik daripada naik kuda, lebih baik naik kuda daripada naik mobil, lebih baik naik mobil ketimbang naik perahu , dan lebih baik naik perahu daripada naik pesawat"
Itulah petikan cerita yang akhirnya diutarakan Reda kepada ayahnya dihamparan salju yang dingin dan menikmati hangatnya teh dan selimut. ketika itu mobil mereka mogok di negara Bulgaria, padahal perjalanan mereka masih sangat jauh mencapai 5000 mil. Pertanyaan yang sangat kunanti oleh Reda pada ayahnya. Namun, Sang ayah menjawabnya dengan sangat puitis dan sanggup mencapai gari garis falsafah kehidupan. Semakin susah payah kita menuju perjalanan ketanah suci , maka semakin murnilah jiwa kita.Inilah intisari yang sejauh ini bisa saya petik..
Le Grand Voyage alias "Perjalanan Besar" adalah Road movie produksi perancis yang diarahkan dengan sangat apik oleh Ismaƫl Ferroukhi. Sang ayah yang diperankan oleh aktor senior Mohamed Majd menampilkan karakter yang dingin,sederhana dan sangat menyayangi Reda (Nicolas Cazale) putranya yang sangat jauh berbeda dengan kepribadiannya. Mereka adalah pendatang dari afrika timur dan tinggal di kota Prancis lebih dari tiga puluh tahun lamanya dan masih memegang prinsip Islam dengan sangat kuat. Namun anaknya Reda menunjukkan betapa lunturnya akar akar agama yang dididik oleh ayahnya. Ia tidak pernah sholat lima waktu dan bahkan hendak menikahi wanita non muslim.
Ketika itu Reda hampir pasti akan meraih gelar sarjana dan akan merayakannya dengan pacarnya tersebut. Namun ayahnya meminta untuk menemaninya berkendara menuju Mekkah.
Diperjalanan akbar inilah hubungan dingin ayah dan anak ini sangat kontras. Dengan cerdasnya Feroukhi menyampaikannya dengan naskah yang amat minim namun sangat kuat. uniknya sesungguhnya mereka saling mempedulikan satu sama lain.
Le Grand Voyage memang sempat sampai di Jiffest Film festival, maklum Perancis punya ikatan yang sangat kuat dengan Indonesia dalam mempromosikan film film mereka yang sanggup membanjiri seluruh kota kota besar di indonesia. Le Grand Voyage sendiri dinominasikan dikancah BAFTA kategori "Best Film Not In English" dan masih terngiang bagaimana film ini diadu domba oleh film dengan profil tinggi lain "Turtles Can Fly".
Le Grand Voyage memang sangat sederhana,miskin teknis.Namun seperti yang sudah saya singgun dari awal profil saya sebelumnya bahwa film seperti ini setidaknya dapat diproduksi anak bangsa. Tidaklah harus dengan visual effect dan dana yang membludak, betapa esensi kesederhanaan itu sendirilah yang apabila matang ditangani ,tidak mustahil akan mendapat pujian dimata dunia.
Score : 4.0/5
Posting Komentar